Chapter 7

54 3 0
                                    

"Thank you" Margarethe pun langsung menyantap makanannya.
Melihat Margarethe yang sangat terlihat gembira dan kegirangan membuat Ben merasa geli akan sikap polos gadis itu. Ben merasa sangat senang setiap kali melihat Margarthe gembira dan dia berharap suatu hari dialah yang akan menjadi alasan Margarethe semangat dalam menjalankan aktivitas dan menjalani hidupnya karena Ben tidak mau lagi melihat wajah cantik berseri itu ketakutan dan sedih lagi karena bayang-bayang masa lalunya.
"Bennn!! Haloo!! Ayo cepettt!!" panggil Margarethe untuk menyadarkan Ben dari lamunannya. Karena ia tidak mau kalau mereka berdua sampai terlambat datang ke festival, ia tidak mau sampai melewatkan sedikit saja acara tersebut. Walaupun sebenarnya bukan itu alasan sesungguhnya, Margarethe salah tingkah dengan sikap Ben yang tiba-tiba melamun sambil menatap wajahnya. Tatapan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Margarethe tidak pernah bisa mengontrol dirinya jika Ben mulai menatapnya, mata indah ituu selalu membuat Margarethe lupa akan segala hal. Tapi ia tidak mau kegirangan mengira jika Ben menyukainya, ia takut kalau ternyata Ben hanya bersikap baik dan bertanggung jawab seperti yang seharusnya dilakukan oleh kaum laki-laki yang sebenarnya.
"Margarethe?" Margarethe langsung tersadar saat Ben memanggilnya kembali ke alam sadar.
"Sudah? Ayo! Kalo sudah kita langsung berangkat" Margarethe mencoba setenang mungkin ketika ia merasa dirinya sangat konyol karena telah melamunkan hal yang konyol.
Margarethe langsung menarik tangan Ben saat dirasanya mereka berdua sudah menyelesaikan sarapannya.
.............................
Saat tiba didepan hotel Margarethe kebingungan karena tidak tahu harus naik apa ke tempat festival karena tempatnya yang cukup jauh sedangkan kakinya belum cukup baik untuk bisa berjalan sejauh itu ditambah lagi sebal karena Ben yang tiba-tiba meninggalkannya dan menyuruhnya menunggu disini tanpa kejelasan yang pasti.
"Ayo!" ajak Ben. Ben memutuskan untuk menyewa motor untuk bisa membawa Margarethe berkeliling dibeberapa tempat hari ini di Venesia mumpung Margarethe sudah bisa berjalan-jalan diluar.
"Naik motor?" jujur saja Margarethe bingung karena seumur-umur ia belum pernah naik motor sekalipun apalagi motor yang dibawa Ben sepertinya terlihat kurang nyaman.
"Iya. Memangnya kamu mau naik apa lagi? Taksi? Uang kita tidak cukup Margarethe untuk menyewa taksi untung saja tadi bapak itu berbaik hati meminjamkan motornya dengan hanya dibayar murah." Ben pun turun dari motor dan mencoba untuk membujuk Margarethe agar mau naik motor yang terbilang sederhana ini karena jujur saja, Ben sudah tidak memiliki uang yang cukup lagi.
"Percayalah, ini pasti akan menyenangkan, aku berjanji." Ben menatap Margarethe dan menggenggam pundak Margarethe, mencoba meyakinkan Margarethe. Untunglah akhirnya Margarethe dapat dibujuk oleh Ben.
Ben mengajak Margarethe berkeliling kota Venesia hari itu. Terkadang menggunakan motor untuk melewati beberapa tempat, terkadang memarkirkan motornya dan mencoba untuk berjalan kaki bersama Margarethe. Berfoto, makan es krim, membelikan Margarethe topi cantik dan bersenang-senang, Ben bertekad dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa hari ini ia akan membuat Margarethe merasa bahwa hari ini adalah hari terbaik baginya selama ia bersama Ben.
.....................
Tidak terasa hari sudah malam dan karena lapar Ben mengajak Margarethe makan di sebuah cafe. Ia ingin bisa mengajak Margarethe ke cafe yang bagus akan tetapi apa daya uangnya sudah tidak cukup lagi.
"Ben?" Margarethe bingung melihat Ben yang diam termenung, seperti sibuk memikirkan sesuatu.
Ben pun hanya menjawab Margarethe dengan senyuman dan menggandeng Margarethe ke sebuah cafe. Ben sebenarnya merasa kurang yakin dengan cafe ini tapi ia tidak punya pilihan, Margarethe juga pasti lapar karena belum makan dari siang, mereka hanya membeli beberapa makanan kecil, sebenarnya Margarethe lah yang makan beberapa makanan kecil, Ben berusaha agar Margarethe tidak kelaparan dengan membelikannya beberapa makanan ringan yang dijual sepanjang jalan karena baginya Margarethe lah yang terpenting, Ben bisa bertahan walaupun tidak makan satu hari tapi tidak dengan putri cantiknya ini.
Ben dan Margarethe berjalan masuk ke cafe tersebut dan memilih untuk duduk didekat kaca restoran agar Margarethe bisa melihat pemandangan kota Venesia pada malam hari sambil menyantap makanannya nanti.
"Aku pesan kentang goreng saja. Margarethe, kamu mau pesan apa?"
"Hmmmm, akuuuu... kentang goreng juga deh." jawab Margarethe antusias, masih merasa senang akan hal-hal yang telah dilakukannya dengan Ben hari ini. Ben sangat memanjakannya, dan tidak seperti biasanya, Ben sangat sabar hari ini Ben selalu sabar menghadapi tindakanku yang terkadang manja.
"Tapi kamu belum makan apa-apa Margarethe dari tadi siang." sahut Ben cemas karena takut Margarethe akan jatuh sakit akibat dirinya.
"Aku sudah makan semuanya Ben, es krim, waffle, roti es, pokoknya banyak. Kamu yang belum makan."
Ben bingung harus apa, jika ia pesan dua makanan yang berat uangnya tidak lah cukup karena uangnya hanya cukup untuk membeli setidaknya satu steak daging untuk Margarethe dan kentang goreng untuk dirinya.
"Saya pesan satu steak daging dengan satu kentang goreng. sudah itu saja."
"Minumannya, sir? Kami punya air mineral dan itu gratis."
"Ya sudah, boleh. Air mineralnya dua. Terima kasih."
"Baiklah. Terima kasih."
"Margarethe, aku ke toilet sebentar. Jangan kemana-mana. tetaplah disini!"
"Iyaiyaaa.. jangan lama-lama!"
Ben meninggalkan Margarethe secepat mungkin menuju ke toilet.
Sembari menunggu sendirian, ada seorang pria yang datang menghampiri Margarethe. Ia menawari Margarethe untuk bergabung bersamanya untuk bermain dan minum-minum sebentar, karena tidak merasa curiga, Margarethe mengiyakan ajakan pria asing tersebut dan meninggalkan mejanya.
Pria tersebut mengajak Margarethe bermain kartu dan memberikan minuman kepada Margarethe yang tidak diketahui Margarethe bahwa itu adalah minuman keras karena Margarethe tidak pernah mengetahui hal-hal semacam itu sebelumnya. Minuman murah yang hanya ada dicafe-cafe dan tempat-tempat pinggiran yang tentu saja tidak akan pernah ditemui oleh orang seperti Margarethe.
Pria itu terus memberikan Margarethe minuman keras itu dan mengajaknya bermain dengan teman-teman prianya dan juga teman-teman wanitanya.
Margarethe merasa kepalanya mulai berat dan matanya berkunang-kunang saat ia tiba-tiba merasa ada seorang pria yang mendekatinya dan memegang-megang tubuhnya, mulai dari membelai rambutnya, memegang tangannya lalu turun ke paha Margarethe. Margarethe ingin sekali melawan tapi apa daya, ia telah berada di alam bawah sadarnya dan tidak bisa sadar lagi dengan keadaan yang sedang terjadi padanya, ia hanya berdoa dalam hatinya dan berharap bahwa ia akan diselamatkan dari tempat terkutuk ini. Baru saja hendak meraba-raba tubuh Margarethe tiba-tiba pria tersebut ditarik oleh seseorang. Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi tegap, memakai jaket kulit berwarna hitam setelah itu Margarethe merasa gelap dan sudah tidak sadarkan diri.

Chasing TurnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang