Selamat Membaca
Pagi-pagi sekali, bahkan ketika Adam masih terlelap, Safa mengemudikan mobil untuk menuju rumah Rizky. Keisya menghubunginya, menanyakan kabar karena sejak semalam, setelah mereka pulang dari rumah orangtua Ciko, lelaki itu tidak bisa dihubungi.
Safa mungkin tampak tenang, namun perasaannya takut dan kalut. Ia baru saja kehilangan Ciko, dan untuk kehilangan lain, gadis itu tidak akan pernah siap. Sembari mengemudikan mobil, Safa terus berusaha menghubungi Rizky. Ia berulang kali menghubungi meski lelaki itu terus tidak mengangkatnya.
Hingga kemudian ...
“Iya, Fa?”
“Lo di mana sih, Ky?!” seru Safa keras begitu akhirnya Rizky menjawab teleponnya. Tanpa sadar air mata gadis itu keluar begitu saja.
“Sori.” Suara Rizky di seberang sana terdengar pelan dan tidak bersemangat. “Hape gue mati semalam.”
Safa mengembuskan napas kasar. “Sekarang lo di mana? Udah sarapan? Gue di jalan mau ke rumah lo. Mau nitip apa?”
“Gue nggak di rumah.”
“Di mana?”
“Gedung utama Fabian Group’s.”
Gadis itu mencengkram erat kemudinya. Tanpa bertanya apapun lagi, ia kembali bersuara. “Gue ke sana. Jangan ke mana-mana,” katanya sebelum menutup sambungan telepon lebih dulu.
Dengan gaun tidur yang dilapisi cardigan, Safa membiarkan mobilnya begitu saja di depan lobi. Beberapa keamanan tampak bingung melihat kehadirannya, namun tetap memberikan akses ketika gadis itu hendak masuk lebih jauh.
Safa tidak perlu lagi bertanya. Ia tahu di mana keberadaan Rizky. Ketika sudah berada di dalam lift, gadis itu menekan lantai tertinggi perusahaan, tempat di mana Ciko mengakhiri hidupnya.
Setelah tiba di rooftop, Safa mengedarkan pandangan, sebelum berlari menuju Rizky yang duduk meringkuk di sudut ruang terbuka ini. “Lo nggak apa-apa? Nggak ada yang luka, kan?” tanyanya sembari memeriksa tubuh Rizky.
Lelaki itu tersenyum tipis. Ia mengeratkan jaket yang dikenakannya sejak semalam. “Sebentar lagi gue bakal dibunuh sama Kak Adam karena biarin lo datang ke sini.”
Safa menepuk lengannya keras, sebelum duduk di samping Rizky. “Lo bermalam di sini?”
“Iya.”
“Kenapa?”
“Pelaku selalu kembali ke tempat kejadian. Seenggaknya itu hal paling sederhana yang gue tahu,” jawab Rizky pelan yang membuat Safa menoleh ke arahnya. “Gue ... nggak percaya kalau Ciko bunuh diri, Fa. Dia nggak kayak gitu.”
Safa diam mendengarnya. Sebenarnya ia juga tidak mempercayai jika Ciko mengakhiri hidupnya sendiri. Gadis itu meyakini jika mungkin saja Ciko mendapat paksaan dari pihak lain.
“Gue akan berusaha, gue akan cari bukti kenapa Ciko sampai memilih mengakhiri hidupnya sendiri. Dan ... kenapa harus di sini. Kenapa harus saat ada event besar di Fabian Group’s. Gue akan cari tahu alasannya, Fa.”
*
Setelah mengantar Rizky pulang, karena lelaki itu tidak membawa mobil, Safa mengemudikan mobilnya pulang ke rumah. Sebelum itu, ia sudah lebih dulu memberi kabar kepada sang suami, tidak ingin membuatnya khawatir.
Gadis itu buru-buru keluar dari dalam mobil begitu mendengar suara teriakan Bella dari dalam rumahnya. Safa berjalan masuk ke ruang tamu, dan terdiam melihat Adam, Bella, dan Danu, yang tampak terlibat di situasi yang tidak menyenangkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF
Mystery / ThrillerSpinn-Off Adam & Safa Semua tokoh dalam cerita ini adalah pemeran utama di cerita mereka masing-masing.