Selamat Membaca
Ingat ygy, kalau mau baca romance romance, bukan cerita ini tempatnya 🥺🥺
Adam memasuki kamarnya dengan Safa ketika tengah malam tiba. Beberapa hari ini, ia selalu masuk kamar setelah Safa terlelap. Bukan karena Adam menyukainya. Tapi, keadaan memaksanya. Karena ketika ia masuk dan Safa masih terbangun, maka gadis itu akan berjalan keluar kamar, dan kembali ketika Adam pura-pura tertidur.
Lelaki itu mendekat, naik ke atas ranjang, merapikan selimut di tubuh sang istri, sebelum memberikan kecupan dalam di keningnya. Tangannya mengusap lembut perut Safa.
“Papa dan Mama akan baik-baik aja. Kamu tenang aja. Semuanya akan membaik ketika kamu lahir nanti, papa janji, Nak,” bisiknya sebelum memberikan kecupan di perut sang istri.
Adam berbaring di samping Safa, membawa tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Menatap wajah terlelapnya yang tampak damai. “Aku kangen banget sama kamu, Fa. Kangen ngobrol berdua,” ujarnya pelan sebelum menyusul Safa ikut terlelap.
“Sesantai ini gimana sih, Fa? Kami juga berduka. Berapa kali aku harus menjelaskannya ke kamu?” Adam menatap Safa dengan ekspresi marah. Lelaki itu menghela napas kasar begitu melihat mata sang istri kini berkaca-kaca. Ia mendekat, kembali meraih lengan Safa dan berbicara, “Hentikan ini, Fa. Kalau benar kematian Ciko memang bunuh diri, yang kalian lakukan sekarang hanya mempersulit dia nantinya.”
“Dan, kalau kematian Ciko memang bukan bunuh diri, kamu tega membiarkan pelakunya berkeliaran gitu aja?” balas Safa dengan air mata yang mulai mengalir membasahi wajahnya.
Ketika hampir pagi, Safa tidak sengaja terbangun, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah terlelap sang suami. Ia kembali mengingat perdebatan mereka semalam. Tangannya bergerak menyentuh hidung Adam, dan beralih ke mata dan pipinya.
Safa tahu mereka sama-sama kelelahan. Sama-sama saling merindukan. Namun, keadaan seolah belum mengizinkan keduanya udah kembali membaik seperti dulu. Adam berada di kubu keluarganya. Sedangkan Safa berada di sisi lain.
***
Pagi ini, Rizky baru saja tiba di kantor. Lelaki itu berjalan menuju pantry untuk membuat kopi sebelum keberadaan Keisya yang memang sengaja tengah menunggunya, membuat Rizky mengurungkan niatnya masuk ke pantry.
“Pak Adam udah nunggu di ruangannya,” ucap Keisya yang membuat langkah Rizky terhenti.
Tanpa kata, lelaki itu berjalan menuju lift, yang membuat Keisya berjalan mengikutinya di belakang. Rizky masih terus diam, bahkan ketika mereka hanya berdua di dalam lift. Jelas bukan Rizky sekali.
“Saat di dalam nanti, jangan banyak berdebat dengan Pak Adam. Di sana juga ada Pak Danu dan Pak Gaga,” ucap Keisya yang membuat Rizky menatapnya. Lelaki itu tampak tersinggung mendengarnya.
“Kalau mereka yang salah, gue juga harus diam dan mengiyakan?”
“Ky, sejauh ini, dari kacamata gue, yang dilakukan sama mereka nggak salah. Kematian Ciko memang dinyatakan bunuh diri, kan?”
“Lo tahu kalau keluarga Fabian yang membayar agar polisi cepat melakukan itu.”
Keisya masih berusaha untuk sabar. “Karena memang nggak ada bukti yang menunjukkan kalau kematian Ciko disebabkan oleh orang lain.”
“Belum. Bukan nggak ada.” Rizky menatap Keisya dengan tatapan penuh keseriusan. “Gue akan menemukannya. Gue akan mencari siapa yang menyebabkan kematian Ciko. Selama apapun. Dan, sebanyak apapun yang harus gue korbankan, gue nggak peduli, Mbak. Karena ini Ciko.”
Bertepatan dengan itu, pintu lift terbuka, Rizky mengalihkan pandangan dan berjalan keluar lebih dulu. Keisya hanya bisa menghela napas pelan, sebelum berjalan keluar dan menyusulnya menuju ruangan Adam.
“Duduk, Ky,” ucap Adam ketika Rizky membuka pintu ruangannya.
Rizky duduk di sofa tunggal, berhadapan dengan ketiga pewaris tahta Fabian Group’s itu. Menatap ketiganya secara bergantian, sebelum melirik ke arah Keisya yang berdiri di belakang sofa yang Adam duduki.
“Bella sewa detektif swasta untuk membantu kalian, benar?” tanya Adam yang dijawab anggukan pelan dari Rizky. “Buat apa, Ky?” Ia menghela napas pelan. “Kehilangan Ciko adalah sesuatu yang mengejutkan untuk kita semua. Tapi, bahkan tanpa keluarga Fabian membayar, cepat atau lambat, kematian Ciko memang akan disimpulkan sebagai bunuh diri.”
“Biarkan gue, Bella, dan Safa, berusaha, Kak. Perkara hasil, kita bisa mengetahuinya nanti di belakang. Untuk saat ini, apa kalian sesulit itu memberikan kami ruang untuk merayakan duka kami?”
“Ky, bukan gitu,” kata Danu. “Lo tahu gimana keadaan rumah tangga gue dan Adam, termasuk hubungan lo dan Keisya,” ujarnya yang membuat Rizky melirik ke arah Keisya sejenak. “Apa nggak bisa kita belajar merelakan agar semuanya cepat membaik?”
“Karena itu, supaya semuanya segera membaik seperti perkataan lo. Kasih kami ruang dan waktu untuk mencari tahu apa yang kami anggap benar. Karena ini Ciko, Kak. Bukan orang lain.”
“Dan, akhirnya kalau yang lo, Safa, dan Bella, lakukan adalah sia-sia, gimana? Kalau akhirnya Ciko memang benar bunuh diri, lo mau apa?” tanya Gaga yang sejak tadi hanya diam dan mendengar.
Sejenak, Rizky terdiam, menatap sepasang sepatu yang ia kenakan sebelum kembali menatap ke arah tiga lelaki di depannya itu. “Gue dan yang lain akan menerimanya. Dan, lo—“ Ia beralih menatap Gaga. “—gue harap nggak ada yang keluarga lo sembunyikan dengan terus menekan kami mengenai langkah yang kami ambil ini.”
*
“Terakhir Ciko bertemu dengan Safa, sehari sebelum kejadian itu terjadi. Rizky terakhir menghubunginya pagi ketika hendak berangkat menuju acara Fabian Group’s hari itu. Dan, Ciko juga masih sempat membalas pesan dari Bella beberapa menit sebelum kejadian itu terjadi.”
Bersama dengan timnya, dan juga Safa dan Bella, Gen menjelaskan lagi bagaimana terakhir Ciko berkomunikasi dengan orang terdekatnya. Siang ini Rizky tidak bisa bergabung karena harus bekerja.
“Dari hasil penyelidikan di ponsel milik Ciko, yang sudah lebih dulu kami minta salinannya dari teman kami di kepolisian, tidak ada hal mencurigakan. Begitu pun email, dan sosial medianya. Semuanya bersih.”
Gen menatap ke arah Safa dan Bella secara bergantian. “Mungkin karena ini polisi menyimpulkan kematian Ciko dengan mudah. Ditambah lagi rekaman CCTV memang tidak menunjukkan adanya hal aneh.”
“Jadi, hasilnya memang sama dengan penyelidikan kepolisian?” tanya Bella yang membuat Gen menggeleng.
Ia memberikan intruksi kepada asistennya, sebelum menatap ke layar proyektor di depan mereka itu. “Karena itu kami melakukan penyelidikan lagi. Kali ini lebih menyeluruh. Dan ... kami menemukan ini.” Gen berhenti di sebuah foto yang tidak asing untuk Safa dan Bella. “Kalian tentu mengenalnya, bukan?”
Lelaki itu kembali menatap ke arah kedua perempuan itu. “Ciko sempat bertemu dengan Awan Fabian. Awalnya saya juga mengira ini hanya kebetulan. Apalagi mereka bertemu di bar. Namun—“ Gen kembali memberikan intruksi, slide itu kembali bergeser. “—mereka kembali bertemu beberapa hari kemudian. Di gedung tua yang sudah tidak terpakai. Di tempat di mana CCTV jelas tidak ada di sana. Apalagi wilayah di sekitar gedung termasuk sepi. Apa sebelumnya mereka berdua memang seakrab ini?”
Ayo main tebak tebakan sama akuu hehehe
Kalau kangen manis manisnya mereka bisa dibaca di karyakarsa ya.
Thank youu 🤍
Follow ig, wattpad, tiktok, dan karyakarsa : Rizcaca21
KAMU SEDANG MEMBACA
IF
Mystery / ThrillerSpinn-Off Adam & Safa Semua tokoh dalam cerita ini adalah pemeran utama di cerita mereka masing-masing.