Bab 17

907 137 22
                                    

Selamat Membaca





Lagi-lagi harus minta maaf karena jarang update, sori ya teman-temann








"Ada informan di antara kita." Rizky berucap ketika para lelaki tengah berkumpul di kafetarian RSUD tempat Mahen dirawat ini. Sedangkan para wanita, masih menunggu Mahen sadar di ruangannya. "Pelakunya nggak mungkin sepintar ini," katanya.

Media sudah mengetahui perihal masalah ini. Mereka kini gencar untuk mencaritahu kabar yang sebenarnya. Dan, jika sudah begini, karena nama Fabian group's terus dibicarakan, tentu saja Opa akan turun tangan langsung setelah ini, meski para cucunya melarang.

Adam menatap Rizky, Danu, Gaga, Ardan, dan Reza, mereka kenal sudah cukup lama. Dan, membunuh Ciko, mustahil mereka lakukan. Mereka yang duduk di sini, sudah seperti keluarga. Juga, tidak ada alasan kuat kenapa harus sampai membunuh Ciko.

"Untuk apa salah satu di antara kita membunuh Ciko, Ky," ujar Danu mewakili pikiran Adam. "Kita semua nggak punya alasan untuk melakukan itu."

"Meski bukan kita, tapi bisa aja salah satu orang terdekat kita yang melakukannya," jawab Rizky.

"Maksudnya orang terdekat itu siapa?" tanya Gaga bingung.

"Lo bertiga, kalian punya sopir dan asisten pribadi. Mereka selalu tahu kalian ke mana, melakukan apa. Pelakunya mungkin bukan ada di lingkaran pertemanan kita saat ini. Tapi, pelaku bisa aja orang terdekat kita." Rizky menatap ke arah Adam yang hanya diam dan mendengarkan.

"Lo masih menyangkal kalau pelaku bukan berasal dari keluarga Fabian setelah Haris meninggal?" tanyanya yang membuat semua mata menatap Adam, karena lelaki itu adalah cucu bungsu kesayangan keluarga Fabian, sekaligus orang yang paling menentang untuk mempercayai jika pelaku berasal dari keluarganya sendiri.

"Gue nggak menyangkal kemungkinan apapun, Ky. Tapi, gue juga nggak mau menuduh tanpa bukti," jawab Adam pelan. "Media sekarang udah tahu, berita akan semakin menggila. Pelaku pasti akan sangat berhati-hati sekarang."

"Terus kita akan diam aja? Membiarkan mereka menang gitu aja?" tanya Rizky.

Adam menggeleng pelan mendengarnya, "Kita harus mengungkap alasan kematian Ciko," ucapnya. Ia menoleh ke arah Danu yang duduk di sampingnya, "Ayo ambil langkah terakhir, libatkan Opa dalam masalah ini."

*

Safa membasuh wajahnya di wastafel, menatap bagaimana kacaunya wajahnya saat ini. Ia mengelus lembut perut buncitnya, berharap semoga anaknya mengerti jika saat ini keadaan masih belum membaik, jadi dia harus tetap kuat di dalam sana, apapun yang terjadi.

Gadis itu keluar dari kamar mandi lorong VIP ini, ia tidak sengaja menabrak seorang pria hingga membuat ponsel lelaki itu terlempar begitu saja. "Astaga, maaf-maaf, saya nggak sengaja." Safa memungut ponsel itu sedikit kesusahan, "Saya akan ganti kerus—"

"Safa Dhenisa?"

Perkataan Safa terhenti, ia menatap lelaki itu sembari mengulurkan kembali ponselnya. "Siapa?" tanyanya bingung.

"Saya Felix, jurnalis dari Media News." Ia mengeluarkan tanda pengenalnya sebagai jurnalis salah satu siaran berita terkenal itu.

Safa menatapnya sekilas, enggan berucap apapun, dan hendak melangkah pergi namun lelaki itu menghentikannya dengan menghadang lengannya. "Saya perlu berbicara dengan kamu."

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang