Bab 9

1.1K 169 35
                                    

Selamat Membaca





Jangan lupa tekan bintang di bawah, dan tinggalkan komentar yeorobunnn







Sejenak, Adam terdiam, lelaki itu tampak syok sekaligus bingung, ia menghela napas pelan. "Sekarang kamu di mana?"

"Fabian's hospital, Pak. Rizky masih di UGD, saya takut."

"Kamu tenang dulu, jangan telepon siapapun lagi, saya ke sana sekarang." Adam mematikan ponsel begitu Keisya sudah menjawabnya. Ia hendak turun dari ranjang sebelum Safa mengerjab pelan, terbangun karena suaranya tadi.

"Kenapa?" Gadis itu bertanya sembari menguap lebar dan bangkit duduk, menatap sang suami dengan tatapan bertanya.

Adam diam, tampak bingung harus mengatakan apa. Ia tidak ingin kembali berselisih dengan sang istri, namun Adam juga tidak mau membuat Safa panik dan khawatir. Ia menghela napas pelan, balas menatap Safa dengan tatap serius.

"Ikut aku mau?" tanyanya yang membuat kening Safa mengerut.

"Malam-malam begini? Mau ke mana?" Gadis itu balik bertanya dengan suara serak, wajahnya masih terlihat sangat mengantuk.

"Ke rumah sakit." Adam diam sejenak, sebelum ... "Rizky ditusuk di rumahnya sendiri."

Kali ini wajah Safa tampak sangat terkejut, rasa kantuknya hilang, namun ia tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Gadis itu mengangguk beberapa kali. "Di rumah sakit mana? Dia sekarang sama siapa?"

"Ada Keisya yang menemani Rizky, jangan panik ya, Sayang. Nanti dia jadi nggak nyaman," ujar Adam sembari menyentuh perut Safa yang membuat gadis itu mengangguk, kini kedua matanya sudah basah, ia berusaha menahan diri dari ketakutannya. "Ambil cardigan, ya. Aku tunggu di bawah. Jangan buru-buru, Rizky akan baik-baik aja."

Lagi-lagi Safa hanya mengangguk, ia segera turun dari ranjang, dan berjalan menuju walk in closet, tangannya sibuk meraih cardigan dengan asal, sebelum pandangannya terpaku dengan gelang persahabatan yang Bella beli di hari wisuda mereka.

"Pakai terus, ya. Kalau sampai salah satu dari kita ngerusakin gelang ini, dia harus ganti yang lebih mahal."

Perkataan Bella kembali terngiang di kepala Safa yang membuat gadis itu duduk di sofa yang berada tepat di tengah, ia terisak pelan sembari memegangi gelang di tangan kanannya itu. Kehilangan Ciko untuk mereka seperti kehilangan pegangan. Meski berusaha untuk saling menguatkan, namun nyatanya ketidak-adaan Ciko, membuat semuanya terasa berbeda.

Safa kembali bangkit berdiri, menarik cardigan berwarna hitam, sebelum beralih ke samping, dan meraih jaket hitam milik Adam. Ini bukan waktunya meratapi nasib. Rizky sendirian, lelaki itu sedang terluka. Safa harus segera menemuinya, memastikan jika teman baiknya itu dalam keadaan baik.

Memastikan jika kali ini ia tidak terlambat lagi.

*

Keisya berdecak ketika Rizky sejak sore tadi tidak bisa ia hubungi. Mereka membuat janji untuk bertemu di salah satu bar sepulang kerja. Hubungan keduanya mungkin tidak lagi sedekat dulu, namun mereka mencoba memperbaiki kecanggungan setelah kematian Ciko, yang membuat Rizky dan Keisya berada di kubu yang berbeda.

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang