Bab 6

1.1K 169 21
                                    


Selamat Membaca.






Kangen sama mereka?

Maaf ya jadi jarang nyapa kalian di wattpad.







"Sejauh ini, kami masih terus memantau pergerakan dari Awan Fabian. Ada tim kami yang mengikutinya selama dua puluh empat jam. Jadi, tolong bersabar selama seminggu ini. Saya akan memberi kabar terbaru jika menemukan sesuatu."

Safa, Bella, dan Rizky, semakin tidak tenang. Prasangka buruk mereka terhadap keluarga Fabian semakin membesar. Rahasia ini masih mereka simpan sendiri sebelum tiba-tiba saja malam ini, di hari keempat penyelidikan, tim dari Gen tertangkap basah oleh pengawal dari Awan.

"Lo udah gila, Fa. Lo, Bella, dan teman sialan lo itu udah gila!"

Di ruangan kerja Adam di gedung Fabian, Safa duduk di antara semua keturunan Fabian. Rizky tengah dinas di Surabaya, sedangkan Bella sedang berada di Bandung, mengunjungi Kakeknya yang tengah sakit. Jadi, malam ini, Safa harus menghadapi mereka sendirian.

"Gue akan menggugat kantor detectif sialan itu!" Awan sejak tadi tampak berjalan mondar-mandir dengan ekspresi marah. Sedangkan di sofa lain, Adam, Danu, Gaga, dan Ardan, duduk menghadap Safa yang tengah duduk di sofa tunggal.

"Oh, nggak usah." Awan menatap ke arah Safa, "Supaya lebih mudah, gue akan adukan ini ke Opa. Supaya Opa tahu apa yang sedang lo dan Bella lakukan. Supaya kalian nggak terus seenaknya kayak gini. Gue akan ngadu dan bilang kalau lo berdua mencoba menghancurkan keluarga ini. Kalian mencoba memfitnah gue untuk mencemarkan nama baik keluarga Fabian."

"Kak Awan yang bunuh Ciko?"

Tanpa sedikit pun rasa takut, Safa bertanya kepada Awan, balas menatap lelaki itu dengan berani. Pertanyaannya membuat keempat lelaki yang sejak tadi diam, menatapnya dengan helaan napas berat.

"Fa," panggil Adam dengan nada memperingatkan kepada sang istri.

"Jawab," kata Safa kepada Awan yang kali ini benar-benar terlihat marah. "Kalau Kak Awan memang bukan orang yang menyebabkan kematian Ciko, nggak usah semarah sekarang. Tapi, kalau Kak Awan sampai semarah ini, bukannya semua dugaan ini benar, ya?"

"Lo—"

"Wan." Adam bergerak cepat dengan menarik lengan Awan mundur ketika ketika lelaki itu terlihat sudah gelap mata, dan ingin menyerang sang istri. "Safa masih istri gue. Dia bagian dari keluarga kita."

Awan mengembuskan napas kasar, sebelum mendorong kasar bahu Adam dan kembali berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Karena itu, sejak awal gue selalu bilang sama lo, Dam. Dan, juga sama lo, Nu. Pilih cewek yang bener untuk masuk ke keluarga ini. Lihat sekarang cewek pilihan kalian. Sialan semua tahu enggak!" Setelahnya, lelaki itu berjalan meninggalkan ruangan begitu saja.

Safa mengerutkan kening melihatnya, ia beranjak berdiri, hendak menyusul kepergian Awan, sebelum Adam lebih dulu menahan lengannya. "Mau ke mana?" tanya Adam.

"Nyusul Kak Awan. Dia salah satu terduga tersangka. Mana boleh pergi gitu aja." Gadis itu hendak melangkah, namun cengkraman Adam di lengannya mengerat. Safa menatap sang suami dengan tatapan tidak suka, sebelum ...

IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang