Ini hanya sekedar cerita cinta pendek...
Kisah romantis... Main Cast...
=> [GxG] => Kim Sojung [Sowon]
=> [K-Pop] => Jung Yerin [Yerin]
=> [Random] => Jung Eunbi [Eunha]
...
97 hari telah berlalu, dan Eunha tampaknya masih benar-benar merasa sakit. Luka hatinya tidak kunjung mengering, dan itu membuat Yuju merasa tersiksa. Dia ingin Eunha nya yang dulu kembali. Eunha yang baik, Eunha yang aneh, Eunha yang konyol, Eunha yang lucu, Eunha yang periang, Eunha yang lugu, Eunha yang menakjubkan, dan Eunha yang dicintainya. Ah, bodohnya dia... Dia telah melewatkan lebih dari satu dekade bersama Eunha. Jung Eunha yang telah lama berada di sisinya, namun dia baru menyadari kalau dia menyukai Eunha sekarang.
Eunha yang mungkin menurut orang lain biasa saja. Eunha tidak pintar, Eunha tidak seksi, namun dia cantik. Cantik dalam jalannya sendiri. Dia cantik karena ada Yuju, ada Yuju yang membuatnya tampak berharga, ada Yuju yang membuat kelihatan istimewa, membuatnya punya arti dalam hidup ini karena ada orang lain selain keluarganya yang memujanya.
"Eunha, tidakkah kau lelah dalam petualanganmu sendiri? Kenapa kau tidak mencoba melupakannya? Kenapa kau tidak mencoba menyembuhkan lukamu bersama aku?" Yuju mendesah pelan dan menatap wanita yang kelihatan kacau di hadapannya. Eunha menatap Yuju dengan kelopak matanya yang sendu karena kebanyakan menangis. Rambutnya yang indah tampak kusut dan dibiarkan terurai begitu saja diatas bahunya. Eunha kacau, namun dia tetap cantik bagi Yuju.
"Aku menginginkan Sowon." Bisiknya, "Aku menginginkan dia lebih dari apapun di dunia ini."
"Aku sudah bilang kepadamu, dia adalah mawar dan aku adalah lilin. Eunha, kau menyukainya hanya karena perasaan sesaat karena dia begitu indah namun kau akan selalu membutuhkan lilin."
"Aku tidak mengerti... Yang aku tahu, ada duri dalam hatiku ketika Sowon sama sekali tidak mempedulikanku, ketika dia tidak pernah lagi menatapku dan menghindariku, seluruh diriku pergi bersamanya."
"Hanya sebagian." Yuju membantah, "Sebagian dirimu yang lain tetap ada disini."
"Baiklah, hanya sebagian." Eunha mengalah, "Namun aku tidak yakin aku akan kehilangan sebagian diriku ketika aku kehilangan lilin." Desis Eunha lagi.
Yuju tersenyum getir, "Kau mungkin tidak akan kehilangan sebagian dirimu namun kurasa kau tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa lagi tanpa lilin."
"Coba saja." Kata Eunha dingin, "Dan kau bisa lihat bahwa sebenarnya aku sama sekali tidak membutuhkan lilin."
"Begitukah?" Yuju menyahut dengan kecewa, "Apakah kau ingin aku pergi?"
"Aku tidak punya apapun yang bisa dipertahankan setelah aku kehilangan Sowon, setelah Sowon tidak lagi menatap padaku bahkan aku tidak merasa aku perlu mempertahankan hidupku."
Yuju mendesah frustasi. Dia tahu, Eunha kembali patah hati namun dia tidak menyangka pengaruh Sowon akan sebegini besarnya pada Eunha, "Setidaknya kau bisa tetap hidup demi aku."
"Tidak..." Eunha menggeleng.
"Kalau begitu, kau akan lihat seberapa besar kau membutuhkan lilin." Kata Yuju muram, sebelum akhirnya dia meninggalkan Eunha sendirian. Eunha hanya menatap Yuju, menatap punggungnya dengan pandangan kosong. Pandangan kosong yang seolah-olah menegaskan bahwa dia benar-benar tidak bisa lagi sepenuhnya menguasai dirinya, bahwa dia benar-benar kesakitan.
Yuju benar-benar pergi, dan semua hal itu seolah membuat Eunha merasa limbung. Tidak berdaya. Jika dia merasakan duri dalam dadanya ketika Sowon menolak perasaannya, kini dia merasakan ada lubang besar dalam dadanya dan makhluk-makhluk kecil tak kasat mata yang serasa mengunyah hati, jantung dan paru-parunya. Membuat lubang dalam dadanya kian menganga, membuat hidupnya hampa dan membuat dirinya merasa kesakitan.
Sowon tidak peduli dan kini Yuju pergi. Dunianya mendadak gelap, dan dia tidak bisa melihat apa-apa lagi selain putaran kenangan-kenangannya bersama Yuju yang terputar dalam sudut gelap pikirannya serupa film yang terus diputar ulang yang membuatnya merasa kesakitan. Dia sendirian. Dia membutuhkan Yuju, dan Yuju sama sekali tidak ada di sisinya. Eunha menangis sendirian dan tidak ada satupun yang datang untuk menyeka air matanya. Hidupnya benar-benar hampa, tidak punya arti lagi, membuatnya kian kacau dan kelihatan seperti orang gila.
Kini Eunha tahu apa arti lilin sesungguhnya. Lilin selalu bersedia berkorban, membakar dirinya sendiri. Membiarkan dirinya meleleh dalam kesakitan sendiri hanya demi menerangi orang yang memilikinya, hanya demi membuat orang yang memilikinya mampu melihat hal-hal istimewa yang tidak bisa dilihat dalam kegelapan.
Yuju rela menjadi lilin baginya. Membakar diri perempuan itu sendiri hanya demi meneranginya, dan kini Eunha tahu mengapa dirinya kelihatan istimewa bagi teman-temannya. Teman-teman sekolah dasar, juga teman-teman sekolah menengah dan SMA nya. Itu semua karena Yuju. Yuju membuatnya terlihat begitu berharga. Begitu diinginkan, karena perempuan itu benar-benar memuja Eunha. Karena perempuan itu hanya ingin Eunha bahagia. Eunha menangis lagi.
Eunha, tidakkah kau paham? Dia adalah bunga mawar dan aku adalah lilin.
"Aku sudah paham, Yuju." Bisik Eunha lirih, "Jadi kembalilah. Kembali padaku." Eunha menyeka air matanya dengan punggung tangannya yang dilapisi kulit berwarna putih pucat, lantas bangun dari duduknya dan beranjak masuk ke kamarnya. Gadis itu menekan saklar lampu untuk menyalakan lampu, namun tidak ada perubahan sama sekali di ruangan kamarnya. Kamarnya tetap terlihat gelap dan hitam pekat. Eunha mengerutkan kening dan mencoba menekan saklar lampunya lagi, namun tidak ada perubahan.
Gelap semakin terasa pekat memenuhi penglihatannya dan itu membuatnya benci. Gelap seolah menjadi pengingat bahwa Yuju benar-benar pergi. Bahwa lilinnya telah meninggalkannya. Eunha mendesah pelan dan merasakan air mata meluncur turun dari pelupuk matanya. Mungkin gadis itu akan menangis lagi jika tiba-tiba saja tidak terdengar suara desis di ujung ruangan.
Sedetik kemudian, muncul liukan api kecil dalam kegelapan. Lilin. Lilin yang berada dalam genggaman kuat seorang perempuan.
Perempuan itu bangkit sambil masih menggenggam lilin dan menghampiri Eunha pelan-pelan. "Yuju?" Eunha mendesis dengan bibir bergetar dan air matanya kembali berhamburan ketika Yuju berada di hadapannya. Yuju menghapus air matanya dengan jari-jari perempuan itu, kemudian mengelus rambut Eunha yang kusam.
"Kau kembali..." Kata Eunha dengan perasaan bahagia bercampur sedih yang tidak tertutupi. Yuju tersenyum lebar, kemudian meletakkan lilin itu di atas meja kecil yang berada di sisi dinding di dekat mereka.
"Tidak akan jika aku punya alasan yang bagus." Eunha mendongak dan menatap sepasang bola mata Yuju yang disinari cahaya temaram lilin, "Aku mencintaimu..." Yuju tersenyum lebar. Perempuan itu membungkuk dengan perlahan.
"Aku sudah tahu itu." Eunha tersenyum lebar, dan memeluk Yuju dengan erat. Yuju balas mendekap Eunha di bawah temaram cahaya lilin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.