Bab 1

274 1 0
                                    


Malapetaka terkadang datang tanpa permisi, menyisakan sembilu di relung hati, dan tersisa kenangan perih hingga hidup terasa sepi. Sejatinya manusia tak luput dari persoalan duniawi, bersikap semena-mena, dan selalu beranggapan hidup hanya sekali, pikiran sempit seperti itu lah yang justru mengantarkan malapeta itu datang di kehidupan manusia. Sebab sejatinya hidup adalah sebuah pembalasan, jika memupuk hal manis, tentu akan menuai hal manis pula, namun jika sebaliknya maka malapetaka lah yang justru ada.

Namaku Abi, Aku seorang mahasiswa di salah satu kota besar yang ada di Jawa Tengah. Saat ini aku sedang menjalani kesibukan perkuliahanku di semester 6, itu artinya libur semester nanti menjadi libur semester panjangku sebelum nantinya fokus dengan skripsi dan tugas-tugas lainnya.

Di kampus, aku memiliki enam teman baik. Kami selalu nongkrong di salah satu warung tak jauh dari kampus. Keenam temanku tersebut yaitu Husein, Hasan, Imron, fajar, tari dan dila. Kami bertujuh bukan dari satu jurusan yang sama. Namun kami bertemu di tempat tongkrongan langganan kami, menjadi akrab sejak MABA hingga saat ini.

Siang ini kami sudah membuat janji temu bersama, liburan sebentar lagi tiba, itu artinya kami perlu melakukan sebuah agenda untuk mengisi kekosongan liburan semester yang cukup lama.

Aku datang lebih dulu di warung, kemudian di susul kedua teman perempuanku, dan tak lama keempat temanku yang lain pun tiba. Kami memesan makanan dan minuman sebagai teman ngobrol kami kali ini.

"Guys, sebentar lag ikan libur semester, liburan kuy" ucapku

"Boleh juga ide Abi, apalagi kan kita libur satu bulan lebih tuh, sayang-sayang kalau kita ngga pake buat healing" ucap fajar menambahi

"Bagaimana kalau ke pantai?? Kayaknya pantai di Jogja bagus-bagus tuh" ucap dilla

"Gimana kalau naik gunung?? Bukan Cuma nikmatin sunset atau sunrise aja, kita juga bisa sekalian uji adrenalin kita, gimana-gimana??" ucap Tari

"Asikk juga tuh naik gunung, lama juga ngga naik, kangen euy" ucap imron

"Yang lain gimana??" tanyaku

"Gunung boleh pantai juga okey kalau aku" ucap husein

"Aku setuju kalau gunung, kayaknya seru juga itu" ucap hasan

"Gimana kalau kita lakuin voting??" ucapku

"Setuju!!" ucap keenama temanku kompak

Kami pun kemudian melakukan voting untuk menentukan pilihan liburan semester kali ini, apakah pergi ke pantai atau naik ke gunung?? Kalau boleh jujur, aku sendiri lebih memilih untuk naik ke gunung di bandingkan dengan pergi ke pantai, sebab ketika naik gunung banyak hal menyenangkan dan menantang yang bisa diperoleh, terlebih lagi naik gunung bisa memupuk kekompakan kami berenam. Namun, aku juga tidak bisa mengambil keputusan sepihak, aku ingin menghargai semua pendapat dari teman-teman yang lain juga, agar liburan kali ini lebih berkesan dan tanpa adanya penyesalan.

Setelah dilakukan voting, Sebagian besar temanku memilih untuk naik ke gunung dibandingkan dengan pergi ke pantai. Oleh karena itu, kami semua memutuskan untuk naik ke gunung guna mengisi libur panjang kami kali ini.

Gunung lawu kami pilih sebagai tempat tujuan kami, sebab keindahan puncak lawu menjadi daya Tarik tersendiri bagi kami, selain itu juga jarak yang tidak begitu jauh dari tempaat kami saat ini menjadi salah satu pertimbangan lain bagi kami bertujuh. Setelahnya, kami memutuskan untuk naik ke gunung lawu esok lusa. Mengingat libur semester baru akan di mulai esok hari.

Dengan waktu yang tidak banyak, kami pun memilih untuk membagi tugas, pertama tugas untuk menyiapkan perlengkapan pendakian, kedua menyiapkan perlengkapan camping, dan terakhir menyiapkan logistic yang cukup untuk bertujuh. Beruntung semua teman-temanku pun sigap dan bersedia untuk mengikut arahan yang ada, sehingga tak butuh waktu banyak untuk menyiapkan segala hal untuk pendakian kali ini.

Di tengah perbincangaan, fajar pun mengusulkan sebuah ide yang tak biasa untuk pendakian kami ke gunung lawu kali ini. fajar usul agar kami semua tidak membawa gawai saat mendaki nanti, tujuannya agar masing-masing dari kami tidak sibuk sendiri dengan gawainya masing-masing, kami hanya diperbolehkan membawa kamera untuk mengabadikan moment pendakian ini. Awalnyaa teman-temanku kurang begitu setuju dengan usulan fajar, namun mereka bersedia untuk mempertimbanagkannya.

Bersambung

GANCET DIGUNUNG LAWUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang