Bab 8

146 1 0
                                    


Tepat di jam 11 siang, kami pun akhhirnya sampai di pos kedua, pos yang lebih dikenal dengan ssebutan pos brak seng. Di pos ini ada sebuah pohon yang konon dikeramtkan oleh masyarakat sekitar. Pohon tersebut sangatlah besar dan menjulang tinggi, serta di bagian pohon itu dililih oleh kain berwarna putih sangat mirip dengan kain mori, kain yang biasa digunakan untuk membungkus jenazah.

"Aku sedikit merinding di sini" ucapku

"Sama bi, aku juga ngerasa merinding di sini" ucap husen

"Lebih baik kita jangan berlama-lama di sini" ucap imron

"Setuju, kita kan sudah rehat sebelumnya di pos pertama lebih baik kita langsung lanjut ke pos selanjutnya, gimana??" ucapku

"Setuju" ucap teman yang lain

"Tapi aku lelah banget, ranselku benar-benar berat" ucap fajar mengeluh

"Siapa suruh bawa barang ngga bener" ucapku kesal

Aku berucap dengan suara yang lirih, agar tidak di dengar oleh teman-teman yang belum tahu jika fajar membawa minuman keras saat ini. karena semua teman-teman setuju untuk lanjut naik, kami pun bersikap abai dengan keluhan fajar tersebut.

Perjalanan menuju pos-pos selanjutnya pun kami lanjutkan. Singkat cerita perjalanan dari pos kedua hingga pos kelima tidak ada satu pun kejadian janggal yang menghampiri perjalanan kami. Semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang kami pikirkan dan kami rencanakan sebelumnya.

Saat tiba di pos kelima yaitu pos yang lebih dikenal dengan ssebutan pos bulak peperangan, kami bermaksud untuk mendirikan tenda untuk beristirahat, saat itu jam sudah menunjukkan pukul lima sore, itu artinya kami semua sudah menempuh perjelanan yang cukup panjang dan melelahkan. Kurang lebih Sembilan jam perjalanan sudah kami lalui, dan setelah ini masih ada beberapa pos lagi yang harus kami pijaki sebelum nantinya sampai di puncak lawu saat petang hari.

Di pos lima ini, kami bergegas untuk membangun dua tenda, satu tenda untuk laki-laki dan satu lainnya tenda untuk perempuan. Lokasi pendirian tenda yang kami pilih cukup jauh dari kerumunan pendaki-pendaki lain, sebab fajar tidak ingin pendaki-pendaki lain mengetahui bahwa ia akan melakukan pesta miras di sana, awalnya aku menentang hal tersebut, namun aku kalah dengan suara-suara yang lebih memihak ke fajar dibandingkan memihak denganku.

Setelah selesai mendirikan tenda, kami bertujuh pun kumpul di satu titik, kami mulai menyiapkan makanan dan minuman untuk kami santap, lapar dan dahaga benar-benar sudah menyerang tubuh kami, wajar saja kami sudah berjalan cukup jauh dan cukup lama, tentu hal tersebut sangatlah melelahkan sehingga kami membutuhakn asupan makanan untuk mengembalikan sstamina kami.

Saat hari sudah mulai petang, fajar pun tiba-tiba saja mengeluarkan minuman keras dari ransel miliknya, sontak hal tersebut benar-benar membuat kaget teman-teman lain yang belum mengetahui jika fajar membawa miras, terlebih lagi dilla kekasih fajar, ia tidak tahu dan tidak menyangka jika kekasihnya tersebut membawa miras saat mendaki.

"Kamu sehatjar??!! Ke gunung ko bawa miras" ucap dilla kesal

"Bener-bener ngaco si fajar, mau naik apa pesta miras!!" ucap tari yang tak kalah kesal dari dilla

Bukannya merasa bersalah, fajar justru melemapr candaan dengan mengajak keduanya untuk berpesta miras dengannya, aku benar-benar semakin tidak paham dengan jalan pikiran fajar, dan anehnya hasan yang baru tahu perihal ini pun tidak terlihat kaget, sepertinya memang mereka semua benar-benar memiliki niat untuk berpesta miras di lawu ini.

Fajar, husen, hasan, dan imron pun lantas membuat api unggun tak jauh dari tenda kami, setelahnya fajar bergegas untuk mengeluarkan satu botol miras untuk mereka berpesta, mereka sempat menawariku, namun dengan tegas aku menolaknya, niatku datang ke lawu untuk bersenang-senang menikmati alam, bukan malah bersenang-senang berpesta minuman seperti yang saat ini mereka lakukan.

"Lebih baik aku masuk tenda aja" ucapku ingin menghindar dari mereka semua

"Aku setuju dengan abi, lagian kalian loh ada-ada aja, bukannya menikmati alam malah menikmati minuman" ucap tari kesal

Tari dan dilla pun bergegas untuk masuk ke dalam tenda perempuan sama sepertiku, mereka menunjukkan kekesalannya kepada fajar yang justru mengacaukan pendakian kali ini. namun fajar dan ketiga teman yang lain tidak bergemiing sedikit pun, mereka justru semakin larut dalam pesta yang mereka hadirkan di tengah pendakian, keempat-empatnya berpesta miras hingga tengah malam, bahkan mereka sampai menghabiskan tiga botol minuman keras dalam waktu yang benar-benar singkat. 

GANCET DIGUNUNG LAWUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang