Bab 2

180 1 0
                                    

Fajar pun tidak begitu puas dengan jawaban teman-temannya itu, ia ingin teman-temannya langsung menyetujui usulan yang ia berikan tanpa harus mempertimbangkannya lagi, alhasil fajar pun terus membujuk kami semua tanpa henti.

"Semisal kalian bawa gawai atau handphone masing-masing pasti pendakian kita akan basi, kita akan sibuk post foto post video di sosmed, sibuk update status, sibuk balas pesan teman-teman lain yang penasaran dengan pendakian kita, terlebih lagi kita akan sibuk buat kasih kabar bapak sama ibu di rumah, coba deh bayangin seribet ap akita nanti ketika naik dan tetap bawa gawai" ucap fajar

Ucapan fajar ada benarnya juga, terlebih lagi aku dan teman-teman selama ini tidak pernah lepas dari gawai, hampir dua puluh empat jam gawai tak pernah jauh dari keberadaan kami, ini adalah moment yang tepat untuk kami semua lebih mengexplore alam dengan tidak melibatkan gawai di dalamnya.

"Usulan fajar ngga ada salahnya juga loh kita terrapin, terlebih lagi selama ini kita tidak pernah lepas dari gawai, kita nongkrong aja pasti ada aja yang sibuk sendiri dengan gawainya, ini waktu yang tepat untuk kita quality time dengan diri kita sendiri dan juga untuk kita bersama" ucapku

Setelah aku memberikan pandangan perihal usul fajar kepada teman-teman yang lain, akhirnya mereka semua pun setuju dan sangat tertarik dengan apa yang diusulkan oleh fajar. Usulan fajar pun akhirnya berujung kesepakatan.

Kami nongkrong sampai petang tiba, kalau sudah bertemu memang suka lupa waktu sebab obrolan kami terlampau asyik untuk dilewatkan begitu saja, terlebih lagi setelah ada obrolan perihal pendakian ke gunung lawu ini, aku dan teman-teman sudah mulai membayangkan betapa menyenangkannya pendakian kami nanti. Bahkan aku dan yang lainnya pun mulai tak bisa lepas dari imajinasi kami perihal keindahan puncak gunung lawu.

"Aku benar-benar sudah tidak sabar menunggu esok lusa" ucap dilla

"Sama, aku pun sudah tidak sabar" ucap imron

"Ngomong-ngomong kita kan ngga bawa gawai nih, harus ada diantara kita yang tetap bawa kamera loh, jangan sampai moment kita naik ke lawu leeway begitu aja" usul tari

Dari keenam teman-temanku, tak ada satu pun yang memiliki kamera di rumahnya, beruntung aku memilikinya, sehingga aku pun menawarkan diri untuk membawa kamera saat pendakian nanti.

Kamera dan gawai menjadi dua buah kebutuhan yang tak pernah lepas dariku, hobiku memotret dan mengambil video mengharuskanku memiliki kamera, bahkan hampir setiap minggu aku selalu menyempatkan diri untuk hunting bersama teman-temanku yang lain yang juga memiliki hobi yang sama denganku.

"Kalau masalah kamera aku ada kok, jadi aman" ucapku

"Nanti ambil fotoku yang bagus ya bi pas di puncak lawu" ucap dilla

"Aman" ucapku

"Tenang aja, Abi udah pro masalah potret memotret" ucap fajar meledekku

Aku pun hanya bisa tertawa membalas ledekkan fajar, malam itu benar-benar menjadi malam terasyik sepanjang pertemuan kami bertujuh.

Bayangan-bayangan tentang keindahan lawu dan juga keindahan tiap tanah yang akan kami pijaki nantinya terus membayangi pikiran kami bertujuh. Meskipun pendakian baru akan kami lakukan besok lusa, namun aroma gunung lawu sudah mampir di tengah-tengah perbincangan kami, sontak hal tersebut semakin menambah gairah di diri kami bertujuh.

"Lawu kami akan datang" teriakku membakar semangat teman-temanku

"Lawu I'm coming!!!" teriak semua teman-temanku

Sontak teriakan kami pun menimbulkan gaduh di warung yang kami singgahi itu, para pengunjung lain pun memandang ke arah kami satu persatu karena teriakan kami. Kami pun hanya membalasnya dengan tertawa lebar, seolah-olah dunia saat itu hanya miliki kami bertuju dan yang lainnya hanya singgah sebentar.

Karena hari sudah semakin larut, aku pun memutuskan untuk mengajak semua teman-temanku untuk pulang, terlebih lagi esok hari kita harus mempersiapkan segala hal yang akan kami bawa saat pendakian nantinya, jangan sampai ada satu barang pun yang terlewat. Selain itu juga aku menyarankan kepada semua teman-temanku untuk meminta izin kepada orang tua mereka perihal pendakian ini, aku tidak ingin mereka tidak pamit ke orang rumah, bagaimana pun juga izin menjadi salah satu hal yang cukup penting demi keselamatan kami semua.

Beruntung semua teman-temanku tak keberatan dengan apa yang aku katakana, bahkan mereka semua berterima kasih kepadaku karena sudah diingatkan, karena terlalu bersemangat mereka sempat lupa dengan izin tersebut.

Kami pun berencana untuk bertemu lagi esok sore, untuk membicarakan perkembangan persiapan kami semua, kami pun sepakat untuk bertemu di warung yang sama di jam yang sama pula, karena kami sudah begitu akrab dengan pemilik warung, tentu ia tak keberatan dengan keberadaan kami yang berisik dan kerap kali menimbulkan kegaduhaan. 

GANCET DIGUNUNG LAWUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang