Keduanya kini tidur dengan posisi yang sama-sama terlentang. Sama-sama diam menatap langit-langit kamar Shani yang tertempel stiker bintang dan bulan yang bisa menyala jika lampu kamar di matikan. Kamar milik Shani selalu nyaman untuk Gracia, dulu sewaktu masih SMP. Gracia sering menginap kerumah Shani, begitu juga sebalikanya. Namun sejak keduanya memutuskan untuk pacaran, kebiasaan saling menginap sudah jarang. Alasan keduanya karna takut khilaf, soalnya kan Greshan itu bucin.Kapan gue kerjanya kalo begini? Batin setan.
"Ci."
"Ge."
Keduanya sama-sama tersenyum. Kemudian daling lirik, "Jangan panggil aku 'Ci' donk Ge, aneh dengernya." Kata Shani sedikit merengek. Gracia tertawa, akhirnya dia bisa mendengar suara manja Shani lagi, jujur Gracia sangat merindukan semua tentang Shani.
"Terus mau di panggil apa? Sayang? Kan kita udah nggak ada hubungan."
"Ya nama aja, jangan pake 'Ci'." Rengek Shani lagi. Gracia jadi gemas permirsa.
Gracia memiringkan tubuhnya menghadap Shani. "Kangen aja manggil itu, kan udah lama banget nggak manggil gitu." Goda Gracia. Shani mendengus, ia juga memiringkan tubuhnya menghadap Gracia. Shani membawa kedua tanganya di bawah bantal, membawa tumpuan kepalanya di bantal yang sedikit tinggi.
Shani memandangi seluruh wajah Gracia, dari alis tipis Gracia, mata lentik Gracia, hidung mancung Gracia, spot favorit Shani, lalu ke bibir Gracia. Nafas Shani tertahan, ia menelan ludah.
Tahan Shani, tahan.
Sat set gituloh! Bujuk Setan.
"Kangen kan sama aku?." Ucap Gracia lirih. Kedua mata Shani kembali menatap netra Gracia dengan cepat.
"Hemm."
"Belum mau balikan?." Tanya Gracia pelan. Kali ini tatapan Gracia begitu teduh, sorotnya terlihat memiliki banyak penyesalan.
"Maaf, Ge." Balas Shani sama lirihnya.
Gracia memejamkan kedua matanya, hatinya pedih mendengar penolakan Shani. Di saat keduanya memilih putus, Shani memiliki peraturan dari dulu, tidak ada pelukan, tidak ada nyender, tidak ada kontak fisik lain selain gandengan tangan.
"Aku kangen." Ucap Gracia dengan nada lirih dan bergetar. Shani menatap lurus kedua mata Gracia yang kini berembun, tenggorokan Shani tercekat.
"Ge, jangan nangis."
"Aku kangen kamu Shani."
Shani juga sangat merindukan Gracia. Shani mengeluarkan kedua tanganya dari bawah bantal, lalu membawa Gracia kedalam pelukan. Untuk kali ini, Shani membiarkan Gracia memeluknya.
"Aku kangen.." Suara Gracia begitu menyesakkan, bahunya bergetar hebat.
"Iya, aku juga...Maaf Ge." Shani memejamkan matanya erat-erat, mencium aroma Shampo milik Gracia yang sangat Shani sukai. Aroma matcha, biarkan kali ini Shani tidak menuruti egonya untuk tidak berdekatan dengan Gracia. Karna Shani sangat amat merindukan gadis ini, Shani akui jika harinya selalu tidak semangat sejak keduanya kembali putus.
Pernah Shani lupa ke sekolah bawa helm dua, karna kebiasaan berangkat bareng Gracia. Eh baru nyadar ternyata mereka udah nggak ada hubungan apa-apa, Shani tidak lagi berangkat dan pulang bareng Gracia sejak kedua resmi putus.
____
Gracia.
Hay semua, kenalin. Nama aku Gracia. umur aku thn ini 17 tahun, aku akan bercerita sekarang.
Zuzur ya, aku tuh sayang banget sama Shani. Dan kayaknya dia juga sayang banget sama aku, bukanya pede. Tapi faktanya emang begitu, semua dinding kamar Shani isinya semua foto-foto kita dari kls 7 SMP sampai sekarang kelas 12 SMA. Kita tuh butem kalo kata orang-orang, ya emang sih, akutu nggak bisa tanpa Shani, kemana mana harus sama Shani, pokoknya aku nggak bisa kalo gak sama Shani, begitu juga sebaliknya- Eh, enggak ding. Shani lebih bisa tanpa aku.
![](https://img.wattpad.com/cover/350822139-288-k970159.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit
FanfictionKamu tidak perlu tahu bagaimana bisa aku jatuh cinta sama kamu, karena yang terpenting. Dimana ada kamu, disitu aku merasa cukup, cukup memiliki kamu. _Shaniar Michelle