8

276 47 11
                                    

Malam yang seperti malam sebelumnya. Sebelum tidur, keduanya menyempatkan belajar bersama di depan kasur diatas karpet bulu gambar wajah Sasuke. Lagi-lagi dimana karpet tersebut yang di belikan oleh Gracia, karna gadis bergingsul tersebut pernah cosplay sasuke waktu prom night lulusan kelas 9.

"Sumpah ya, aku paling males kalo ada itung-itungan, niat hati masuk Ips biar gak mumet fisika, ujungnya ketemu sosiologi!." Keluh Gracia sambil menggaruk kepalanya. Ia sungguh mumet, biasanya kalo ulangan sosiologi, Gracia bakalan nyontek Anin. Temannya satu itu mudah di sogok, di kasih telur gulung juga mau nyontekin. Dasar ngadi-ngadi emang Gracia ini.

"Di baca dulu biar bisa di pahamin, Ge." Ujar Shani pelan, melirik sebentar pada buku Gracia yang sudah banyak coret-coretan itungan.

"Gabisa, Ci..Udah aku baca 5x tetep nggak ngerti ngerjainnya, bantuin donk!." Gracia menatap melas kearah Shani, bibirnya maju. Shani memicing dengan senyum tertahan, "Ge, plis lah..Kita beda jurusan." Mata Shani memutar setelah nya.

"Ya abisan kenapa sih dulu kamu malah ambil Ipa?." Kan. Kalo sudah seperti ini, Shani bakal di posisikan sebagai tempat yang salah. Bibir Gracia masih maju, gadis itu kembali menatap nanar buku tulisnya yang berisi soal Sosiologi, materi yang mungkin saja keluar waktu UN nanti.

"Iya aku yang salah." Sudahlah, lebih baik Shani ngalah saja, kepalanya sudah mau meledak belajar hampir satu jam dari tadi. Kalo di tambah harus meladeni sifat kekanakan Gracia, sudah pasti ngebul beneran.

"Ck! Kenapa sih harus ada itung-itungan..Males banget, mending ngerjain Bahasa inggris 2 Bab daripada suruh ngitung beginian." Keluhan itu muncul lagi dari bibir Gracia setelah diam lima menit, Shani sudah hampir selesai. Ia tidak punya niat meladeni keluhan gadis di hadapanya itu.

"Kog ada ya orang nyiptain pelajaran Sosiologi, padahal pelajaran sejarah lebih gampang."

Bodo amat Gre. Pikir Shani.

"Nanti kalo kuliah aku nggak mau ambil yang ada itung-itungannya lah, mumet kepala aku, mending turu!."

Mau tak mau, Shani terkekeh geli. Gracia ini sedari tadi ngeluh tapi tetep mencoba mengerjakan, dan skarang Shani bisa lihat tangan Gracia dengan cekatan men corat coret bukunya untuk mencari jawaban.

"Mana nggak ada yang nyemangatin, gini ya rasanya jadi jomblo." Gracia melirik sebentar kearah Shani. Senyum Shani lenyap. Matanya mengerjap mendengar keluhan maha keramat dari bibir Gracia.

Kepala Gracia mendongak, bibirnya nyengir kala mendapati Shani sedang menatap datar kearahnya. "Kamu udah selesai?." Tanya Gracia. Shani mengangguk, "Semangat Gracia." Ujar Shani dengan senyum tipis.

Gracia langsung salting, ia lipat kedua bibirnya kedalam. "Ah, kamu mah kenapa nggak dari tadi bilang nya."

"Belajar itu harus semangat meskipun nggak ada yang nyemangatin, Ge..Aku tiap hari juga belajar tanpa ada penyemangat."

"Ya kamu kan udah terbiasa belajar, kamu lebih pinter dari pada aku." Keluh Gracia lagi.

"Tapi tetep semangat meskipun gak kamu semangatin kog." Alis Shani naik satu. Gracia mendengus, "Iya iya, semangat Shani."

"Udah telat." Balas Shani datar. Ia membereskan buku-buku belajarnya lalu beranjak untuk meletakkan buku tadi kedalam tas yang berada di meja belajar. Setelah itu, Shani kembali duduk di depan Gracia yang belum selesai belajar, "Berapa soal lagi?." Tanya Shani kalem.

"Dua, yang paling susah ini, aku nyontek Anin ajalah besok." Gracia menegakkan tubuhnya lalu menutup buku tulisnya.

Shani menghela nafas."Makanya kalo pas pelajaran itu di perhatiin, Ge..Jangan bengong mulu."

Friend With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang