7.

582 64 4
                                    


Libur terakhir di gunakan Greshan untuk pergi jalan-jalan. Mereka kulineran di PIK 2, sorenya mereka jalan-jalan di PIK 1. Melihat danau sambil jajan cilok, jika sore begini, sepanjang jalan itu di penuhi penjual kaki lima, banyak yang main layang-layang. Dan jangan lupa, disitu adalah tempat favorit Greshan kencan dulu.

"Lama banget ya kita nggak kesini, akhirnya liat keramaian lagi, tau nggak kamu kenapa aku suka disini?." Tanya Gracia setelah duduk di karpet lesehan di bahu jalan. Di sekitar mereka juga banyak yang duduk lesehan sambil menikmati pemandangan langit sore dan kendaraan yang lewat.

"Kenapa?." Tanya Shani.

"Soalnya rame, dulu pas kita masih pacaran, dunia nggak cuman berisi tentang kita, soalnya disini banyak juga yang pacaran." Lalu Gracia tertawa. Shani hanya menggeleng, selang bentar ada abang-abang datang memberikan dua cup es teh dan satunya es kopi.

"Disini selalu rame, dan kayaknya nggak bakalan sepi." Ujar Shani.

"Tutupnya jam 11 malem kan?." Shani mengangguk. Dulu di ujung jalan arah putar balik itu ada Arena balap. Gracia dan Shani suka nonton balapan itu tiap sore, tapi sekarang arena itu sudah di tutup dan terbengkalai.

"Kamu seneng cuman begini doang, Ge?." Shani menatap wajah Gracia yang tenang sambil nyedot es teh. Kepala Gracia mengangguk, "Bahagiain aku simpel kan Shani?." Shani tersenyum.

"Iya..Nanti kalo kita udah lulus-

"Ck! Malesin deh kalo udah bahas itu." Keluh Gracia. Senyum Shani berubah tawa, "Kenapa dah? Kan emang kita bentar lagi lulus."

"Iya tapi gausah di bahas..Aku lagi seneng lho, kamu mau bikin mood aku jadi jelek?." Gracia cemberut.

"Iyadeh, maaf." Shani akhirnya ngalah. Ia layangkan matanya ke depan, pada danau yang mengalir tenang, banyak juga yang mancing di pinggiran.

"Pasti bakalan berat, Ci..Kalo nggak ada kamu di samping aku nanti, sejak kita putus, tiap bangun tidur aku selalu mensugesti diri aku kalo aku harus bisa terbiasa tanpa kamu, tapi nyatanya susah ya..Liat siluet kamu dari jauh aja kaki aku otomatis nyamperin, tapi aku yakin nanti pasti bisa dan terbiasa." Jelas Gracia pelan, pandanganya lurus kedepan, jarinya memilin-milin ujung sedotan.

"Tadi katanya nggak mau di bahas?." Goda Shani melirik kearah Gracia.

"Apa cuman aku doang yang ngerasa berat kalo kita jauhan? Aku akhir-akhir ini nggak tau apa yang ada di kepala kamu tau, Ci..Semua keputusan kamu, cuman kamu sendiri yang paham gimana rasanya, aku kadang penasaran, kamu sama nggak kayak aku? Ngerasa kalo kita jauh itu hal yang gabisa di jalanin?." Gracia menatap Shani, menyelam kedalam netra milik Shani.

Shani menghela nafas, lalu membuang pandangan lagi kedepan, kepalanya sedikit mendongak. "Ya berat pasti, Ge..Tapi aku harus belajar menerima sama keputusan yang udah aku buat, aku juga sama kog, selalu bertanya-tanya. Emangnya aku udah siap jauhan sama kamu? Tapi aku juga sama, mensugesti diri aku supaya aku bisa berdamai sama diri aku sendiri, soalnya, Ge..Jatuh cinta sama kamu itu hal yang membahagiakan, jadi waktu aku memutuskan hubungan kita, aku nggak menyesal, jatuh cinta aku itu tulus, nggak mandang apapun, jadi meskipun nanti kita pisah jauhpun, aku masih akan tetap cinta sama kamu, bahkan jika kamu sudah memiliki pacar baru lagi nanti, bentuk bahagia aku itu, melihat kamu bahagia, Ge."

Andai sedang tidak di tempat rame. Gracia sudah pasti nangis kejer mendengar ucapan Shani, dibanding dirinya. Shani jauh lebih bisa berfikir dewasa, sifat Shani itu sangat lembut. Shani bisa melihat mana sisi buruk dan baiknya dari Gracia, pantas memang jika Gracia beruntung di cintai oleh Shani, sebab Shani tidak melihat keburukan apapun yang di miliki Gracia. Shani amat sangat menyayangi Gracia beserta baik buruknya. Jika putusnya hubungan Gracia dan Shani sebuah keharusan, maka jalan satu-satunya untuk tetap saling sapa adalah menerima. Gracia percaya bahwa Shani tidak akan meninggalkan dirinya, sejauh apapun jaraknya nanti. Shani, memiliki tempat terindah di hati Gracia.

Friend With Benefit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang