Seperti hari-hari sebelumnya. Sebulan terakhir di tengah padatnya Ujian, dua gadis itu dengan tinggi yang berbeda itu masih selalu bersama, pergi ke sekolah bareng, pulang sekolah bareng. Ngemall bareng, belajar bareng kalo malem minggu. Dengan mereka yang ganti-gantian menginap, semua kembali seperti dulu. Keduanya mungkin sudah berdamai dengan keadaan, memilih meredam egonya demi tali persahabatan keduanya agar tidak putus.Mengingat jika Shani setelah lulus nanti mau kuliah di Jepang. Gracia agaknya selalu khawatir dan meminta Shani agar lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Seperti sekarang, libur Ujian selama 3 hari. Gracia ngotot meminta Shani untuk menginap di rumahnya, gadis jangkung itu tidak memiliki kuasa untuk menolak jika Gracia sudah merengek.
Shani tersenyum menatap wajah damai Gracia yang masih terlelap. Ini sudah pukul 6 pagi, sehabis ibadah. Shani tidak lanjut tidur, ia asik dengan ponselnya dan sesekali menatap wajah Gracia. Tak jarang tangan kirinya terangkat mengusap-usap lengan Gracia lembut.
"Ge, kamu nggak mau bangun?." Shani mendekatkan wajahnya di samping pipi Gracia, berkata dengan lembut.
"Ge.."
"Hng..masih ngantuk." Suara serak Gracia membuat Shani jadi gemas. Shani mengangkat ponselnya, lalu iseng mengambil foto wajah samping Gracia, dimana itu adalah Angel yang begitu indah yang Shani kagumi sejak dulu, apalagi hidung mancung Gracia dan juga raham tegas milik Gracia yang-
Tahan Shani.
Shani menahan nafas. Sudah lama sekali bibir miliknya tidak mendarat di sana, di pipi mulus milik Gracia, biasanya dulu setiap bangun tidur. Keduanya akan melakukan morning kiss, sekedar cium pipi, kalo keblabalsan dikit ya kecup bibirnya, nggak lebih, dan itu sukses membuat keduanya jadi candu. Lagi. Shani menghela nafas pelan, kepalanya menggeleng samar menyingkirkan pikiran kotor yang menghasut dirinya untuk maju sekedar mencuri ciuman di rahang tegas milik mantan terindahnya itu.
"Mau cium aku ya?."
Shani terkesiap kala dirinya tertangkap basah memandang nanar sosok yang sekarang sudah membuka matanya dengan sempurna. Bibir milik gadis di hadapannya itu melengkung manis, mata lentiknya memberondong Shani dengan sorot teduh dan menenangkan. Sekali lagi, Shani takluk dalam pesona ayu Gracia.
Mendapati Shani yang masih membisu di tempat. Gracia gerakkan kepalanya untuk maju dan mendaratkan ciuman di pipi Shani, hanya dua detik. Gracia memundurkan kepalanya, netranya bersitatap dengan Shani dari jarak setengah jengkal. "Rasanya masih sama." Ucap Gracia lirih, tangan kanannya terangkat untuk mengusap pipi Shani. Keduanya saling menyelam kedalam tatapan teduh, "Shan-
Shani takluk. Tatapan Gracia menghipnotis dirinya hingga tanpa sadar, wajahnya maju hingga bibir keduanya langsung bertemu. Awalnya Shani hanya menempelkan bibirnya, tapi bibir Gracia perlahan bergerak mengecap bibir bawah Shani. Gracia tak berdaya, ia sangat merindukan moment ini, dua bulan sudah dirinya menahan hasrat setiap berdekatan dengan Shani. Tidak adanya ikatan dan kontak fisik selama dua bulan itu sungguh sangat menyiksa Gracia, dimana seluruh perasaannya di paksa berhenti untuk berlabuh, dimana kebiasaan-kebiasaan dirinya bersama Shani juga di paksa usai.
Shani terlena hingga membalas lumatan Gracia. Tanpa di sadari, posisi mereka sudah berubah dengan Gracia yang jatuh di tempat tidur dan Shani menguasai keadaan di atasnya. Kedua tangan Gracia mengalung di leher Shani, abaikan dirinya yang belum gosok gigi, toh dulu Shani begitu kecanduan bibirnya tiap bangun tidur.
"Shhh..Shan."
Shani langsung kembali ke bumi.
Ciuman keduanya terlepas, wajah Shani syok dengan tatapan bersalah menyusulnya setelah itu. Tubuhnya terpelanting ke samping dan duduk di samping kasur sambil meraup wajahnya dengan kasar. "Ge, maaf." Ucap Shani lirih sambil menoleh menatap Gracia yang masih mencoba menetralkan detak jantungnya yang sialan berdebarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend With Benefit
FanficKamu tidak perlu tahu bagaimana bisa aku jatuh cinta sama kamu, karena yang terpenting. Dimana ada kamu, disitu aku merasa cukup, cukup memiliki kamu. _Shaniar Michelle