BAB 37: Lawan

13K 1.5K 268
                                    

"Jadi, minggu depan lo mulai sibuk lagi?"

Erieka manggut-manggut sambil membersihkan bibirnya dengan selembar tisu dari kuah ramen yang baru selesai dihabiskannya. "Tapi kayaknya bakal stay di rumah. Proyeknya di Jagakarsa kok. Cuma bakal tetap sibuk pastinya. Makanya, gue pengin ngajak lo jalan-jalan hari ini buat ngelepas penat. Untungnya lo free."

"Gue, kan, free tiap hari." Eleena tersenyum masam sambil menatap lesu mangkuk ramennya yang masih tersisa kuah. Beda sekali dengan Erieka yang sampai bersih, lidah Eleena lebih menerima rasa mi instan. Khususnya, mi rebus rasa soto.

"Kan, biasanya lo nge-date sama Mas Abi."

"Bukan date itu. Cuma main PS bareng."

"Sama aja. Sama-sama ngehabisin waktu bersama."

Eleena tidak lagi membalas. Ia hanya meralat Erieka dalam hati jika hubungannya dan Abi belum memiliki status. Dan saat ini, keduanya malah bertengkar.

Mendapati Eleena hanya terdiam, Erieka pun langsung bangkit dari tempat duduknya untuk membayar tagihan yang memang sudah diminta sang kakak sebelumnya.

Melihat hal tersebut, Eleena langsung mencegah Erieka yang duduk di depannya. "Eh, mau ke mana?"

"Mau bayar."

"Ih, gue aja. Sini bill-nya."

"Udah, gue aja. Nggak apa-apa kok."

"Nggak! Sini." Eleena bersikukuh. "Biar gue yang bayar."

"Kan, gue yang ngajak, Kak. Santai aja sih?"

"Er, lo, kan, adik gue. Biarin gue yang bayarin lo sini."

Mau tidak mau, Erieka tertawa. "Apa deh? Jadi, dari kemarin-kemarin lo bayarin gue karena itu?"

Eleena cemberut mendengarnya. "Gue cuma pengin perlakuin lo selayaknya adik."

"Kak, it's okay. Lo nggak perlu maksain diri. Gue juga nggak mau jadi adik kurang ajar karena morotin duit kakaknya yang nggak kerja."

"Damn, Er!" sewot Eleena. "Dapat kerjaan nggak segampang itu!"

"Iya, tahu. Makanya, biar gue aja yang bayar. Lagian, nggak mahal kok ini. Nggak nyampe 300 ribu tuh! Santai."

Mau tidak mau, Eleena pun mengangguk. Mengalah pada keinginan keras Erieka untuk membayar pesanan mereka.

Tidak butuh waktu lama bagi sang adik untuk menyelesaikannya. Dan begitu keduanya keluar dari restoran pun, Erieka dengan senantiasa langsung bergelayut manja pada Eleena. Beruntung hari ini Eleena sedang menggunakan sneaker wedges yang mana cukup membantu Erieka untuk tidak terlalu menunduk dalam melakukannya.

"Lo tahu, Kak, dewasa bukan soal uang. Lo nggak perlu ngebayarin gue ini itu. Kalau ada, oke. Kalau nggak ada, jangan dipaksa. Cukup kayak gini. Cukup biarin gue ngerasain bisa manja-manja sama lo aja udah senang," ujar Erieka, bersungguh-sungguh.

Eleena hanya bergumam. Ia biarkan Erieka menggandengnya ke mana pun yang perempuan itu inginkan. Menemani adiknya berbelanja baju sambil memberikan saran mana yang cocok jika dibutuhkan. Sampai ponsel Erieka berdering dan membuat raut wajah cantiknya yang sejak tadi senang, seketika murung.

"Er, are you okay?"

Erieka meringis. "Kak, sori banget. Kayaknya kita harus pulang."

Eleena mengerjap-ngerjap. "Eh? Emangnya ada apa? Mama nggak apa-apa, kan?"

"Bukan soal Mama. Ini klien gue mendadak minta ketemuan sekarang. Tapi bukan di mall yang ini. Agak jauh dari sini. Gue antar lo pulang dulu, yuk?"

Sunrise in PhuketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang