EPILOG

31K 1.6K 150
                                    

Perempuan itu terbangun dengan disambut suasana asing. Tapi, sedetik kemudian ia tersenyum menyadari di mana dirinya berada sekarang.

Buru-buru sosok berponi tersebut bangkit dari ranjang, menyibak tirai, dan membuka pintu kaca yang menjadi pembatas kamar dengan balkon.

Dengan sepasang kakinya yang telanjang, ia perlahan melangkah mendekat ke arah pagar besi sambil menghirup dalam-dalam udara yang terasa begitu jernih.

Sudut bibirnya tertarik. Sang mentari pagi yang menjadi pusat pemandangan indah pagi ini bahkan masih belum terlalu tinggi di langit. Suasana pun masih terasa agak menusuk karena semilir angin berhasil menembus pakaian tidurnya yang merupakan kemeja putih kebesaran sepanjang 15 sentimeter di atas lutut.

Namun, tidak dengan matahari lain yang kini sedang tersenyum menyambutnya di balkon sebelah. Objek yang menyinari hidupnya lebih baik daripada pusat tata surya...

Abimana Prayuga.

"Pagi, El."

Sosok menjulang itu tampak menyandarkan siku kirinya ke pagar yang bahkan terlihat semakin rendah untuk menikmati pemandangan yang tak kalah indah.

Perempuan masa depannya.

Eleena terkekeh mendapati rambut tebal Abi yang sangat berantakan. Meski demikian, penampilan seperti itu sama sekali tidak mengurangi ketampanannya. "Pagi, Abi. Gimana tidurnya semalam?"

"Kurang nyenyak nih."

Eleena pun mengernyit mendengarnya. "Huh? Kenapa?"

"Punya trust issue ditinggal pas lagi di Phuket soalnya."

Eleena langsung mencebik. Seandainya mereka berada dalam jarak dekat, perempuan itu pasti sudah melayangkan cubitan ringan karena lagi-lagi Abi mengungkit kejadian tersebut.

Ya, ini bukan pertama kalinya Eleena mendengar kalimat itu. Saat keduanya memutuskan untuk kembali berlibur ke Phuket, Eleena harus berkali-kali meyakinkan Abi jika dirinya tidak akan kabur lagi. Saat keberangkatan pun, Abi tidak melepaskan genggamannya pada tangan Eleena sampai mereka tiba di hotel.

Abi sempat merutuk karena dirinya harus berpisah dengan Eleena sekalipun kamarnya bersebelahan dengan perempuan itu. Tapi, mau bagaimana lagi? Masih mending seperti ini daripada harus berjarak 10 kilometer seperti saat pertama kali keduanya bertemu.

"Kamu ngomong begitu terus, nanti aku beneran kabur lagi nih," goda Eleena yang sama sekali tidak terdengar lucu di telinga Abi.

"Coba aja. Aku bakal nemuin kamu lagi."

"I know." Eleena tersenyum manis. Percaya pada Abi jika lelaki itu selalu bisa menemukannya. "Oh iya, kita jadi jalan-jalan, kan, hari ini?"

Abi mengangguk. "Jadi dong! Mau jam berapa?"

"Jam 8 gimana? Habis explore, sorenya kita ke Malin Plaza kali, ya?"

"Sure!" Abi tersenyum sampai lesung pipitnya tercetak jelas. Membayangkan dirinya menghabiskan waktu seharian dengan Eleena saja sudah membuat suasana hati meningkat. "Sarapan bareng?"

"Kamu mau sendiri-sendiri?"

"Nggaklah!"

"Ngapain nanya!" Eleena mendengus. "Ya udah, aku siap-siap dulu."

"Jangan kabur ya, El?"

"Ish!"

***

Malin Plaza di jalan Prachanukhro daerah Patong sore itu tampak sangat ramai. Wajar saja. Selain merupakan salah satu pasar paling populer di Phuket karena menjadi wisata belanja dengan harga terjangkau, street food Thailand di sini sangat lengkap. Dan bukan hanya makanan, tapi suvenirnya pun beragam.

Sunrise in PhuketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang