-3-

23 6 1
                                    

Cafetaria SC didesign dengan suasana cozy yang cukup homie. Dengan dominan warna coklat menghiasi interior dan furniture-nya, Ray dapat merasakan bahwa siapapun yang merancang ruangan ini sepertinya bertujuan untuk menjadikan cafeteria tersebut sebagai ruang aman bagi siswa/i untuk melepas penat dari padatnya jadwal sebagai pelajar.

Lantai dasar tersebut dibangun dengan sirkulasi udara yang baik, sinar matahari dapat masuk melalui jendela-jendela yang besar dan beberapa sudut ruangan juga didesign tanpa jendela. Keberadaan tumbuhan dan pohon hias pun tampak menjadikan ruangan ini sangat nyaman dan bernilai estetika.

Keempat pemuda itu kini terduduk di salah satu sudut ruangan dalam satu meja.

"Lo semua mau pesen apa?" Tanya Bian pada ketiga adik kelasnya ini.

"Yang enak disini apa bang?" Tanya Shaka membuat Bian tampak berfikir.

"Fish bowl kemangi enak, kalau lo mau makan berat. Atau kalau lo cuma pengen yang manis dan ga berat, croffle disini juara" Bian mengacungkan jempolnya.

"Fish bowl kemangi sounds good, gue itu deh" Ucap Ray final. Dirinya sudah terlalu lapar untuk berpikir dan memilih menu lain.

"Oke, gue juga" Bian mengikuti.

Sementara itu, Kavin dan Shaka masih memikirkan menu yang akan mereka pilih dengan melihat-lihat daftar menu di ponselnya masing-masing.

"I'm actually craving for pasta, so fettuccine carbonara" Ujar Shaka yang membuat Kavin mengangguk kemudian beranjak dari kursinya.

"Ok biar gue yang pesen, minumnya all americano?"

Ketiga pemuda itu mengangguk sepakat.

Kemudian Kavin berjalan menuju order place.

"Btw, gue barusan udah kenalan sama Shaka so, gue Bian temen kecilnya Kavin. Kalau lo?" Bian mengulurkan tangannya pada Ray, membuka percakapan.

Ray tersenyum sopan, menjabat tangan pemuda yang duduk di hadapannya ini.

"Gue Ray, temen SMP-nya Shaka sama Kavin"

Tak lama, Kavin berjalan ke tempatnya semula.

"So, how's it going?" Tanyanya tiba-tiba.

"Apa?" Bian sedikit terkekeh.

"Tell me all about this school. Like everything-newcomer-should-know" Ujarnya kemudian.

Shaka mengangguk setuju.

"Right, this will be like get to know Decelis 101 with Bian si Ketos as a speaker" Celetuknya bercanda.

Ray tertawa pelan sembari menggelengkan kepala, kemudian ia terdiam seperti teringat sesuatu.

"Wait, you're a chairman? I mean i didn't know you're our senior. I thought kita semua seumuran haha" Tanya Ray pada Bian.

"Hahaha apparently, yes?"

"Day 1 at dorm, and we already get along with a chairman, kinda crazy and cool i'd say" Komentar Shaka.

"Thank me later, i guess?" Ucap Kavin karena secara tidak langsung, ia-lah yang menyebabkan semua ini dapat terjadi.

"So, lo mau tau dari sisi mananya dulu?" Tanya Bian pada akhirnya menuruti permintaan adik kelasnya itu

"Like good side and bad side?" Tanya Shaka.

Bian menggeleng kepalanya pelan sembari terkekeh, membuat Ray sadar bahwa teman Kavin yang satu ini memang tipikal orang yang murah senyum dan tawa, tak heran mengapa ia bisa menjadi Ketua OSIS.

"No but like, sisi sosialnya kah? How the students make friends? How many kinds of students in here? atau sisi akademik? How we study, et cetera, et cetera"

"Oh, i thought" Shaka tertawa. Benar, mana mungkin Ketua OSIS ini memaparkan sisi jelek dari almamaternya sendiri kepada pendatang baru, ya kan?

===

Matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat ketika keempat pemuda ini keluar dari cafetaria.

"Shak, Ray, gue mau lanjut ngobrol sama Bian di kamarnya. You guys wanna join?" Tanya Kavin.

"Nah sorry, we're gonna prepare for tomorrow" Jawab Ray sembari tersenyum. Laki-laki itu merasa sedikit sungkan menerima tawaran Kavin mengingat Bian adalah kakak kelasnya, seorang ketua OSIS pula.

"Aight, see you tomorrow then" Kavin melambaikan tangannya yang dibalas kemudian oleh Ray dan Shaka.

"Good luck for tomorrow!" Ucap Bian menyemangati.

"Let's go" Ajak Ray pada Shaka. Kedua pemuda ini memutuskan untuk menyiapkan perlengkapan untuk pre-orientasi besok hari bersama di kamar Ray.

Klek.

Pintu kamar Ray dibuka, pemilik kamar tersebut segera melepas sepatu sambil menengok ke arah Shaka yang masih termagu di depan balkon.

"Oi, lo mau masuk atau nggak nih?" Tanya Ray.

Shaka masih saja tak bergeming.

"Shak!" Panggil Ray dengan suara sedikit lebih keras. Mau tak mau ia menghampiri lelaki jangkung tersebut.

"Ngapain sih?"

"Sst! Ray lo liat ga? di sebrang ada cewek?"

Arah pandang Ray ia alihkan mengikuti kemana netra Shaka berlabuh. Namun ia tak menemukan siapapun yang dimaksud temannya itu.

"Mana jir, gak ada siapa-siapa"

"Itu anjir, di lantai 3 cafetaria. Lo ga liat?"

Ray menyipitkan matanya, masih mencari keberadaan sosok tersebut.

"Gak usah ngaco, cafeteria lantai 3 ditutup. Lo gak liat tadi ada sign-nya di deket tangga?"

Shaka kemudian menoleh ke arah Ray, raut mukanya menandakan seperti ia baru teringat sesuatu.

"Gak usah aneh-aneh Shak" Ucap Ray memperingatinya seraya berjalan kembali ke arah kamarnya.

===

Checkmate - ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang