-4-

26 5 0
                                    

Hari ini, hari dimana semua murid baru angkatan 41 diangkat menjadi bagian dari Decelis Academy secara resmi. Seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, acara orientasi siswa diawali dengan upacara pembukaan yang diisi dengan sambutan dari petinggi sekolah serta yayasan.

Bersiap melakukan upacara pembukaan, seluruh murid baru kini tengah berkumpul di tengah lapangan indoor gedung P.E. (physical education). Kondisi saat ini cukup riuh dengan murid baru yang sibuk bercengkrama satu sama lain.

Sementara itu, Ray hanya berdiri di pinggir lapangan sebab ia tak suka dengan keramaian, ia memilih untuk menunggu suasana sedikit lebih kondusif untuk bergabung masuk ke barisan.

Lamunan Ray bubar ketika pundak kirinya ditepuk dari belakang oleh seseorang.

"Lo udah nemu gugus lo?" Itu Kavin.

Benar, Ray lupa jika ia seharusnya mencari gugusnya terlebih dahulu.

Ray menggeleng, "Lihat di mana?"

Kavin menunjuk papan mading berukuran masif yang berada di belakang kerumunan ini. Ray mengangguk.

"Shaka mana?" Tanyanya kembali.

"Nah itu, gak liat gue. Mending lo cari gugus lo dulu dah. Mumpung ga terlalu rame kayak tadi" Kavin merujuk pada kondisi papan mading yang kini tak seramai sebelumnya.

"Oke, gue kesana dulu ya" Ray menepuk pundak Kavin dua kali kemudian melangkah menuju papan mading yang dimaksud.

Papan mading tersebut berukuran 1 x 3 m dengan latar berwarna biru. Terdapat beberapa informasi yang tercantum di sana termasuk beberapa halaman yang berisikan nama-nama siswa baru Decelis Academy angkatan 41 beserta gugusnya.

Ray mulai menelusuri tiap-tiap laman kertas tersebut, mencari keberadaan namanya yang entah mengapa tak kunjung ia temukan juga. Beberapa siswa mulai kembali mengerumuni papan mading dan berdesakan di belakang posisi Ray, mendorong dan mendesak tubuhnya.

Hingga,

"Eh! Eh--"

"Hati-hati"

Tepat waktu, Ray dengan sigap menangkap tubuh siswi yang hampir terjatuh di sampingnya akibat terdesak.

"I'm sorry but--" Ucap Ray yang dipotong dengan suara siswi tersebut.

"No it's fine. Thank you" Siswi tersebut tersenyum sembari membetulkan posisinya. Ray kemudian menarik tangannya dari pinggang siswi tersebut.

Netra kedua siswa dan siswi ini kembali tertuju pada papan mading, mencari nama masing-masing dengan cepat sebab tampaknya upacara pembukaan akan segera dimulai.

"Gotcha" Ujar Ray sangat pelan ketika ia menemukan namanya terpampang di laman gugus 27.

"Oh, there it is" Siswi itu juga menunjuk bagian atas laman yang sama dengan Ray.

Ray menoleh ke arahnya.

"It's a coincidence, don't you think?" Siswi itu menoleh ke arah Ray sembari tersenyum.

===

Di sinilah Ray sekarang. Berdiri di salah satu barisan, memperhatikan sambutan dari kepala sekolah yang menyambut seluruh murid baru.

Bisa ia lihat, selain jajaran guru dan staf admin, terdapat jajaran pengurus inti OSIS yang berbaris menyamping tak jauh dari barisan guru dan staf admin di depan sana.

Tentu, Ray bisa menyadari keberadaan Bian di barisan tersebut. Lelaki bermarga Adikarsa itu berdiri dengan sigap dengan raut wajahnya yang tenang.

"Baik, terima kasih kepada Bapak Andreawan, S.Sos., M. BA selaku Kepala Sekolah Decelis Academy. Selanjutnya, acara akan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Yayasan Edu Byte, Yth. Bapak Sadewa Cakra Adikarsa, S.T., M.E., PhD, waktu dan tempat kami persilakan"

Ucapan MC mampu membuat seluruh perhatian murid baru yang berbaris seketika tertuju kepada seorang laki-laki yang tampak cukup muda dengan setelan formal dan kacamata yang bertengger di batang hidungnya.

Netra Ray kemudian membelalak begitu ia menyadari jika lelaki yang disebut sebagai Ketua Yayasan Edu Byte ini merupakan lelaki yang ia lihat di pemakaman tempo hari.

"He's cool, isn't he?" Bisik Lareina Marsha--atau yang kerap kali disapa Acha--yang berbaris di sampingnya. Siswi yang baru ia kenal akibat insiden di papan mading tadi kini memutuskan untuk berbaris di samping Ray setelah mengetahui bahwa ia dan lelaki tersebut masuk ke dalam gugus yang sama.

"You know him?" Tanya Ray padanya dengan berbisik juga.

"Don't we all? I mean, he's kinda famous. Smart, young, wealthy, and good looking. Become a chairman of one of the most influential foundation in a such young age, he's the role model" Jawab Acha panjang lebar.

Ray mengangguk paham. Cukup wajar sebenarnya jika Ray tidak mengetahui hal ini sebab sejujurnya, ia tidak begitu peduli dengan informasi-informasi atau berita seperti ini.

Ray kemudian kembali menaruh perhatiannya pada Sadewa Cakra Adikarsa tersebut.

..Adikarsa?

"Wait, did you know that ketua OSIS kita sekarang punya marga Adikarsa juga?" Tanya Ray pada Acha.

"I know, Abian's actually his younger brother"

Ray cukup terkejut, tapi ia akhirnya paham. Privilege does exist, and it shows here.

"Does everyone know about it?" Tanya Ray lagi.

"Yeah. Rahasia umum" Jawab Acha, pandangan gadis itu masih tertuju pada Sadewa yang berdiri di podium.

I get it.

Suara tepuk tangan riuh terdengar begitu Sadewa menutup sambutannya dan turun dari podium.

"Terima kasih Pak Sadewa atas sambutannya, sambutan yang terakhir akan disampaikan oleh Ketua OSIS Decelis Academy sebagai perwakilan siswa angkatan 39 dan 40. Kepada Abian Pratama Adikarsa, waktu dan tempat kami persilakan."

Suara tepuk tangan riuh kembali terdengar untuk ke sekian kalinya. Ray memandangi bagaimana Bian melangkah menuju podium sembari tersenyum.

Setelah mengetahui jika Sadewa dan Abian adalah adik kakak, Ray bisa menemukan kemiripan dari kedua orang tersebut. Sadewa dan Abian sama-sama memiliki wajah raut yang tenang namun ramah, belum lagi keduanya tampak sering kali tersenyum.

Their parents raised them well, I can tell. Batin Ray.

"As expected from a wealthy family. Their manners say a lot about who they are" Komentar Acha di tengah-tengah sambutan Abian.

Ray melirik ke arah gadis tersebut, tampaknya Acha juga merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan.

"I know right? This is actually my first time seeing them giving speech in person" Ujar Ray seraya memandang Bian di podium.

"So do I" Acha menganggapi dengan singkat.

"But do you know what they say about famous or rich people?"

"What?"

"..semakin terang cahayanya, semakin gelap bayangannya"

===

Checkmate - ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang