Kegiatan orientasi yang dilakukan selama tiga hari ini hampir selesai dilaksanakan. Dengan berbagai agenda dan tugas yang diberikan kepada seluruh murid baru, baik Ray, Kavin, dan Shaka menjadi sibuk dengan urusannya masing-masing dan menjadi jarang sekali bertemu. Terlebih lagi, ketiga anak adam itu berada di gugus yang berbeda.
Hari ini, hari terakhir orientasi. Agenda utama yang dilakukan adalah demo ektrakurikuler dan pengumuman pemenang lomba yang sempat diadakan pada hari kedua orientasi. Lomba ini mewajibkan tiap-tiap gugus menyiapkan sesuatu untuk ditampilkan.
Shaka sendiri tidak begitu antusias dengan lomba tersebut, sehingga mau gugusnya menang atau kalah, ia tidak peduli. Namun hal itu berbeda dengan kegiatan demo ektrakurikuler. Lelaki berkulit pucat ini tampak semangat menantikan demo ektrakurikuler yang digelar di lapangan outdoor gedung sekolah mereka. Khususnya ekstrakurikuler jurnalistik yang akan ia ikuti. Oleh karena itu, untuk mendokumentasikan kegiatan tersebut, ia sudah membawa kamera pocket yang biasa ia gunakan untuk hunting foto.
Shaka mulai mencintai kamera sejak ia duduk di bangku SD, saat itu papanya memiliki hobi memotret dan mengoleksi berbagai jenis kamera, mulai dari kamera digital, hingga kamera analog.
Berbekal kamera sang papa, Shaka mulai menekuni hobi fotografinya. Hasilnya biasa saja, pada awalnya. Hingga ketika duduk di bangku SMP, ia diminta untuk menjadi bagian seksi dokumentasi tiap kali ada acara yang digelar di sekolahnya, bahkan beberapa kali ia diajak untuk menjadi bagian dari OSIS di seksi yang sama. Namun ia menolak, OSIS tampak terlalu sibuk baginya yang telah memiliki berbagai les di luar sekolah.
"Lo ngapain bawa kamera?" Tanya Arya, teman barunya di gugus yang sama.
Saat ini Shaka, Arya, beserta beberapa murid lain sedang melangkah menuju lapangan untuk duduk menikmati acara demo ektrakurikuler.
"Nggak, iseng aja" Jawab Shaka sekenanya. Ia melihat papan yang bertuliskan "Gugus 14" dimana teman-teman segugusnya duduk di sana.
Di sisi lain, Ray dan Acha sedang duduk di sisi lapangan beserta siswa/i gugus 27. Setelah menghabiskan masa orientasi bersama, kedua remaja ini kian hari tampak semakin akrab.
"Have you considered to join a club?" Tanya Acha membuka pembicaraan.
"Actually, no. Have you?" Ray balik bertanya.
"Me neither" Acha menggeleng pelan. Gadis berambut panjang sepinggang itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
"Instead, i wanna join student council" Ujar Acha lagi. Ray terkekeh pelan.
"Not surprised" Komentarnya singkat.
"Why?" Acha bertanya kebingungan.
"Nggak, cuman keliatan aja. You seem like admire Adikarsa's family, no wonder if you wanna join student council and to be part of Bian's team" Jelas Ray dengan jujur.
"It has nothing to do with them, Ray. In fact, i don't admire them like you think i do" Acha memutar bola matanya jengah.
"Okay okay, i'm sorry for assuming you like that" Ucap Ray namun tetap dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"How about you? Kenapa gak minat join ekskul? Sebelumnya di SMP emang lo ekskul apa?" Tanya Acha bertubi-tubi.
"Me? I don't know, i.. actually wanna do something besides club activity. Dulu pas di SMP, gue join band. I was a guitarist, but i just do it as a hobby. Dan di SMA ini gue pengen ngelakuin kegiatan yang jauh lebih serius? Instead of joining a band, if that makes sense" Jawab Ray panjang lebar.
Acha mengangguk mengerti.
"I see, gitaris ya.. it's so cool, y'know? I always wanna learn to play one, but i can't hahaha"
"Jangan, kalau lo gak mau jari-jari lo kapalan kayak gue" Ray menunjukkan jari tangan kirinya yang mengeras akibat bertahun-tahun bermain gitar.
"Iya sih, it's not pretty" Acha mencebikkan bibirnya.
"Ekhem"
Suara dehaman dari belakang Acha dan Ray mampu membuat kedua remaja ini menoleh ke arah suara dengan kompak.
"Ray, gue panggilin lo dari tadi gak nyaut" Kavin yang berdiri di belakang mereka kini ikut terduduk di antara Ray dan Acha. Pemuda itu tampak kegerahan dan memegang sebotol air minum berasa dingin.
"Lah, lo dari mana? Kok gak bareng anak gugus lo?" Tanya Ray heran.
"Gue habis dari kantin hahaha. Males cuy acaranya lama banget belum dimulai. Lo liat noh, gugus gue dapet tempat yang kepanasan. Mending di sini, adem" Jawab Kavin dengan santai. Lelaki itu kemudian meneguk minumannya.
Tempat gugus Kavin berada memang di bagian lapangan yang terkena sinar matahari langsung, berbeda dengan tempat gugus Ray dan Acha yang kebagian di sisi lapangan di bawah pohon rindang.
"Temen lo Ray?" Tanya Kavin pada Ray sembari melirik sebentar ke arah Acha yang menoleh ke arahnya juga.
"Iya, Cha, ini Kavin. Temen SMP gue. Vin, ini Acha temen gugus gue" Ray memperkenalkan dua orang itu.
"Kavin, salam kenal"
"Acha, iya salam kenal juga. Eh btw, emang boleh ya ke kantin?" Tanya Acha tanpa segan.
"Gak boleh sih sebenernya, tapi gue sih gas aja hahaha"
"Maklum Cha, dia emang santuy abis orangnya" Komentar Ray.
Acha hanya mengangguk paham.
"Padahal kalau boleh gue juga mau ke kantin" Ujar Acha dengan nada sedikit kecewa.
"Oh lo mau juga? Yaudah bareng gue aja. Gue kenal kok sama orang yang jagain bagian kantin, santai lah" Tawar Kavin pada Acha.
"Eh serius? YAUDAH AYO" Acha segera beranjak dari posisi duduknya, diikuti dengan Kavin.
Ray terkejut dengan Acha yang tampaknya memang sangat ingin jajan.
"Gue di sini ya" Ujar Ray pada kedua temannya itu.
Acha dan Kavin melanglang pergi menuju kantin diam-diam.
===
Kembali pada Shaka, begitu teman-teman segugusnya melihat lelaki itu membawa kamera pocket, ia segera diminta untuk memfoto teman-temannya. Teruma para perempuan.
Sudah biasa, pikir Shaka.
Toh, teman-temannya juga bergantian untuk memotret Shaka sehingga mereka semua tanpa sadar jadi asik sendiri dengan kegiatan berfoto-foto ini.
"Nih Shak, bagus-bagus hasilnya. Nanti share di grup ya. Lumayan buat kenang-kenangan. Kita bakal pencar kelas kan habis ini?" Ucap Raka, ketua gugus 14 seraya mengembalikan kamera Shaka pada tuannya.
Shaka mengangguk setuju.
"Iya juga" Jawabnya sembari menaruh fokusnya pada hasil foto-foto tadi. Tak ada yang spesial. Semuanya bagus, hingga ia menyadari sesuatu di salah satu foto di sana.
Shaka terdiam mematung. Jarinya dengan cekatan segera menekan tombol zoom in dengan cepat.
Tak salah lagi, terdapat sesosok wanita yang tak sengaja tertangkap di kamera Shaka. Akibat distorsi, ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita tersebut, namun Shaka yakin, ia adalah sosok yang sama dengan wanita yang ia lihat di lantai 3 SC tempo hari.
===
KAMU SEDANG MEMBACA
Checkmate - ENHYPEN
Mystery / Thriller[Enhypen Hyung Line ft. ISA of STAYC] Rayden tahu ada yang janggal dari kematian kakaknya. Tak seperti apa yang diputuskan oleh pihak kepolisian 10 tahun yang lalu, Ray yakin jika Arjuna tidak mengakhiri hidupnya sendiri. Ia yakin, kakaknya telah di...