Three

1.2K 228 44
                                    

Make sure you've read the last chapter. Thanks! x
--------------------

Setelah aku dan Perrie menjemput Sidney, Perrie membawa kami berdua kerumahnya sebelum ke rumah Harry.

Dan sekarang sweaterku telah berganti oleh crop tee milik Perrie yang menperlihatkan sebagian perutku, tapi aku masih memakai short pants denimku sendiri.

Aku merasa sangat terbuka sekarang. Bagaimana reaksi Niall nanti ya?

Tanpa kusadari, mobil Perrie telah berhenti di depan rumah Harry, "Ayo turun!" seru Perrie dengan senang.

Tidak sepertiku, walaupun pintar tapi Sidney memiliki kehidupan sosial yang nyata, kurasa dia pernah mengunjungi beberapa pesta. Hanya saja tidak sering.

I have no social life. How wonderful my life is.

Aku melangkah masuk ke rumah besar milik Harry, tanganku secara otomatis memeluk perutku agar tidak terlalu terekspos.

"Ree, saat kau bersama Niall dan Perrie bersama Zayn, masa aku sendirian?" protes Sidney setelah menepuk pundakku.

"Kau ikut denganku saja, aku tidak keberatan," suaraku tertimpah oleh hentakan EDM.

"Zayn!" panggil Perrie saat melihat Zayn yang sedang meneguk minuman dari red cup.

"Oh, hi, Pez," sahut Zayn datar, mata Zayn melotot ketika melihatku, "What are you doing here, Karen?" Zayn bertanya padaku.

"Berpesta," jawabku singkat seraya mengedarkan pandanganku di tempat yang ramai ini untuk mencari Niall.

Zayn menarik lengan Perrie, "Kenapa kau membawa Karen ke pesta, Perrie? Bagaimana kalau ada sesuatu yang buruk terjadi padanya?" tanya Zayn.

"Dia temanku, Zayn. Lagipula Karen kan punya Niall yang akan melindunginya," balas Perrie.

Woah, wrong move.

"Mana bisa bocah ingusan seperti Niall menjaga seorang perempuan?" cibir Zayn.

Aku mendelik menatap Zayn, "Shut up."

"Karen, itu Niall," Sidney mengambil perhatianku, tangannya menunjuk sesosok laki-laki berambut pirang yang sedang tertawa bersama temannya yang kriting itu.

Aku menarik Sidney bersamaku meninggalkan Perrie dan Zayn.

"Ya ampun ramai sekali, kepalaku serasa ingin meledak," gerutuku pada Sidney yang hanya terkekeh mendengar keluhanku.

Niall memunggungi arah datang aku dan Sidney. Aku tersenyum iseng dan menutup kedua mata Niall dari belakang sehingga dia tidak bisa melihatku.

Tapi bodohnya, Harry malah menyapaku, "Hi, Karen!"

Niall melepas tutupan tanganku dan berbalik, "Princess, kau datang!" serunya sambil tersenyum lebar, "Tumben sekali kau memakai pakaian seperti itu," komentar Niall, "But, you still look georgeous, don't worry," tambahnya.

"Iya, ini punya Perrie. Dia yang menggeretku dan Sidney datang kesini," ceritaku padanya.

"Oh, jadi kau yang namanya Sidney," Harry menegur Sidney.

"And I bet you're Harry," ujar Sidney dengan senyumannya.

Harry mengulurkan tangannya ke arah Sidney, "Wanna go for a drink with me?" tanya Harry sambil mengedipkan matanya.

Modus.

"Tentu saja," Sidney tertawa kecil.

Aku melihat punggung mereka pergi menjauhiku.

Sebuah tangan hangat membuat kontak langsung dengan pinggangku yang tidak tertutupi, "Tidak ada yang mengganggu kita sekarang," Niall menyunggingkan sebuah senyuman.

Aku memutar bola mataku dengan bercanda, "Mereka bukan ganggua--,"

Belum selesai aku berbicara, Niall sudah memanggut bibirku. Tentu saja dengan senang hati aku membalasnya.

Tak lama, tangan Niall yang sebelumnya ada di pinggangku semakin naik menyusupi pakaianku. Saat tangannya menyentuh kaitan 'itu' yang melintang di punggungku, aku mendorong Niall dan mundur selangkah.

"Niall, don't do that!" pekikku dipenuhi rasa panik, "You scared me!" Jantungku berdegup dengan sangat kencang dan cepat karena aku takut.

"I'm sorry! I'm so sorry!" seru Nial mendekatiku, "Aku terbawa suasana party, maaf, Karen. Aku tidak bermaksud untuk melakukannya, I'm sorry," berulang kali kata maaf dia lontarkan dengan rasa bersalah.

"Aku bukan perempuan seperti itu, Niall," gumamku sambil tertunduk.

"Aku tahu, maafkan aku, Karen," Niall membawaku ke dalam pelukannya, "I'm so sorry," bisikknya.

Aku menghela napas, "Jangan lakukan hal seperti itu lagi," mataku terpejam, membiarkan diriku hanyut dalam dekapannya.

"I promise," tukasnya dengan tegas sembari melepas pelukannya dan menatapku dengan penuh arti, "Aku berjanji, Karen."

"Horan! Come here, lad!" seru teman-teman Niall yang tidak aku kenal.

Niall menggeleng, "I can't!" teriak Niall melawan musik yang bergema.

"Kau pergi saja, aku tidak apa-apa," kataku pada Niall.

Niall mengerutkan dahinya, "Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, Karen."

"Tak apa, Niall. You go and have fun," aku mengusap lengannya.

"Kau yakin?" tanyanya dengan ragu.

"Positive," aku mengangguk.

Niall mengangkat daguku dan mengecup bibirku sekilas, "Take care, love," ucapnya sebelum meninggalkanku.

And I'm alone again.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

A/N

NIALL NAKAL YAH PEGANG PEGANG SEMBARANGAN NANTI MALEM KAMU TIDUR DI SOFA!

Thanks for reading, sorry for typo(s), I know it kinda suck but I hope you guys like it. Thank you so much!

Love, Karen xo

NEXT UPDATE: JUMAT, 19 JUNI 2015

Goodbye // Sequel to HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang