Epilogue

1.4K 216 167
                                    

A/N

Make sure you're read the last chapter. Bc I just updated two days ago. Thanks x

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

"Karen, are you still there?" suara Sidney terdengar panik, aku mematikan ponselku dan menggenggamnya erat.

Sebuah tepukan terasa di pundakku, "Kau baik-baik saja?" Hannah bertanya.

"It's him," aku menatap lurus lelaki berambut pirang di seberang sana, "It's Niall."

Hannah memutar pundakku, membuatku menghadapnya, "Kau bisa melihat hantu?!" tanyanya dengan histeris.

Aku menggeleng, masih tertegun dengan semua ini. Aku berbalik dan melihatnya lagi. Dia tertunduk berkutat dengan ponselnya, aku bisa membayangkan kerutan di dahinya yang muncul saat dia serius seperti itu.

He's alive.

Tatapan matanya bertemu denganku, mata birunya membulat lebar. Aku melakukan hal yang sama.

"Niall," aku berbisik seperti orang dungu.

Tangan Niall menutup mulutnya kaget, walaupun mobil berlalu lalang aku bisa merasakan kalau matanya berkilauan karena senang.

Kemudian dia menyebrangi jalan menuju tempatku berada.

Sebuah senyuman tak dapat lagi kubendung. Aku sangat senang melihatnya dalam keadaan hidup. Dia benar-benar Niall.

Di ujung mataku, sebuah mobil meluncur ke arah Niall, mobil itu terlihat seperti dikendalikan oleh orang sinting.

Aku merasa beku.

Tidak, tidak, tidak!

Detik selanjutnya, aku tidak tahu apa yang terjadi.

"Karen, what are you doing?!" jeritan Hannah adalah suara terakhir yang aku dengar sebelum aku merasakan tubuhku menghantam sesuatu yang keras.

Aku mengerjapkan mataku yang sebelumnya tertutup. Rasa sakit menyeruak dengan cepat di tubuhku. Bayang-bayang kerumunan orang mulai jelas kulihat.

"Call an ambulance!"

Itu suara Niall.

"Karen! Karen! Stay with me, Karen! Stay with me!" tangannya membelai wajahku.

Lidahku terasa kelu, tak satu kata pun aku lontarkan. Isak tangis Niall mulai menyusup di telingaku.

"Please, Karen," setetes air mata jatuh di pipiku, tapi aku yakin itu bukan air mataku. Aku bahkan merasa terlalu kaget dan sakit untuk menangis.

Aku merasa pusing, seperti ada palu yang menghantam otakku seiring dengan membuyarnya penglihatanku.

Secepat inikah?

"Kumohon bertahanlah untukku, Karen."

Tangan Niall terasa hangat saat menggenggam tanganku, "Aku sudah mendaftar ke institut kesenian di sini. Kau harus kuat, you can get through this."

"I love you, Karen. Please hold on," ucapannya hampir tertelan oleh suara ambulans.

Aku mengunci tatapanku pada matanya, bibirku terbuka perlahan, "A-Aku... Aku--"

Kemudian, kelopak mataku tertutup.

_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_

A/N

Sorry but I have to end it like that. Happy ending isn't really my forte.

Sumpah ff ini perjalanan banget ya, dari Him yang setiap gua update cuma 2 manusia yang ngevote, sampe Goodbye yang setiap gua update email gua sampe crashing gara gara too much inline comments to catch up lol I love them.

Dan ini berkat kalian semua yang setia bacaaaaa, walaupun beberapa chapter sangat shitty dan menggelikan eww.

Jadi gua mau mengucapkan terima kasih banyak buat kalian semuaa.. Dan temen real life gua kalo ada yang baca, you know who you are. Thank you so much, you guys are awesome!

Oh iya maaf kalo ada yang tersinggung sama gua atau cerita ini, ga bermaksud kok wkwk maapin ya :'))

Makasih banyak ya, kalian selalu bikin gua jumpalitan ngakak gara gara comment kalian yang kocak gila haha and I'll be forever grateful for that.

Gua sedih ff ini abis, gua ga bisa ketemu(?) kalian lagiiiahsjskdl lebay bat kan ya gua haha pokoknya ur da best and i loVE U GUYS SO MUCH XX

And cheer up bc iT'S LIAM BIRTHDAY!!!

Big eternal love, Karen/Karin/Inem xoxoxoxoxoxoxo

Goodbye // Sequel to HappyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang