rencana matang

7K 949 712
                                    

kalian sudah tidak excited lagi kah sama woohwan buatanku 😞😞

—duren muda—

"kamu? umur 19 tahun mau menikah sama duda?"

Junghwan hanya terus menunduk mendengar celotehan dari ibunya.

"udah punya anak satu, bapak bapak lagi. gila ya kamu? kena pelet kamu hah?!" ibu So meninggikan nada bicaranya, kedua tangannya masih setia berkacak pinggang dengan mata yang memandang tajam pada sang putra.

"secinta apa kamu sampe mau menikah sama dia? ibu ga nyangka kamu kaya gini Junghwan. masa depan kamu masih panjang banget. kamu masih bisa sukses, bisa dapet istri cantik, dapet darah daging kamu sendiri. kenapa kamu jadi ngaco gini sih ya tuhaaannn???"

wanita cantik paruh baya itu mengusap wajahnya frustasi. sementara suaminya hanya duduk memandangi si putra tunggal tak percaya.

hidup keluarga Junghwan sebenarnya... pas pasan. tidak tercukupi, namun tercukupi. bapaknya telah pensiun dan menghabiskan masa tua di rumah, sementara ibu mengurus toko sembakonya.

pemasukan sehari hari mereka hanya mengandalkan gaji ibu dan uang yang dikirimkan Junghwan. itulah kenapa pemuda manis ini bekerja keras di usia muda belia. segala biaya kebutuhannya harus ia tanggung sendiri.

"kita ini masuknya miskin, kamu jangan macem macem mau nikah sama bapak anak satu. kamu udah pacaran berapa lama sama dia?? ibu sama bapak mau gendong cucu dari kamu, bukan dari orang."

ah.. sial...

"dikasih muka ganteng, badan gede, bukannya dimanfaatin buat nyari istri cantik malah mau jadi istrinya. ga ada otak kamu ibu liat liat."

Junghwan meneguk salivanya berat. sudah ia duga, dirinya dimarahi habis habisan oleh ibu.

sedangkan bapaknya--- hanya terdiam dan memandanginya tak percaya. pemuda manis itu tau bapaknya kecewa berat sampai tak bisa berkata kata.

lagipula, ucapan ibunya memang benar... ia gila karena berani meminta izin soal hal diluar nalar.

sebenarnya pun, Junghwan tak memiliki rasa sama sekali pada pria berbahu lebar tersebut. hanya saja, rasa sayangnya pada Juwon--- mampu membuatnya berpikir seribu kali tentang masa depan si kecil malang.

"hidup kita udah susah, Junghwan. jangan bikin ibu bapak tambah susah gara gara tingkah gila kamu. jangan malu maluin keluarga, kalo tau kamu bakal kaya gini dari awal ga ibu izinin buat pergi ngerantau."

"....."

"habis ini kemasin barang barang kamu, ga usah kuliah kalo hidupmu jadi ngaco gini. kecewa banget ibu diminta dateng kesini cuma buat dengerin kamu ngomong ngalor ngidul." oceh si wanita paruh baya dengan sangat dramatis.

tentu saja, pemuda manis itu semakin bingung dan sedih sekarang. orangtuanya tak ada yang mengizinkan, bagaimana ini?

ia tak masalah sama sekali jika harus berpisah dengan ayahnya Juwon. namun satu hal yang menjadi alasan kuatnya berani mempertimbangkan ini semua-- adalah Juwon.

dirinya amat merasa bersalah karena telah membuat ibu dan bapaknya kecewa. namun--- disisi lain dirinya sedikit tak terima dengan beberapa permintaan sang ibu, seperti harus menikahi wanita cantik dan memberikan cucu.

"kamu ngomong gini juga pacar dudamu ga nemenin kan? ga berani dia ketemu sama bapak ibu. percuma, dari sini juga keliatan dia mokondo dan beban. pantes jadi duda."

".... saya bu?"

oh?

seorang pria tampan tiba tiba muncul di ambang pintu kos dengan tangan penuh plastik bingkisan. aroma khas maskulinnya menyerbak masuk ke dalam ruangan, pria itu tampak muda dan sangat segar. bahunya lebar dan tubuhnya tinggi besar. mengenakan baju batik dengan celana panjang berwarna hitam.

duren muda; iksan boys [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang