Hari ke hari, aku selalu gelisah setiap waktu. Bayangkan, orang yang kalian percaya tidak akan menyakiti kalian namun justru menjadi alasan kalian terluka... itu menyakitkan.
Aku buka buku harianku, aku tulis unek-unek ku disana. Aku curahkan semua hal yang menyangkut paut tentang hari ini dan kemarin. Suatu hari, kelak buku harian ini akan menjadi sebuah kilas balik untukku dimasa depan setiap kali aku merindukan masa lalu.
Kalau aku baca-baca lagi, buku harianku penuh dengan nama Delta. Aku menyadari, betapa pentingnya dia dalam hidupku. Tapi, aku harus sadar jika dia bukanlah milikku. Setidaknya, tak ada yang melarangku menulis namanya dibuku.
Sudah lama tak mendengar curhatan Chaerom tentang Delta. Aku memberanikan diri menanyakan tentang hubungannya dengan Delta saat istirahat berlangsung.
Chaerom tak makan apapun, aku lalu memberinya permen Alpenliebe.
"Eh, gimana kamu sama Del-"
"Bellaaaaa.."
Chaerom menangis dan memelukku. Aku heran sekaligus panik. Apa-apaan orang ini? Siapa yang membuatnya begini?
"K-kamu kenapa?"
Chaerom melepaskan pelukannya dan menatapku dengan tatapan sedih, "Aku mutuain Delta."
Aku terkejut, sekaligus senang. Pasalnya, memang sudah seharusnya mereka berpisah. Tapi, aku berpikir jika akan secepat itu mereka berpisah. Apalagi, yang mencampakkan Delta adalah Chaerom, bukan sebaliknya.
"Kok bisa?" Tanyaku pura-pura peduli.
"Hiks.. Aku tahu semuanya, Bella.."
Deg. Entah mengapa mendengar kalimat ia tau semuanya, aku panik. Apakah dia tahu cerita kelam ku sewaktu sebelum pindah SD? Atau...
"Kamu suka Delta kan?"
Aku terdiam. Mulutku membisu dan tak bisa berbicara apapun. Darimana dia tahu tentang hal itu? Tak mungkin Delta yang memberitahu, apalagi Kasen. Didunia ini, hanya dirinya sendiri yang tau isi hatinya seorang.
Aku tak sanggup untuk menggeleng atau berkata tidak. Aku hanya memeluk Chaerom dan menenangkannya yang menangis.
Chaerom melepas pelukan dariku dan menatap mataku dengan lembut, dia memegang kedua tanganku.
"Kalo aku tahu sejak awal, aku pasti jadi mak comblang buat kalian,"
Aku tak mengerti bagaimana bisa dia tahu tentang perasaanku? Padahal aku tak pernah sama sekali menyingung isi hatiku.
"Maksud kamu-"
"Aku baru tahu, pas ngecek chatan fesbuk kamu sama Delta,"
Rasanya, aku malu dan ingin lari secepatnya. Tapi tak bisa karena sudah terperangkap. Apakah pertemanan kami akan berakhir begitu saja, karena seorang lelaki?
Aku hanya menunduk dan diam. Aku benar-benar tak bisa mengelak atau mengatakan sepatah dua kata untuk menjelaskan. Kali ini, aku terima saja apa yang ingin Chaerom katakan padaku. Baik atau buruk.
"Aku nyesel jadinya, aku rasanya ga punya hati karena tega nikung kamu, padahal aku aja baru tahu,"
Dengan berat hati, aku paksa diriku untuk bicara, "Kamu ga boleh nyesel, lagian kamu kan suka sama Delta-"
"Cuman aku aja, dia nggak,"
Aku kaget mendengarnya, padahal selama ini mereka nampak serasi, bagaimana bisa ini hanya cinta sepihak?
"Dia sukanya sama kamu, Bel,"
Seseorang, tolong bangunkan aku dari mimpi indah ini!!
"Nggak mungkin-"
"Iya bel, selama kami nge-date, dia ngomongin kamu terus, dia ga pernah ngomongin aku,"
Aku tak bisa bilang apa-apa lagi kalau sudah menyangkut tentang fakta.
"Gapapa bel, setidaknya aku ga ngerasa bersalah lagi kalo udah putus sama dia. Sekarang, kamu pepet terus dia, jangan sampai lepas lagi."
Setelah itu, Chaerom tersenyum mengatakannya. Aku pikir dia tersenyum mengejekku, tapi sepertinya senyuman ini memang tulus.
Aku menggeleng, "Ga perlu dipepet, kalo dia milik kita, pasti bakal balik ke kita."
Chaerom mengangguk, lalu dia mengelus rambutku lembut, dan tersenyum kepadaku, "Kamu cocok sama dia,"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAY I MET YOU
Fanfiction"hari dimana aku bertemu denganmu, adalah hari yang terbaik bagiku."