That Feeling When

61 30 1
                                    

Aku dibawa ke rumah Bella. Mobil kami berhenti didepan rumahnya. Sepi, dan terasa seperti tidak ada kehidupan. Hee Soo membuka pintu lalu aku dipersilahkan untuk masuk duluan.

Terdapat foto keluarga didinding rumah. Aku lihat, Bella disana nampak bahagia. Begitu juga Hee Soo. Tapi, beda dengan kedua orangtua mereka yang senyumnya seolah dipaksa.

"Orangtua kalian pada kemana?"

Hee Soo menggosok hidungnya, "Ekhem, kerja,"

"Kalau Bella?"

Tanpa melihatku, dia berjalan kearah pintu kamar dan membukanya lebar, "Masuklah,"

Aku pun masuk, dan terkejut melihat isi kamar tersebut.

"I-ini..."

"Ini kamar Bella."

Buku-buku dan baju-baju yang berserakan di lantai dan kasur, serta dinding yang dipenuhi oleh tulisan-tulisan minta tolong, membuatku agak merinding.

Aku menatap Hee Soo marah, "Kenapa ga dirapikan?"

Hee Soo menyilangkan tangannya dan menghela nafas, "Tadinya sih gitu, cuman ga dibolehin sama nyokap. Katanya biarin aja kayak gitu,"

Aku semakin bingung, tak mengerti jalan pikir orangtua Bella tersebut, "Maksudnya untuk apa?"

"Katanya, biar itu jadi bukti kalo itu yang dia lakuin terakhir kali sebelum pergi,"

"Bella pergi kemana?"

Hee Soo mengeluarkan buku dari sebuah laci. Ia memberinya padaku, "Baca ini, nanti kamu bakal tahu Bella ada dimana."

Aku lihat buku tersebut yang penuh dengan debu. Aku usap dengan lembut, ternyata buku itu adalah buku harian milik Bella.

Aku baca halaman pertama, dan aku mulai terhanyut kedalam ceritanya.

Aku baca halaman pertama, dan aku mulai terhanyut kedalam ceritanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menangis setelah membaca semua halaman buku harian milik Bella tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menangis setelah membaca semua halaman buku harian milik Bella tersebut. Begitu banyak dia sebut namaku disana karena dia amat sangat menyayangiku.

"Jadi, itu artinya Bella..."

"Iya, dia memang sudah meninggal,"

Aku menyesal, karena gagal menyelamatkannya dan justru malah menyakitinya. Perlakuanku selama ini, ternyata menyakitinya secara tak sadar.

Aku tutup buku itu, aku tak sanggup untuk membaca ulang isi buku tersebut. Aku menanyakan dimana tempat Bella dimakamkan, dan kami pun tidak kesana, tapi pulang kerumah Hee Soo.

Rencananya, hari ini aku akan mengajak Gwen sehabis dia pulang sekolah ke pemakaman. Awalnya, Hee Soo ingin langsung mengajakku kesana. Tetapi aku menolak karena aku ingin memberitahu ini ke Gwen.

Aku tahu, jika Gwen berteman dengan Bella. Tanpa ia beritahupun, aku bisa tahu karena sering melihat mereka berdua duduk ditaman entah itu membahas apa.

berjam-jam menunggu, akhirnya Gwen pulang. Aku menyuruhnya untuk cepat-cepat mengganti baju dan langsung ke pemakaman.

Gwen bingung, dia sempat bertanya siapa yang meninggal. Tapi aku tak menjawabnya dan hanya menyuruhnya untuk cepat.

Mengendarai sepeda motor, kami berdua menuju ke pemakaman umum tempat Bella dimakamkan.

Disana, ada Hee Soo berdiri didepan pintu gerbang pemakaman menunggu kami.

Dia tersenyum dan melambaikan tangan kearah kami, "Kesini!"

Kami pun menghampirinya lalu kami bertiga berjalan menuju kuburan Bella. Selama perjalanan, Hee Soo menanyakan tentang adikku dan kedekatanku dengan Bella.

"Jadi, kalian berdua ini ceritanya temenan sama Bella?"

Kami berdua mengangguk. Hee Soo mengulum senyum.

"Bella itu sebenarnya pendiem, dia selama hidup ga pernah bawa temen kerumah. Aku pun baru tahu dia tertutup itu pas dia udah pergi,"

Gwen sangat bingung dengan arah pembicaraan kami, "Maaf kak, tapi kak Bella kemana yah?"

Hee Soo berhenti berjalan. Dia menatap kearah kami berdua secara bergantian dengan muka datar.

Ia pun menghela nafas dan memegang kepala Gwen, "Kalo tahu dia dimana, jangan nangis yah?" katanya pada Gwen lalu Gwen pun mengangguk pelan.

Akhirnya kami sampai di pemakamannya. Tertulis disana nama lengkap Bella serta tanggal lahirnya. Aku menyentuh batu nisan itu dan entah mengapa aku merasakan rasa hangat yang mengalir dari batu tersebut.

Aku menjelaskan kepada Gwen apa yang terjadi pada Bella. Gwen menangis dan berdoa agar Bella selalu dilindungi diatas sana.

Sementara aku hanya menahan tangis. Aku menangis didalam hati karena sampai sekarangpun aku masih sulit untuk menunjukkan emosiku.

Melihat namanya tertulis disana, semakin menusuk hatiku. Andai itu bukan namanya, andai sekarang aku disisinya seperti yang sering kulakukan dulu, apa mungkin semuanya takkan terjadi?

THE DAY I MET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang