Kini, aku sudah melewati 3 tahun sekolah disini. Ya, bisa dibilang disini tak ada yang begitu spesial. Pertemananku dengan Chaerom seperti biasa, hubunganku dengan Delta pun tak ada kemajuan, hanya sebatas chatting-an atau sapaan.
Kalian pasti kesal karena kami tak sedekat seperti orang lain. Iya, sejujurnya aku juga. Setiap saat aku menuliskan ini di buku harian, kadang ini membuatku lelah, "kapan aku bisa melupakanmu?" sampai detik ini aku justru terus terhanyut dalam dirimu.
Hari ini, hari kelulusan kami sebagai murid kelas 9. Sebelum aku benar-benar akan pergi dari masa ini, aku ingin memberi hadiah pada seseorang yang selalu ku kagumi. Aku dengar dari Chaerom, dia suka diberi hadiah. Dan aku berpikir untuk memberikan itu padanya sebelum kami berpisah.
Aku dan Kasen, membeli bunga mawar di toko bunga dekat rumah. Kasen hanya membeli setangkai bunga tulip, sementara aku membeli sekuntum mawar merah.
Kasen heran melihatku yg membeli begitu banyak mawar, "Itu kamu mau kasih ke siapa? Pocong?"
"Dih, berisik!" Aku diamkan saja Kasen yang mengejekku. Dia tak tahu karena sudah menjomblo dari orok.
Aku menghirup aroma mawar yg begitu menenangkan dan wangi. Aku harap mawarnya tidak cepat layu, karena itu agak mahal dan aku membeli memakai uang tabunganku.
1 jam kemudian kami kesekolah. Setelah maju ke panggung untuk menerima ijazah dan sebagainya, aku turun dari panggung dan menemui Delta bersama ibunya yang sedang duduk.
Aku sodorkan mawar kepadanya, berharap ia senang menerimanya. Delta sangat senang menerimanya.
"Wah, makasih yah," ucapnya padaku sambil tersenyum.
Ibunya juga ikut tersenyum padaku. Aku bersama ibuku pergi ketempat duduk kami. Tapi sebelum pergi, aku mendengar pembicaraan ibunya bersama Delta.
"Kamu hebat yah, dapat dua bunga hari ini, haha."
"Nggak buk, ini bukan apa-apa,"
Bukan apa-apa? Maksudmu bukan apa-apa? Andai kamu tahu aku beli itu dengan uangku dan memberikannya padamu dengan penuh keberanian, dan kau bilang bukan apa-apa.
Ditempat dudukku, dapat kulihat selain bungaku, ada sepucuk mawar merah muda dan setangkai bunga matahari. Sangat indah ketika melihat Delta memegang seluruh bunga itu, bunga pun kalah dengan ketampanannya. Tapi sayang, diantara bunga itu, bungaku tak dianggap.
2 bulan berlalu, aku sekarang sudah memasuki SMA, masa yang katanya tempat para remaja mencari jati diri.
Hari pertama sekolah cukup menyenangkan, aku sekelas dengan Suvia, yang ternyata pernah berpacaran dengan Kasen sewaktu SMP. Meskipun mereka beda sekolah waktu itu, mereka tidak segan untuk saling menemui dan berbagi waktu. Andai aku juga begitu.
Aku masuk IPS, aku dengar Delta juga masuk SMA ini tapi jurusan IPA. Iya, sudah kuduga murid pintar itu pasti masuk sana.
Aku yang sedang mengerjakan tugas sosiologi, Suvia memanggilku didepan pintu, "Bel, ada yang cariin kamu tuh,"
Aku terkejut, siapa yang mencariku dihari kedua aku sekolah? Aku akhirnya memberanikan diri untuk menemui seseorang didepan pintu, ternyata itu adalah...
"Bel, boleh pinjem laptop?"
Dia lagi? Kenapa dia lagi? Bagaimana bisa aku melupakan dirinya jika kami terus menerus ketemu lagi?
Tidak, ini pasti hanyalah kebetulan. Iya, aku rasa dia hanya mendatangiku karena ada maunya saja, seharusnya aku sadar sedari dulu!
"Ada, sebentar,"
Aku keluarkan laptop dari laci meja, dan membawanya ke dia. "Ini. By the way, buat apa?" tanyaku basa-basi.
"Buat presentasi, pinjem yah bel,"
Aku mengangguk. Dia pun masuk kedalam kelasnya. Aku baru ingat, wallpaper laptop ku adalah gambar Hee Soo yang sedang berada di Paris, dan itu editan! Ahh sudahlah, ku harap dia tidak menertawainya.
2 jam berlalu, dia datang masuk kedalam kelasku dan menaruh laptop yg ia pinjam diatas mejaku.
"Makasih yah," ucapnya sambil tersenyum padaku.
Dia lalu keluar kelas, dan aku harus mengejarnya. Ada hal yang ingin ku pastikan agar hatiku tenang.
"Delta,"
Dia berhenti berjalan dan berbalik kebelakang menatapku. Dengan keberanian, aku bertanya hal yang sangat basi padanya.
"Kamu masih ingat aku?"
Delta tersenyum, "Masih,"
"Siapa?" tanyaku lagi, hanya ingin mendengar dia menyebut namaku untuk terakhir kali.
"Bella,"
Aku tersenyum senang, lalu melambaikan tangan padanya.
"Sampai jumpa lagi,"
Delta hanya tersenyum dan membalas lambaian tanganku sebelum dia berbalik kedepan.
Aku pikir, setelah bertahun-tahun bersamanya, hatinya bisa terketuk untukku. Namun nyatanya, sama saja seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DAY I MET YOU
Fanfiction"hari dimana aku bertemu denganmu, adalah hari yang terbaik bagiku."