-Madelyn's Point of View-
Sekolah? Sungguh, aku sangat malas untuk pergi ke sekolah, entahlah apa alasan yang jelas sehingga aku sangat malas untuk pergi ke sekolah. Tapi, ada juga alasanku yang sangat jelas mengapa aku sangat semangat pergi ke sekolah. Tentu saja aku semangat karena di sekolah ada Matt. Ya, Matthew Espinosa, seorang cowok dengan predikat cowok dingin yang mampu membuatku semangat ke sekolah.
Mengingat Matt, aku jadi teringat mimpi buruk sialan itu. Mimpi itu membuatku takut untuk bertemu Matt. Takut untuk dihina seperti di mimpi tadi. Tapi, mengingat bahwa Matt tidak tau jika aku itu ada di sekitarnya, ya membuatku sedikit bersyukur karena itu akan meminimalisir terjadinya mimpi buruk itu.
Sudah jam tujuh, sebaiknya aku bergegas turun ke bawah untuk sarapan. Dibawah atau lebih tepatnya di ruang makan sudah ada Eve, Mom, dan juga Dad. Eve atau yang bernama lengkap Evelyn Bell adalah kakak kandungku yang tomboy dan juga cantik. Dia kakak yang baik menurutku, sangat baik malah. Aku sangat menyayanginya.
"hei Madi, tumben sekali sudah turun untuk sarapan. Biasanya menungguku berteriak dulu baru turun."
"aku ada urusan di sekolah Eve, karena itu aku tidak menunggumu untuk meneriaki namaku dulu."
"bilang saja, ingin bertemu dengan siapa namanya? Uuhhmm Ma- aw!" Eve berteriak karena aku injak kakinya sebelum ia sempat menyelesaikan ucapannya. Biar rasa dia! Siapa suruh berisik.
"ayo kalian berdua makan yang tenang, jangan berisik aja." Dad hanya bisa menggeleng karena ulahku dan Eve yang membuat kegaduhan di ruang makan.
Aku, Eve, Mom, dan Dad memakan sarapan kami dengan hikmat dan tenang. Tidak ada yang berbicara sepatah katapun. Ini sudah menjadi tradisi di keluarga kami. Bahwa tidak ada yang boleh berbicara satu patah katapun ketika waktu makan sedang berlangsung termasuk kata yes saja tidak boleh. Kata Mom tidak sopan jika berbicara ketika sedang makan. Dan itu memang benar.
Aku mengambil selembar roti gandum dan mengoleskan selai kacang di atasnya. Entahlah kenapa aku sangat menyukai selai kacang. Dengan perlahan aku memakan roti itu hingga habis tak tersisa. Mom, Dad, dan Eve juga sudah selesai makan.
"mau Dad antar ke sekolah Madi sayang?" di antar oleh Dad? Let me think first. Aku tidak menjawab pertanyaan Dad hingga akhirnya Dad memanggilku lagi dan membuyarkan lamunanku.
"hei Madi, bagaimana? Mau Dad antar?"
"yes Dad! Aku mau." Jujur, ini kali pertama aku di antar (lagi) oleh Dad. Dari aku awal masuk ke senior school aku lebih memilih untuk naik bus sekolah dari pada di antar oleh Dad. Jawabannya satu, aku hanya ingin mandiri.
Untuk kali ini aku sedang malas naik bus sekolah yang ramai, jadi aku menerima tawaran Dad untuk mengatarku sekolah, lagipula, tidak ada ruginya juga kan diantar oleh ayah sendiri? Bahkan itu adalah sebuah kebahagiaan sendiri bisa diantar olehnya.
Aku dan Dad berjalan keluar rumah, Eve? Dia berangkat sendiri ke kampus dengan motor besarnya. Sudah aku beritahu kan jika Eve adalah gadis tomboy? Err dia menggunakan motor besar yang biasa digunakan laki-laki. Aku berpamitan kepada Mom dan Eve karena harus berangkat lebih dulu.
Selama perjalanan aku dan Dad banyak membicarakan banyak hal, termasuk idola para remaja yang sedang sangat naik daun. Idolaku adalah Cody Simpson. Aku suka mata aqua-nya yang terlihat tegas dan bersinar, aku suka suara dia yang menurutku sangat enak didengar. Aku menceritakan kehidupan fangirling-ku tentang Cody saat di media social. Dan kalian tau? Dad mendukungku selama kegiatanku itu tak mengganggu nilai-nilai pelajaranku tentunya.
Aku sudah sampai di sekolah, huh, tak terasa waktu lima belas menit perjalanan itu sangatlah sebentar. Mungkin karena aku sangat menikmati perjalanan ini bersama Dad. Kalian tau? Aku sangat beruntung karena memiliki orang tua seperti Mom dan juga Dad. Aku tidak pernah membayangkan jika harus hidup tanpa mereka. Panggil aku manja atau kekanakkan, tapi itu memang benar. Dengan gerakan cepat aku memperbaiki rambut dan letak kacamataku lalu segera mencium pipi Dad dan berjalan masuk kedalam sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Miracle Of Love [Hiatus]
Fantasi"Mimpi itu menyeramkan. Sangat menyeramkan. Bagaimana mungkin aku di takdirkan tidak memiliki jodoh? Bodoh, mimpi itu terdengar sangat bodoh. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki jodoh." -Madelyn Bell "Aku di kutuk, di kutuk dan di asi...