Part 9

665 55 18
                                    

"Hei, apa kau tidak ingin kembali?"tanya Nunew kepadaku. Aku menggeleng. Aku tidak ingin bangun. Aku ingin disini selamanya bersama Nunew. Aku merasa seperti punya saudara kembar. Di kehidupan lamaku walau aku punya dua orang adik, tapi mereka tidak pernah menyayangiku.

"Aku sudah pasrah. Aku ingin mati dan bersamamu saja disini."

"Jangan konyol, Rin."

"Kenapa? Aku ingin menemanimu."aku terus merengek dan pasti membuat Nunew kesal. Nunew menempelkan jari telunjuknya ke keningku dan aku bisa melihat sesuatu, sebuah cahaya keluar dari jari telunjuk Nunew.

Aku bisa melihat Zee yang terus berada di sampingku, aku bisa melihat Zee yang terus berteriak di depan kamarku, aku bisa melihat Zee yang terus memegangi tanganku, aku bisa melihat Zee yang bilang rindu padaku. Semua itu terasa sangat nyata. Dan saat cahaya itu menghilang, Zee yang aku lihat juga menghilang.

"Tadi itu apa?"

"Penglihatan. Kau sudah liat kalau Zee menunggumu bukan? Cepat sadar dan kembali padanya."

Apa tadi benar-benar nyata?

Zee menungguku? Apa benar Zee menunggu diriku? Apa benar Zee rindu padaku? Tidak. Itu pasti hanya ilusi yang Nunew ciptakan kan?

"Itu nyata. Itu bukan ilusi. Zee benar-benar menunggu dan merindukanmu."

"Kau bisa baca pikiranku ya?"tanyaku curiga. Bagaimana bisa Nunew tahu apa yang aku pikirkan.

Aku terdiam dan melamun. Entahlah aku tidak ingin kembali. Aku tidak ingin bangun. Aku masih belum siap untuk bertemu dan melihat wajah Zee lagi walaupun aku sedikit merasa rindu kepadanya.

Tunggu, apa yang kau pikirkan, Chawarin. Kau rindu dengannya? Itu tidak mungkin. Kau tidak mempunyai perasaan untuknya namun aku mulai ragu.

Aku memang tidak punya perasaan untuknya kan?

"Kau sudah suka dengan Pangeran Zee."aku langsung menoleh ke arah Nunew dan memicingkan mataku. Aku mendekat dan terus menatap ke arah wajahnya. Nunew benar-benar membuatku curiga.

"Berhenti menyangkal perasaanmu. Kau bukan dia."

"Ck. Aku akui kalau aku sedikit tertarik dengannya."

"Bukan sedikit tapi kau memang sudah tertarik dengannya."aku memberikan lirikan kesalku untuknya. Aku tidak tahu sejak kapan aku tertarik dengan pria dingin itu. Selama ini aku selalu menganggap kalau aku tidak suka dengannya.

Apa mungkin ini ilusi perasaan yang Nunew berikan kepadaku?

"Bukan aku. Itu memang dari dirimu sendiri."aku kembali melirik ke arahnya dengan kesal. Tidak sopan membaca pikiran orang lain.

"Ayo ngaku, selama ini kau bisa baca pikiranku kan?"Nunew menghela nafasnya dan membalas tatapanku.

"Kalau iya kenapa? Kau ingin aku membaca semua pikiranmu tentang Zee? Terutama fantasi liarmu itu."aku membelalakan mataku. Darimana Nunew tahu kalau aku punya fantasi liar tentang Zee.

"K-kau!!"

"Sudah percaya? Sekarang kembali dan bangun sana."

"Jahat. Teganya kau mengusir diriku."aku terus menolak untuk bangun. Aku tidak mau bangun. Aku ingin disini selamanya.

Aku terus berpegangan kepada pohon yang besar ini namun Nunew langsung menutup kedua mataku yang membuatku lemas dan membantu diriku untuk bangun.

"Maafkan aku, Rin."namun sebelum aku kehilangan kesadaranku aku bisa mendengar Nunew yang meminta maaf kepadaku.

Permintaan maaf itu untuk apa?

.

.

.

Fake Protagonist (Zeenunew)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang