Si alim dan Si playboy

125 12 11
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya
Kritik dan sarannya juga biar aku bisa tahu dimana letak kesalahan dari tulisanku mwehehe

-
-
-
-

Berbicara soal Nandes, gimana ya caranya menjelaskannya? Anak sholeh? Alim? Ya sebenarnya nggak juga sih.

Nandes Gardapati Ahmad, anak pertama dari dua bersaudara. Ia terlahir dari keluarga yang harmonis dan religius, ada umi sama abi yang menyayanginya sepenuh hati. Ada Haizar--sang adik yang saat ini tengah menempuh pendidikan di salah satu pondok pesantren yang ada di daerah Yogyakarta.

Dulu Nandes juga sempat di masukan ke dalam pondok pesantren namun berakhir di rumah sakit sebab Nandes berusaha untuk kabur dengan cara melompat dari jendela kamarnya yang lumayan cukup tinggi. Mulai dari sana setiap Abi dan Umi membujuknya untuk kembali menyantri, Nandes akan selalu menjawab, 'Nanti mas bakal kabur lagi." Akhirnya mereka menyerah, membiarkan Nandes melanjutkan pendidikannya di sekolah biasa.

Di kaca mata orang tua, Nandes tipikal anak cowok yang berbakti, yang setiap di rumah pakaiannya sarung sama peci lalu berdiam diri di kamar sambil mengaji. Namun siapa sangka di dalam dan di luar itu berbeda? Cover dan isinya? Terlebih lagi di mata para sahabatnya?

Bahkan ia pernah terciduk waktu tak sengaja masuk ke dalam sebuah club, niatnya hanya menghampiri seorang kenalan dia aja bukan mau happy-hapy-an. Demi apapun Nandes masih tahu batasan, sayangnya Deon melihat.

Nggak jelas, cowok itu tiba-tiba ada di sana karena katanya tidak sengaja melihat motor Nandes yang mengarah ke club. Akhirnya Deon ikutin dan benar dan saat ia akan masuk, Deon segera menarik tangannya. Nandes jelas tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

Berakhir dia harus menutup mulut Deon agar tidak melapor pada umi dan abinya meskipun Nandes harus rela uang jajannya habis untuk mentraktir Deon selama dua bulan.

Jujur sih Nandes kapok dan nggak akan coba-coba lagi masuk ke tempat seperti itu ya walaupun kelihatannya nggak seperti itu.

Citra alim yyang suka keluar masuk masjid itu membuat Nandes di kenal sebagai murid tersholeh. Di tambah tampangnya juga anak baik, ramah, jadi nggak sedikit  siswi yang bilang, "Semoga Nandes jadi imam gue." Atau yang membenah diri menjadi wanita solehah untuk memantaskan diri pada cowok itu.

Tapi sayang, hati Nandes sudah jatuh pada seseorang yang sangat jauh dari type calon menantu sholehah yang orang tuanya idam-idamkan. Biarkan, Nandes belum mau pusing memikirkan itu semua, dia hanya ingin menikmati masa remajanya yang penuh kisah romantis bukan cuma monoton aja.

Sekarang ini Nandes lagi berdiri di samping motornya, menunggu satu motor milik Chandra datang karena tadi di jalan sempat melihat Chandra sedang isi bensin di spbu depan. Ia membenarkan letak tasnya di pundak lalu mengeluarkan ponsel untuk membalas pesan.

"Ngapain lu?"

Nandes tidak menoleh. Masih tetap mengetik di layar ponselnya, membiarkan Jeino berdiri di sampingnya dan merangkul lehernya dengan wajah tersenyum.

"Nungguin si Chandra," jawab Nandes tak lantas mendongak. "Tadi dia lagi isi bensin, gue tinggal duluan."

Jeino mengeratkan tangannya di leher Nandes, lalu tertawa kecil. "Kebiasaan banget bocah, kalo sekolah bensinya habis mulu giliran main ke isi penuh."

Tujuh GenggamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang