Kawannya adalah lawan

184 15 3
                                    

Hai hai jangan lupa vote dan komennya ya. Kritik dan sarannya sangat aku butuhkan😇

-
-
-
-

Pagi ini, alih-alih cowok dengan tinggi badan seperti titan itu menyambutnya dengan senyuman lebar lantaran mentari begitu bersinar terang, ia justru menyambutnya dengan decakan sebal. Melihat selembar kertas berwarna putih yang isinya telah banyak coretan namun yang paling tidak menarik adalah bulatan pulpen merah yang di isi dengan angka 72 sama sekali tidak memuaskannya.

Ini bukan pertama kalinya Jio tidak pernah menyentuh angka 80 saat ulangan harian, memang kapasitas otaknya hanya mampu sampai di angka tujuh di banding sembilan puluh dua dengan goresan terang benderang di kertas ulangan milik Nji. Bukannya Jio iri, dia tahu Nji memang pintar tapi apa salahnya kalau dia kesal karena tidak bisa menyaingi? Bukankah sebelum ulangan berlangsung, mereka belajar bersama? Ah sudah tidak ada yang perlu di sesalkan, sebab Jio sadar diri. Ia merutuki kebodohannya sendiri.

"Nggak usah di liatin terus, muka lo lecek amat. Mana bibir manyun, nggak ada cakep-cakepnya ya walaupun lo juga nggak cakep sih." Mendengar celotehan Nji, pemuda tinggi itu menghela napas kasar. "Tujuh nggak bakal jadi sepuluh cuma karna lo pelototin doang Ji. Lain kali belajar yang bener."

Jio menoleh cepat dengan raut di tekuk kesal. "Udah belajar yang bener kok sampe berlangganan ruang guru sama Iqbal coboy junior tapi tetep aja nggak jauh-jauh dari tujuh. Kalo nggak tujuh ya enam, gitu-gitu aja terus. Emang otak gue bego banget ya."

"Iya, tuh sadar," cetus Nji yang dimana Jio semakin merengut kesal. "Jangan ngambek. Gue ngomong apa adanya."

"Ya!"

"Ngambek?"

"Nggak!" seru Jio sembari menegakkan badannya, tangannya melipat kertas ulangan itu lalu ia taro di bawah kolong meja. "Buat bungkus gorengan aja nanti."

"Gorengan aja nggak rela di bungkus pake kertas lo."

Jio hampir lupa kalau sahabatnya ini memang mulutnya lebih pedas dari tiga sendok sambel yang biasa Chandra taruh di dalam mie ayam nya.

"Sehina apasih kertas ulangan gue? Bang, minimal lo kasih kata-kata yang bikin gue jadi nggak insecure sama nilai sendiri. Cepatan bang, kasih gue semangat atau qoutes apa kek."

"Apaan? Qoutes motivasi buat lo? Nggak mempan. fakta kalo lo bego kan udah menyebar luas ke penjuru dunia sampe ke planet temen-temen alien lo itu." Nji mendelik ke arah Jio hanya sesaat sebab fokusnya hanya pada kertas ulangannya yang masih ia benarkan bagian yang salah-salahnya.

"Lagian nih, kalo lo terus di jejelin pake kata-kata, lo nggak bego kok nilai tujuh tuh udah gede nanti lo jadi terpatok sama itu-itu aja, belajarnya di situ-situ aja nggak berkembang. Karna lo mikirnya, angka tujuh udah lebih dari cukup dan nggak jelek-jelek amat. Terus nanti apa? Iya, lo nggak mau giat buat belajar lagi. Makaknya gue bilang lo bego karna tujuh itu kecil di mapel fisika, tujuannya supaya lo bisa cari dimana letak kesalahannya, dimana letak yang lo nggak bisanya. Ji, jangan mau di suapin terus nanti lo stop di situ, cari paham sendiri."

"Gimana mau cari paham sendiri, orang gue nggak paham-paham."

"Di pahamin lagi baik-baik anjir."

"Tetep ajaaaa," rengek Jio. "Gimana kalo besok kita study date aja? Mau nggak bang?"

"Males anjirrr. Ngajarin lo bikin otak gue kepecah seribu. Mending lo ngajak yang laen aja, gue mau kipopan."

Tujuh GenggamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang