Happy Reading!
Malam itu, pukul 20.00 WIB seorang gadis dengan tubuh mungilnya tengah berjalan seorang diri menuju supermarket untuk membeli bahan makanan. Tampak dari raut wajahnya yang terlihat waspada terhadap sekitar, entah perasaan saja atau memang malam itu suasana lebih menyeramkan daripada biasanya. Berusaha mengenyahkan pikiran buruknya, gadis yang tak lain adalah Dinda tetap melanjutkan jalannya.
"Kenapa supermarket nya kayak lebih jauh dari biasanya ya?" Gumam Dinda pada dirinya sendiri.
Beberapa menit setelahnya, pada saat akan berbelok di gang menuju supermarket, Dinda tak sengaja melihat tiga orang pria dewasa yang sedang asik mengobrol dengan beberapa botol minuman keras ditangan mereka. Seketika langkah Dinda berhenti.
"Harusnya aku tak menghiraukan firasat buruk ku tadi" batinnya.
Dinda perlahan melangkah mundur berusaha tak menimbulkan suara sekecil apapun. Dirinya tau jika sampai ketiga pria itu melihatnya, maka habis sudah dirinya, melihat tampilan mereka yang seperti preman pasar.
Krek
"Sial"
Bak adegan di sinetron yang sering Dinda lihat di televisi tabung di kosannya, yang mana kesialan didapatkan hanya gara-gara ranting kayu yang tak sengaja di injak. Mendengar suara tersebut, salah satu preman tadi menoleh pada Dinda. Melihat itu buru-buru Dinda berbalik badan dan berlari sekencang mungkin, persetan dengan niatnya ingin berbelanja di supermarket.
Ketiga preman tadi yang melihat mangsa didepan mata tentu tak tinggal diam. Mereka pun mengejar Dinda diiringi suara keras menyuruh Dinda untuk berhenti.
"Hei bocah berhenti ga Lo!"
"Nyuruh berhenti, aku ga sebodoh itu kali" gerutu Dinda dalam hati.
Aksi kejar-kejaran pun terus berlanjut, namun mau sekuat apapun Dinda melarikan diri, ia tetap tak akan bisa menyamakan tenaga kecilnya dibandingkan ketiga preman yang berbadan kekar tersebut.
"Mau kemana kelinci kecil?" Ucap salah dari ketiga preman tersebut, tersenyum mengerikan.
Dinda tak menjawab, dirinya saat ini tengah dikepung oleh mereka bertiga. Terjebak disalah satu gang buntu bersama mereka, membuat Dinda benar-benar merasa takut. Dirinya hanya gadis biasa, tak punya kemampuan untuk melawan, Dinda terus merapalkan doa dalam hati, berharap pertolongan datang seperti cerita-cerita yang sering dirinya baca.
Namun, lagi-lagi Dinda putus asa
Ini adalah dunia nyata, bukan dunia novel yang mana akan selalu ada pahlawan yang akan menyelamatkan orang susah seperti dirinya.
"Kayaknya Lo punya banyak duit tuh, sebagai sesama manusia harus saling berbagi, jadi siniin duit itu!" Kata preman tadi dengan merampas uang ditangan Dinda dengan kasar.
"Ja-jangan paman hiks" Dinda berusaha mengambil kembali uangnya. Ayolah Dinda tak memiliki uang lagi, jika uang itu hilang bagaimana dirinya makan untuk kedepannya.
"Ck berisik!" Preman tersebut mendorong kasar Dinda yang menyebabkan Dinda tersungkur dengan tangan yang tergores.
Namun, Dinda tak ingin menyerah, dengan sekuat tenaga dirinya bangkit dan menggigit tangan preman yang mengambil uangnya tadi.
"Aarggh!"
Setelah terlepas, Dinda merebut kembali uangnya dan melangkah menjauh dari mereka. Namun, belum sempat dirinya melangkah, preman yang lain dengan gesit mencekal tangan Dinda dan memukul kepalanya.
Bugh
"Awwws"
"Dasar bocah sialan! Sudah baik kami hanya merampas uang mu, bukan tubuhmu juga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGURAN NOVEL
Novela JuvenilDinda, gadis yang berusia 15 tahun, hidup sebatang kara dan diharuskan untuk menjalani kehidupan ditengah-tengah kerasnya kota. Dinda merupakan gadis yang hobi membaca novel, sifatnya yang pendiam dan penurut menjadi sasaran siswa-siswi disekolah ny...