CHAPTER 18

77 53 74
                                        

Happy Reading!



"Kau sudah mengemas semua barang-barang yang kau butuhkan?"

Michael menoleh ke arah pintu. Ayahnya berdiri di sana, masih dalam balutan pakaian kerjanya. Namun dasinya telah dilepas dan disampirkan ke pundak, rambutnya juga tampak agak berantakan, beberapa helai rambut putih mencuat di sela-sela rambut hitamnya.

"Sudah," jawab Michael sambil menutup resleting tas ranselnya. Ia memang tak membawa banyak barang atas saran sang ayah, karena mereka berencana untuk membuat hal ini terlihat seakan Michael hendak kabur dari rumah secara diam-diam.

"Oh, aku melupakan sesuatu," Michael tiba-tiba menyeletuk. Pemuda itu berjalan menuju meja belajarnya demi mengambil sebuah mini figur berbentuk astronot di atas meja.

"Apa itu?" tanya Rafael, penasaran.

"Hanya sebuah mainan yang kubeli di toko Dollar Tree." Michael menunjukkan mainan figur tersebut pada sang ayah. Membiarkan ayahnya meneliti benda itu. "Aku membeli dua, dan memberikan salah satunya pada Beth."

Rafael berdehem panjang, kepalanya mengangguk-angguk paham. Ia mengembalikan mainan itu pada putranya, membiarkan Michael memasukkan mainan tersebut ke dalam tas. Tanpa disadari pemuda itu, Rafael mengulas sebuah senyum penuh arti.

"Istirahatlah, Michael. Besok ujian terakhirmu, iya 'kan?"

Michael mengangguk untuk menjawab pertanyaan ayahnya. Pemuda itu meletakkan tas ranselnya di dekat laci samping tempat tidur. Rafael memutar tombol pengatur kecerahan lampu demi meredupkan lampu kamar.

Layaknya langit di malam hari, cahaya temaram bertaburkan bintang-bintang menghiasi dinding atap kamar begitu lampu utama diredupkan. Dirancang serealistis mungkin, sesekali, animasi bintang jatuh akan terlihat di salah satu sudut 'langit' tersebut.

Bukannya keluar, Rafael malah melepaskan sepatunya dan naik ke kasur untuk merebahkan tubuh di samping putranya.

"Dad?"

"Kapan terakhir kali ayah menemanimu tidur, Michael?" Rafael bertanya. Pria itu merentangkan tangan, memberi isyarat pada Michael untuk mendekat.

Tak ingin menolak perhatian dari sang ayah, Michael bergeser mendekat dan membaringkan kepala di atas lengan ayahnya. Pemuda itu menarik napas dalam, sebuah senyum samar terbit di wajahnya. Berada di rengkuhan sang ayah membuat Michael merasa seakan dirinya kembali menjadi bocah berumur lima tahun. Kehangatan yang memancar dari tubuh sang ayah membuat Michael merasa nyaman dan betah berlama-lama di pelukan ayahnya.

"Untuk apa semua ini?" tanya Michael. Ia menghargai sikap perhatian sang ayah, namun ia penasaran dengan maksud dari kedekatan itu.

"Kau akan pergi dengan Dexter besok malam," ujar ayahnya. "Entah untuk berapa lama. Jika--" Rafael menjeda ucapannya. Michael mendengar sang ayah menelan ludah. "Jika sesuatu yang buruk memang terjadi...." Pria itu mengedikkan bahu. "Entahlah, mungkin Dexter berhasil mengetahui rencana yang kita susun, dan dia melampiaskannya padamu. Jika sesuatu yang buruk terjadi padamu... aku tak akan mampu memaafkan diriku sendiri, Nak."

"Ketahuilah, Michael, kalau kami semua menyayangimu. Aku, Mamamu, Lilybeth, serta kakek dan nenekmu. Semuanya. Tidak peduli meski kau bukan anak kandung ayah, kau tetaplah bagian dari keluarga Davis. Dan akan selalu menjadi bagian dari keluarga Davis. Selamanya." Rafael menarik napas, ia terdiam untuk sesaat, membiarkan suara tarikan napas putranya yang terdengar lambat dan teratur mengisi keheningan di antara mereka.

"Tapi--" Kening Rafael mengernyit ketika ia mengingat sesuatu. "Ada sesuatu yang belum kau ketahui, Micha. Bahwa sebenarnya--" Ia berhenti bicara. Rafael menutup kembali mulutnya dan menghela napas pasrah ketika ia menyadari bahwa putranya telah tertidur lelap.

Ghost Of The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang