Happy Reading! ♡
Mudah di mulut, susah untuk diperbuat. Jeno pernah bilang sebelumnya tentang mimpinya untuk mendapatkan pacar yang setia, bukan? Namun sampai saat ini, dirinya belum juga menemukan pasangan yang tepat untuk menemani hari-harinya yang sepi.
Jika ditanya kriteria wanita seperti apa yang diidam-idamkan oleh Jeno, maka jawabannya, setia.
Oh Jeno.. Kamu hanya membuang-buang waktu berharga mu saja jika mencari kriteria wanita seperti itu. Memang banyak, tapi sampai saat ini Jeno belum juga menemukan yang benar-benar setia.
Se pengalaman Jeno berpacaran, mereka-mereka itu memacari Jeno hanya karena pria itu bergelimang harta saja. Selebihnya mereka tidak peduli. Mantan terakhir Jeno bernama Jieun, dia dari sekolah yang sama dengan Renjun. Jeno memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan gadis itu karena dirinya memergoki isi chat Jieun dengan temannya yang sedang membicarakan tentang dirinya dan juga semua hartanya. Memang siapa yang tidak kecewa? Padahal hubungan itu baru berjalan 1 bulan. Nahas sekali.
Tapi akhir-akhir ini Jeno sedang memperhatikan satu gadis dari sekolahnya. Namanya Kim Minji.
Tidak ada yang spesial dari gadis itu, tapi yang membuat Jeno tertarik padanya adalah kebaikan hati dari gadis itu. Pernah satu kali ia secara tidak sengaja melihat Minji sedang membantu seorang Ibu hamil untuk meminta hak atas tempat duduk khusus Ibu hamil/ Lansia/ Anak-anak yang saat itu ditempati oleh remaja seusianya di Kereta. Awalnya remaja laki-laki itu menolak karena ia lah yang lebih dulu duduk di sana. Sampai pada akhirnya Minji lah yang memenangkan perdebatan itu, hal itu juga mengundang sorak sorai dari penumpang yang lain. Mereka salut atas keberanian Minji.
Ditengah teriknya Matahari Siang menuju Sore hari ini, Jeno, Renjun, dan Haechan sudah sepakat untuk menjenguk Jaemin selepas pulang sekolah nanti. Anak itu tiba-tiba saja sakit, sudah 2 hari ini ia tidak berangkat ke Sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 15.35 PM, masih sekitar 25 menit lagi bel pulang akan berbunyi, menandakan pembelajaran hari ini akan segera usai.
"Jen," Panggil Haechan.
Jeno yang tengah asik memakan Kuaci di sebelahnya hanya mendeham sebagai jawaban. Jam terakhir mereka sedang kosong, karena sang Guru sedang ada kepentingan pribadi di luar sana, jadi mereka hanya diberi tugas saja untuk dikerjakan. Tapi selayaknya kelakuan mereka yang selalu di luar prediksi BMKG, mereka lebih tertarik untuk menghabiskan sisa waktu di Kantin. Berdoa saja semoga tidak ada Bu Lintani.
"Enak banget makan sendiri? Gak mau bagi-bagi sama gue, gituh?" Haechan terlihat mencibir nya dari samping. Jeno sih tidak peduli, ia sedang sangat nikmat mengupas kulit Kuaci satu-persatu, isi Kuaci ia kumpulkan menjadi satu untuk ia makan sekaligus. Niatnya memang seperti itu, tapi Haechan..
"WOY!! KUACI GUE!!" Jeno berteriak tatkala Haechan mengambil semua Kuaci yang telah ia kupas kulitnya. Dalam sekali suapan, Kuaci Jeno seketika langsung lenyap di dalam mulut Haechan. Kurang ajar sekali memang, tapi marah 'pun rasanya percuma, Kuaci itu tidak akan kembali lagi padanya. Kalaupun memang bisa kembali, Jeno tidak akan mau menerimanya! Haechan hanya bisa tergelak melihat ekspresi Jeno yang memelas. "Lah, Kuaci nya ke mana, Jen? Kok ilang?" Haechan sengaja menggoda Jeno untuk menguji kesabaran seorang Lee Jeno. Tapi yang Haechan lakukan selanjutnya malah membuat Jeno tercengang. "Nih," Haechan menyerahkan satu bungkus Kuaci pada Jeno. Jeno yang melihat itu hanya memalingkan mukanya. "Apaan? Gue males ngupas!!" Anak itu bersedakap dada, terlihat menggemaskan.
"Liat aja dulu di dalemnya!" Haechan tetap kekeuh memberikan bungkus Kuaci itu. Mau tak mau Jeno menerimanya dengan perasaan dongkol, tapi hal itu urung ia lakukan saat melihat isi dari bungkus Kuaci. "Hah?! B-bukannya Kuaci gue udah lo makan?" Jeno bingung saat melihat bungkus tersebut setengahnya penuh oleh Kuaci yang sudah dikupas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haechan or Haechan
FanfictionSosok Haechan yang kami semua kenal, adalah sosok yang ceria, jahil, baik, penyayang, moodbooster, manja, dan lain sebagainya. Namun kami tidak mengetahui bahwa dibalik indah senyumnya, merdu tawanya, dia menyimpan banyak luka. Dibalik senyumannya j...