7. Sosok Rapuh Bernama Na Jaemin

77 11 2
                                    

Happy Reading! ♡

Perasaan rindu bisa datang kapan saja dan di mana saja. Semua orang pernah merasakan hal itu, begitu juga dengan Na Jaemin.

Anak itu merindukan hangatnya kasih sayang dari keluarganya yang sudah hancur. Jaemin waktu itu pernah mengatakan dengan jelas apa mimpinya. Do you remember? Yaa.. Jaemin berharap keadaan keluarganya kembali seperti semula. Kehadiran seseorang yang bernama Jessica membuat keluarganya menjadi hancur seperti sekarang.

Mimpi sederhana itu tidaklah sesederhana seperti kenyataannya. Ia tau kalau sang Mama memang masih merasa sakit hati yang teramat sakit, tapi.. Bolehkah jika ia egois untuk kali ini saja? Kenapa? Seorang anak berhak berharap pada keluarganya yang sedang tidak baik-baik saja, bukan?

Dibalik senyuman manis dan tingkah absurd anak itu, dirinya sering kali menangis sembunyi-sembunyi kala malam tiba. Bukan karena ia malu untuk menangis di hadapan orang-orang, hanya saja.. Malam yang tenang mampu meredam isak tangisnya. Alam seakan tau bahwa ada Pangeran kecil yang sedang bersedih di sini sendiri, setiap Jaemin menangis tengah malam, maka hujan deras serta gemuruh petir akan datang. Meredam semua rasa sakit juga rindu yang selalu datang bersamaan.

Berharap semoga semuanya kembali seperti semula, berharap bahwa semua akan baik-baik saja, berharap semoga kehangatan itu akan segera tiba.

Hujan malam ini, kembali menemani hatinya yang sedang dilanda rindu yang hebat. Jaemin tidak menangis, hanya saja ia sedang membuang semua energi negatif dari tubuhnya dengan air mata. Bohong jika ia berkata bahwa dirinya tidak iri dengan keharmonisan keluarga teman-temannya yang lain.

Jaemin hanyalah seorang anak yang masih membutuhkan bimbingan kedua orang tuanya menuju jalan yang benar. Seorang anak yang masih membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Juga seorang anak yang masih membutuhkan dorongan untuk terus maju mengejar apa yang ingin ia kejar. Tapi.. Itu semua hanyalah harapan belaka.

Luka yang belum kering sepenuhnya, kini makin perih tatkala Jaemin harus menyaksikan sendiri wanita yang selama ini selalu ia damba-dambakan, sudah lebih dulu mempunyai pasangan. Jaemin kecolongan oleh anak IPA 4, sial!

"Jaemin?"

Jaemin tersentak kaget, pasalnya sang Mama tiba-tiba saja sudah ada di ambang pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Ma? Kok belum tidur?"

"Mama gak bisa tidur.. Kamu sendiri?"

"Ahh.. Jaemin habis ngerjain PR Ma, baru aja selesai." Ucapan Jaemin benar-benar terbukti tatkala sang Mama melirik ke arah Meja belajar Jaemin. Di sana masih ada beberapa buku yang berserakan, belum sempat Jaemin bereskan.

"Mama boleh masuk?" Tanya Mama pelan dan diangguki Jaemin sebagai jawaban.

Mama masuk perlahan dan ikut duduk di tepi Ranjang, duduk bersebelahan dengan anak semata wayangnya. Hening, hanya ada suara air hujan yang kian deras dan gemuruh petir, tak ada yang memulai percakapan. Mereka menyelami isi pikiran masing-masing. Sampai..

"Ma,"

"Jaem,"

Dan entah kenapa, mereka mentertawakan hal konyol itu. Jaemin tak akan bohong, bahagia rasanya melihat Mama bisa tertawa lepas seperti itu di sampingnya.

"Yaudah kamu dulu aja,"

"Engga, Mama aja duluan,"

"Eumm.." Mama bergumam.

Jaemin masih setia memperhatikan dengan sorot mata teduh menatap manik mata Hazel milik sang Mama. Walaupun umur Mama sudah berkepala empat, tapi kecantikan Mama tidak pernah pudar sedikitpun. Kerutan di wajah Mama tidak akan pernah mengurangi tingkat kecantikan bidadari yang satu itu.

Haechan or HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang