APPARITION
"Mama nggak lagi mengada-ada, kalau masalah ini lebih baik temui Papamu dulu."
Killian menggersah sebagai sinyal kalau dia kecewa dengan jawaban ibunya tersebut.
Tjahaja, ibunya yang menurutnya semenjak kejadian ia koma menjadi jauh lebih sabar ketika menghadapinya, berdiri dari sofa tempatnya sedari tadi duduk. Kemudian ia melangkah mendekati sofa dimana Killian duduk bermalas-malasan, memainkan remote control mobil mainannya, dan sudah kehilangan keinginan untuk melanjutkan pembicaraan mereka.
Percuma sekali semalam ia menginap di rumah ini demi dapat bicara baik-baik dengan mantan politikus itu untuk meminta bantuan kalau jawabannya malah seperti ini.
Masih dengan memperhatikan mobil mainannya yang menggelincir di lantai, Killian bisa melihat ibunya yang makin mendekat lewat ekor mata. Ia menyangka, setidaknya akan mendapat jeweran di telinga karena sekarang dia sengaja mengabaikan perkataannya. Meskipun begitu, dia juga tidak membuat pergerakan untuk menghindar sama sekali.
"Mau kemana?" Malah Killian bertanya bingung ketika setelah itu ibunya hanya sekedar melewatinya tanpa jeweran yang sudah dia antisipasi beberapa detik yang lalu.
Tjahaja berhenti di sebelah sofa yang ditempati Killian. Ia kemudian memutar badan untuk menatap anaknya yang sekarang sudah duduk tegak dan mencampakkan remote control mobil mainannya. "Mau siap-siap pergi. Mama ada janji sama Ci Erlin di rumahnya," katanya dengan memandang aneh.
Killian hampir membuka mulut lagi, tapi ibunya lebih dahulu menambahkan, "Kalau kamu nggak ada acara, nanti malam makan malam sama Mama saja. Dan kalau kamu mau, Mama ajak papamu sekalian. Mama udah reservasi di Iggy's."
"Nggak usah sama papa." Killian menjawab dengan larangan.
Sepertinya, jawaban itu pun sudah ditebak ibunya. Jadi setelah itu ibunya menyanggupi dengan cepat. "Okey. Makan malam sama Mama nanti malam, tanpa papamu."
"Masalah tadi gimana?" Kedua alis Killian mengerut serius. Ia sungguh tidak peduli ke mana ibunya akan pergi dan juga rencana makan malam dadakan mereka, tapi mereka baru saja membicarakan hal yang penting dan apa yang ia inginkan belum ia dapatkan jadi rasanya sungguh menyebalkan.
Tjahaja kembali meluruskan pandangan kepadanya sebelum mengatakan jawaban yang kurang lebih sama dengan jawaban sebelumnya, "Ke papamu saja. Ariawan dekatnya sama Papamu, tapi itu juga nggak menjamin rencanamu akan diterima."
Killian kembali menyandarkan punggungnya ke sofa, kembali menampilkan muka malas, dan tidak menanggapi perkataan ibunya lagi.
"Ariawan nggak mungkin menyengsarakan hidup anaknya sendiri. Kamu dengerin nggak?"
"Nggak."
Tjahaja menghela napas. "Pokoknya itu jawaban Mama. Pertama kamu ngomong dulu aja sama papamu karena papa yang satu partai sama Ariawan. Kalau kamu sudah ngomong sama papamu, nanti mama pikirkan cara untuk membantu juga." Sekali lagi ibunya memberi saran yang sama.
Killian tetap diam dan tidak menanggapi sampai ibunya benar-benar meninggalkan ruangan.
Dia merasa ibunya hanya sedang mengatur cara agar dia mau menemui ayahnya dan bicara dengan mantan suaminya itu. Padahal Tjahaja tau betul hal itu tidak akan terjadi.
Gara-gara video seksnya dengan Pevita—mantan pacarnya tersebar di internet, Killian mendapat hukuman dari ayahnya sampai ia koma. Kejadian itu terjadi di hari kematian Ervesten dan sejak saat itu mereka belum bicara lagi sampai saat ini. Lebih tepatnya, Killian tidak ingin bicara dengan ayahnya apalagi jika harus meminta bantuan kepada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
¡BONNY GHOST! #KILLER02
General FictionBagaimana jika seseorang yang sudah jadi abu muncul lagi di hadapanmu? Udah bikin cover