INCEPTION
Tahun 1981, Marianne Bachmeier membunuh pembunuh anak perempuannya di ruang pengadilan di mana pembunuh tersebut sedang diadili. Di muka pengadilan, di depan hakim yang secara sah merupakan satu-satunya aparatur yang memiliki otoritas untuk menjatuhi hukuman bagi pembunuh tersebut, Marianne Bachmeier mengambil tindakannya sendiri untuk membalaskan kematian anaknya.
Pernah mendengar bagaimana balas dendam dipandang di luar moral?
Seperti bagaimana perkara di atas. Mungkin Marianne tidak akan pernah mendapatkan kembali anaknya yang telah mati dibunuh dengan tindakannya di ruang pengadilan itu, tetapi beberapa ahli sependapat, bahwa keseimbangan psikologisnya yang telah terganggu sebab kehilangan anaknya mungkin bisa sedikit pulih karena kematian pembunuh anaknya dapat menjadi kompensasi atas kehilangan tersebut.
Balas dendam untuk kompensasi kehilangannya.
Gara-gara suatu malam di beranda Youtube-nya muncul video yang mengulas kasus tersebut dari sisi psikologis, Oliver jadi merelevansikan hal itu pada orang ini. Lalu, tak butuh waktu lama untuknya sepaham, bahwa itu memang yang sedang terjadi pada Killian sekarang. Oliver setuju dengan pendapat itu, bahwa ada benarnya, terkadang kita membutuhkan kompensasi untuk kehilangan yang telah terjadi dengan cara menyakitkan.
Ia bukannya berpendapat ya, ia cuma mengamini pendapat ahli-ahli itu karena menurutnya bisa menjelaskan apa yang mungkin terjadi pada kenalan berengseknya satu ini. Perlu digaris bawahi juga, bahwa mustahil dia bisa menempatkan dirinya di tempat Killian dan tau segala hal yang dirasakan lelaki itu ataupun isi kepalanya. Artinya, tetap ada kemungkinan bahwa apa yang dia amini dari pendapat ahli-ahli itu—bisa saja—salah atau juga benar pada kasus ini.
Yang pasti, yang sekarang Oliver tekankan pada dirinya sendiri saat menilai situasi ini—mengingat kedekatan Killian dengan mendiang selama ini—semua alasan personal pria itu untuk membalas dendam tidak bisa langsung dianggap invalid.
Jadi, ketika Bastian menghubunginya kemarin, memberitahunya dan mengatakan kalau ia perlu menahan Killian yang sedang menyiapkan banyak rencana untuk mencari masalah dengan keluarga Armandhito, Oliver cuma bilang, "Mau nahan orang kayak dia juga susah, Yan. Lagian, mau gimana pun emang ada masalah di antara kalian semua sama dia. Just admit it lah!"
Memang tidak ada cara buat menahan lelaki itu, kan? Pemicunya juga bukan hal yang main-main, kematian orang yang dia cinta, kematian yang tragis. Dengan alasan itu saja, tanpa memperhitungkan apa yang diderita mendiang karena keluarganya sebelum ia tewas—yang diketahui Killian, seharusnya masuk akal bagi mereka yang bersangkutan untuk memperkirakan situasi seperti ini akan terjadi. Sebagai catatan, keputusan Killian untuk melibatkan keluarga lain dalam masalah ini, baginya tetap saja tindakan yang sembrono dan terlalu beresiko.
Sebagai catatan juga, perkara Killian selalu membantah dan mengatakan semua tindakan yang dia ambil ini—sejak awal, bahkan saat mendiang masih hidup—bukan karena dia mencintai mendiang, itu tidak ada artinya lagi. Sangkalan itu cuma omong kosong, faktanya adalah apa yang selama ini sudah dia lakukan. Easy to see it.
"Dia ngacau banyak orang."
Oliver cuma berpikir, begitulah pendendam membalas dendam, meskipun (lagi) ia tidak bisa membenarkan tindakan yang mengacau semua orang yang bahkan tidak terlibat langsung.
Ia jadi ingat kata-kata Asean. Tindakan yang diambil Killian ini sudah sesuai sekali dengan wataknya. Orang paling pendendam itu memang yang sepertinya, who is both low in forgiveness and high in narcissism.
Killian merasa bisa menyeret semua orang yang akan menghalanginya (narsis) untuk membalas orang-orang yang terlibat pada kasus kematian mendiang (tidak bisa memaafkan), maka hal itu dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
¡BONNY GHOST! #KILLER02
BeletrieBagaimana jika seseorang yang sudah jadi abu muncul lagi di hadapanmu? Udah bikin cover