Telapak Tangan

99 19 7
                                    


Apa yang terjadi di hari-hari berikutnya ketika Laut dan Raya mendeklarasikan soal pendekatan mereka? Jawabannya, biasa saja.

Raya masih tetap sebagai perempuan pencinta kopi dengan gula setengah sendok, yang sering memakai headphone lalu duduk di bawah pohon-pohon kecil di pinggir jalan Fisip, menikmati angin panas kota Palu sembari menunggu jam mata kuliah berikutnya.

Dan Laut masih sebagai Laut yang hobi membuat Rehan emosi dan bertengkar dengan Cakrawala, masih juga sebagai Laut si pecandu rokok dengan filter bergaris merah.

Tidak ada yang terlalu berubah, hanya saja mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama.

Seperti sekarang misalnya, lagi-lagi berlatar di depan sekre, Raya duduk memandangi Laut yang sibuk mengerjakan tugas. Aneh sekali memang laki-laki, jika tidak di kejar deadline, maka tidak akan dia kerjakan.

Tapi bukan hanya mereka berdua, ada Rehan tentu saja, Cakrawala yang tidak pernah lepas dari Bentala, dan kali ini perdana Mentari ikut nimbrung dengan mereka. Entah, mereka tidak pernah merencanakan formasi ini yang sudah seperti orang triple date, tapi entah mengapa hanya mereka-mereka ini yang paling rajin duduk di bangku-bangku kayu depan sekre.

"Gue pikir kita temen, Cak," dumel Laut sambil terus sibuk mengerjakan tugas mata kuliah Antropologi Politik dan Kebijakan Publik yang akan di kumpul tiga puluh menit lagi.

Cakrawala menatap Laut dengan tatapan keki, "Gue sih ogah temenan sama orang nggak tau diri kaya elo Ut. Udah di kasih contekan tugas, nggak terima kasih lagii!"

Laut tidak menyahut, ia terus menulis kata demi kata yang membuatnya semakin pusing. Rehan hanya diam, tidak cerewet seperti biasanya.

Raya tidak mengerti, tapi perempuan ini bisa menduga kalau Rehan sekarang sedang menjaga imej karna ada Mentari di sampingnya.

"Hai teman-teman, hai Kak Laut!!"

Keenam kepala itu menoleh kompak pada suara nyaring yang datang tiba-tiba. Ada segerombolan gadis, tapi yang paling mencolok hanya satu.

"Duh, hawanya langsung jelek banget!" sarkas Bentala langsung. Gadis itu bahkan tidak segan melirik segerombolan perempuan tadi.

Siapa lagi jika bukan Sefa. Tapi kali ini ia bersama teman-temannya, mungkin.

"Kak Laut, Kak Rehan, Kak Cakrawala, boleh minta di ajarin mata kuliah Pengantar Antropologi yang ini nggak yaa? Soalnya Sefa sama temen-temen Sefa nggak ngerti," katanya panjang lebar.

Ketiga laki-laki itu mendongakkan kepala perlahan dan menatap Sefa beserta dua orang temannya, entah kenapa juga mereka sama-sama menggaruk kepalanya.

Sementara Bentala, Raya juga Mentari membulatkan mata.

Emang boleh secaper ini?

"Eum.. gimana yaa Dek, masalahnya kita bertiga Pengantar Antropologinya dapet nilai D semester kemarin, satupun nggak ada yang ngerti," kata Rehan mencoba menolak.

"Ihh gapapa Kak Rehan, pasti ada deh yang kakak ngerti salah satunya. Mau ya kak, sekali ini aja ajarin kita, belajarnya di gazebo depan pengajaran, mau yaa?" Sefa memohon sampai menyatukan tangannya.

Laut tidak terlalu perduli, laki-laki itu masih tetap fokus pada kertas yang sudah lumayan banyak terisi tugas itu.

"Lagian nih yaa, harusnya kalian minta ajar sama Gabriel. Dia tuh pas semester satu kemarin, IPnya 4. Sana minta ajarin Gabriel aja," sambung Cakrawala.

Sefa terlihat sedih, gadis itu memajukan bibirnya beberapa cm. Bentala rasanya ingin muntah.

"Yahh, ayo dong Kak.. Kak La---"

"Mereka udah nolak anjir, nggak malu lo?! Dah sana pergi, udara jadi makin panas ada elo disini!" seru Raya memotong ucapan Sefa.

Uh, sejujurnya ia benar-benar muak. Tapi disisi lain, Bentala ingin mengangkat jempol.

"Apaan sih Raya, Sefa 'kan nggak ngomong sama Raya. Kak Laut.. liat nih Rayanya kasar bangettt!"

Laut menghela napas kasar, otaknya sudah pusing malah di tambah pusing oleh kedatangan Sefa.

"Jangan ganggu dulu bisa nggak sih? Mumet nih!"

Tentu mereka terkejut mendengar nada yang lumayan keras dan lumayan kasar dari seorang Lautan Bumantara.

Sefa terdiam, lalu setelah itu memilih beranjak dari sana tanpa sepatah katapun.

"Yeuu, dasar pikmi!" seru Bentala.

Setelah kepergian ketiga orang tadi, suasana kembali seperti semula. Bentala dan Cakrawala sibuk menghibahkan Sefa, sementara Rehan dan Mentari entah sejak kapan sudah bermain game di ponsel bersama.

Raya memandangi Laut yang dari tadi terlihat kesal karna harus menulis dengan kecepatan penuh, beberapa kali laki-laki itu memijat kepalanya, entah pusing entah apa, Raya tidak paham.

Ingin membantu, tapi bingung harus mulai dari mana.

Haruskah Raya langsung merampas alat tulis Laut dan langsung menyalin tugasnya? Jangan, itu terlalu brutal. Yang ada nanti tugas Laut menjadi hancur.

Atau, haruskah Raya berbincang sambil menyemangati Laut? Jangan juga, itu hanya akan menggangu konsentrasi laki-laki di hadapannya.

Eeumm, atau Raya harus membelikan Laut kopi agar Laut menjadi bersemangat?

Raya memikirkan banyak cara dengan alis yang terus di tautkan. Ia bingung harus berbuat apa, tapi di tengah kebingungan itu, Raya melakukan hal yang tidak terduga.

Tangannya dengan spontan bergerak, menarik tangan kiri Laut yang laki-laki itu gunakan untuk memijat kepala, lalu mengecup telapak tangan itu dengan halus.

Cup!

Opsi pertama, opsi kedua, ataupun opsi ketiga, tidak ada gunanya. Nyatanya alam bawah sadar Raya mengambil alih hidupnya.

Kegiatan satu detik yang membuat sistem di dalam tubuhnya bekerja lebih cepat, darah berdesir di dalam badan dengan brutal dan jantung yang berpacu bagai kecepatan cahaya.

Raya terdiam, Laut terdiam. Mata mereka bertemu, manik bulat Laut terpancar keterkejutan yang tidak bisa di prediksi.

"Ray, kalau mau cium itu aba-aba dulu. Tangan aku jadi lemes nih mau lanjut ngerjain tugas!"

Sudahlah, selamat tinggal tugas dari Bapak Budi tercinta, Laut memilih menikmati pacuan jantungnya yang menggila karna perlakuan tiba-tiba seorang Dahayu Jagat Raya.









































Bentala ada dendam pribadi kah dengan Sefa?😭😭

Oh iya, yang penasaran sama Love Story si Rehan sama Mentari, boleh mampir ke akun temen aku ya ges Somthgwrg

Oh iya, yang penasaran sama Love Story si Rehan sama Mentari, boleh mampir ke akun temen aku ya ges Somthgwrg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu Universe dengan cerita ini yaaa!!!

Antropolo(ve)gi : Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang