"Hari ini kakak nggak usah antar aku sampai ke kelas, oke?" Flora berbicara sembari menatap jemarinya yang tengah di genggam oleh Freya.
Kedua gadis berbeda umur itu tengah berjalan menyusuri lorong kelas sepuluh, hal biasa yang Freya lakukan untuk memastikan Flora benar-benar masuk ke kelasnya.
Freya menoleh, kemudian menggeleng tidak menyetujui permintaan adiknya. "Nggak bisa. Kalau ngga di antar sampai kelas yang ada kamu cabut. Kakak nggak suka, ya, kalau kamu cabut-cabut an gitu, dek."
"Kenapa sih memangnya? Aku padahal bisa sendiri, lagian aku nggak akan keluar kelas," lagi-lagi Flora berbicara dengan menaikkan sedikit intonasi suaranya.
"Kakak tau kamu bakal selalu nurut sama kakak. Yaudah, sana gih ke kelas, udah di tungguin Chika sama Jessi di depan pintu," Freya berbicara dengan lembut, melepas genggaman itu dan menarik Flora untuk masuk ke dalam pelukannya. Hanya sebentar, setelah itu Freya melepaskannya.
"Bocil belajar yang benar, ya! Nanti kita istirahat bareng," Freya melambaikan tangannya dan sedikit berteriak sebelum Flora benar-benar masuk ke kelasnya.
Tanpa disadari, beberapa siswa menatap padanya. Freya lupa jika disini bukan hanya dirinya saja, ia lantas menunduk dan berjalan menuju kelasnya dengan langkah yang cepat.
Di dalam kelas, Flora dengan semangat menunjukkan barang-barang bawaannya yang kemarin sempat ia beli dengan Freya.
Jessi dan Chika yang melihat itu tentu merasa iri, mereka bukan iri pada mainan yang Flora tunjukkan melainkan iri kenapa Flora bisa mempunyai kakak sebaik dan seperhatian Freya.
"Lihat, aku nggak akan bohong 'kan sama kalian." Flora menunjukkan cengirannya. Jessi dan Chika hanya mengangguk menanggapi.
"Pasti kalian iri," ucap Flora lagi. Jessi dan Chika kembali mengangguk. "Lebih iri kenapa kamu bisa punya kakak sebaik Freya sih, bukan iri sama mainan yang kamu punya," Jessi mengeluarkan suaranya.
"Kamu beruntung, Flo," Chika juga ikut bersuara.
Flora mengangguk, apa yang temannya katakan itu semua benar. Freya selalu mengabulkan apa yang ia inginkan, selalu membantunya disaat ia merasa kesulitan, selalu peduli dan menjaganya dari apapun. Jika di ingat-ingat, agaknya Flora lebih dekat dengan Freya di banding kedua orang tuanya. Aish, dirinya jadi merasa bersalah karena tadi membentak Freya.
Cukup lama ketiganya terdiam, hingga Flora kembali sadar dan memasukkan kembali mainan miliknya ke dalam tas. Guru pengajar sudah datang.
"Ngelamunnya nanti lagi, sekarang waktunya kita belajar," ucap Flora setelah kedua tangannya terlipat di atas meja. Bersiap untuk berdoa.
•
•
•
Istirahat kali ini rasanya seperti berbeda, iya berbeda karena biasanya Freya yang akan menghampiri Flora ke kelas, namun kali ini Flora sudah berdiri di depan kelasnya dengan kedua temannya.
"Flo? Kenapa nggak nungguin kakak di kelas aja?" Freya menatap adiknya itu yang tengah tersenyum padanya.
"Lagi pengen aja, aku tadi istirahatnya kecepatan."
"Frey, ayo, cacing di perut gue udah laper minta di kasih makan," Adel berucap sembari tangannya mengelus perutnya yang sudah lapar itu.
"Kalian duluan aja, nanti gue sama Flora nyusul," Freya menyuruh temannya itu untuk pergi duluan.
"Kalian juga boleh duluan, nanti kalau sempat aku bakalan nyusul," Flora juga mengizinkan kedua temannya untuk mengikuti teman-teman Freya.
"Kenapa diam? Kamu perlu sesuatu?" tanya Freya pada Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah kepergian Dan menyusul kepulangan [SLOW UP]
General FictionKecelakaan yang terjadi pada hari itu, menjadi awal mimpi buruk bagi seorang gadis bernama Freya skela hardana. Kecelakaan yang terjadi dengan tiba-tiba seakan menghilangkan setengah bagian dari hidupnya. Jadi, bagaimana kah kisah dirinya selanjutny...