Setelah kurang lebih dua hari semenjak operasi temannya dilakukan dan berjalan dengan lancar, kini keempat remaja itu sudah berada di sisi kanan dan kiri brankar. Melihat keadaan temannya yang masih belum sadar juga. Dokter berkata bahwa Freya akan sadar hari ini, jadi mereka yang mendengarnya terlihat gembira.
"Bangun, Frey, gue kangen bercanda dan sekolah bareng lo. Gue kangen nebeng sama lo, semenjak lo sakit gue gak punya tebengan lagi. Bangun, Frey." ucap Olla yang menggenggam tangan Freya. Dirinya menunduk sedih karena ucapannya tak di respon.
"Udah mau siang, kapan, ya, Freya sadarnya?" Helaan napas kasar Adel keluarkan karena tak kunjung mendapat titik terang akan kesadaran Freya.
"Sebentar lagi, gue yakin sebentar lagi Freya sadar." balas Oniel tersenyum pada wajah pucat Freya yang di pasang alat bantu pernapasan.
Adel memilih mendudukkan dirinya di sofa dekat sudut ruangan, diikut oleh Olla yang sudah nampak lelah karena berdiri. Tersisalah Oniel dan Zee yang setia berada disisi sang sahabat.
"Setau gue, Freya kayaknya masih punya keluarga deh disini." Oniel mengeluarkan suaranya dan berhasil mengambil atensi para sahabatnya.
"Masa iya? Kok Freya gak pernah cerita ke gue?" tanya Olla yang penasaran. "Mungkin Freya ngasih taunya ke gue aja. Itu udah lama, waktu kita masuk SMA," balas Oniel setelah mengingat kapan terakhir kali Freya mengatakan bahwa dirinya mempunyai keluarga dekat dari mamanya.
Ketika mereka semua terdiam, Zee dengan kesadarannya melihat pergerakan dari jemari Freya. Jemari lentik itu bergerak satu persatu, Zee dengan girang berdiri dan membuat kaget teman-temannya.
"GUYS! FREYA SADAR, SAHABAT GUE SADAR!" teriak Zee tak bisa mengontrol dirinya yang kelewat girang. Oniel yang berada disitu juga langsung berdiri dari duduknya. Adel dan Olla yang tadinya duduk di sofa kini berpelukan erat. Untuk pertama kali mereka merasa doa yang dipanjatkan setiap hari akhirnya dikabulkan sang maha kuasa.
"M-mah ...," lirih Freya dengan suara seraknya. Matanya yang indah masih terpejam erat.
Oniel dengan cepat memencat nurse call yang berada di sebelahnya. Tak butuh waktu lama suster dan dokter datang memasuki ruang rawat temannya, mereka berempat yang berada disana disuruh keluar selagi dokter mengecek kondisi pasien.
Setelah berada di luar, dari ujung lorong yang tak terlalu sepi terlihat beberapa manusia yang tengah berlari. Keempatnya hanya terdiam, setelah dipandang terus ternyata ketiga orang itu berhenti tepat di hadapan mereka. Seorang perempuan berparas cantik yang sempurna dan juga dua orang lelaki yang terlihat seperti ayah dan anak. Tampaknya mereka adalah satu keluarga dan yang paling cantik itu adalah istri dari lelaki berumur di sampingnya.
Pemuda berbadan tegap dan tinggi membaca tulisan yang berada di pintu itu. "Kamar anggrek nomor 17," monolognya pelan. Dirinya tersenyum setelah membaca tulisan di pintu itu.
Matanya menelisik ke arah remaja yang juga tengah menatap dirinya dan kedua orang tuanya. Ah, nampaknya mereka adalah teman dari orang yang ingin ia kunjungi.
"Kalian siapa?" Adel, orang pertama yang mengeluarkan suara setelah mendapati manusia asing berdiri di hadapannya. Pertanyaan muncul di kepalanya sedari mereka memberhentikan langkah di ruang rawat temannya.
"Saya disini ingin mengunjungi keponakan saya, anak dari adik saya yang telah meninggal akibat kecelakaan beberapa hari yang lalu." jawab Shani, wanita sempurna yang berada di pikiran keempat gadis itu.
"Ohh berarti kalian Om dan Tante nya Freya?" tanya Oniel. Shani membalas dengan anggukan, Oniel dengan cepat maju ke depan dan menyalami tangan kedua orang yang berbeda umur dengannya. Hal itu diikuti oleh ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah kepergian Dan menyusul kepulangan [SLOW UP]
General FictionKecelakaan yang terjadi pada hari itu, menjadi awal mimpi buruk bagi seorang gadis bernama Freya skela hardana. Kecelakaan yang terjadi dengan tiba-tiba seakan menghilangkan setengah bagian dari hidupnya. Jadi, bagaimana kah kisah dirinya selanjutny...