Sudah lebih dari seminggu semenjak pengakuan Araya padaku, dari hari itu sampe dengan hari ini aku selalu mencoba menghindar dari Araya yang selalu mencoba mendekat.
Bisa dibilang penyebabnya karena, perkataannya kemarin membuatku menjadi was-was didekatnya, insting perlindungan diri mungkin, jadi aku menjaga jarak dari dia.
Segala macam cara kulakukan supaya aku bisa menjauh dari Araya mulai dari tidak mempedulikan Araya, tidak balik menyapa Araya, duduk sejauh mungkin dari dia dan lain sebagainya, sudah kulakukan tapi karena Araya sendiri yang tipikalnya memang pantang menyerah dan bermental baja seolah tidak peduli dengan semua penolakan yang aku buat untuknya.
Bahkan aku pernah menggunakan cara yang lebih ekstrim, seperti mengganti matakuliah yang sama dengannya pun kulakukan, supaya aku bisa menjauh dari Araya.
Tapi tetap saja Araya akan selalu menemukan cara supaya dia selalu didekat ku.Bukannya apa, setiap aku melihat wajahnya Araya, perkataannya selalu terngiang-ngiang di kepalaku, yang membuat rasa waspadaku pun jadi meningkat disekitarannya Araya.
Harusnya dia gak perlu sampai bilang mau memberikan keperjakaannya padaku, ngapain coba dia sampai bilang begitu. Maria juga, jadi makin sering bercandain aku dengan mengulangi perkataan Araya baik di kosan maupun di kelas. Aku benar-benar malu dibuatnya, tapi namanya Maria makin diomongin makin dia ngegass ganggunya, jadi yang bisa kulakukan hanyalah mencoba tidak peduli dan untungnya gangguannya hanya berjalan selama 3 hari.Saat ini aku sedang dikampus, ingin mengumpulkan tugas, untuk mengganti ketidakhadiran selama 2 hari dikarenakan aku sakit.
Jadi, supaya nilaiku untuk semester ini gak anjlok banget, aku harus mengerjakan tugas-tugas dari dosen ini.Setelah menghadap 2 dosen untuk tugas 2 matakuliah A n B sudah kuserahkan hanya tinggal matakuliah C saja yang ternyata salah total, jadi dosen memberikan kesempatan terakhir untuk kembali mengerjakan tugas tersebut dalam waktu sehari.
Tapi tugas matakuliah C ni lumayan sulit karena, aku harus membuat makalah yang berkaitan dengan 2 bab di matakuliah C ni dan aku harus bisa mengimplementasikannya kedalam lingkungan masyarakat sekitar.
Aku harus putar otak sebaik mungkin dalam menyelesaikan tugas ini, kalau aku gak bisa melakukannya dengan bagus bisa-bisa aku harus mengulanginya kembali dan aku gak mau itu terjadi, aku harus bisa lulus di matakuliah C ini."Gimana, sudah kumpulin tugasnya?" Tanya Maria yang barusan sudah selesai mengirim tugasnya lewat email ke dosen
"Matakuliah C ini tugas yang aku buat salah Mar, aku harus gimana" aku benar-benar meratapi nasipku yang bisa-bisa mengerjakan tugasnya salah, harusnya aku mengeceknya ulang lagi apa tugas ini sudah betul atau belum, harusnya aku gak terbuai dengan ajakkannya Maria untuk bermain game di PS 5nya yang terbaru, aiss...sial.
"Gimana kalau kamu minta tolong Araya saja?"
"Minta tolong Araya?"
"Iya, begitu-begitu dia pintar banget loh. Dia sering ikut perlombaan dikampus jadi aku yakin untuk tugas matakuliah ini gampanglah buat dia"
"Tapi aku gak enakkan Mar, aku sudah jauhin dia selama seminggu lebih anjrtt" kayaknya gak mungkin, aku minta tolong Araya secara aku sudah menjauhi dia terus juga kalau aku tetap memaksakan kehendakku takutnya, aku memberikan kesan aku memanfaatkan Araya disaat aku lagi susah."Araya pasti senang kalau kamu hubungin dia, percaya deh Eri"
"Tapi aku gak enakkan Mar" aku menolak perkataan Maria barusan,
"Kalau kayak gitu yahh tugasmu gak bakalan selesai Eri, sudah hubungin aja"
"Gak mau, aku bisa kok...yah..bisa" Aku mencoba menyemangati diriku sendiri, apa aku harus menyerah, sepertinya untuk matakuliah C sepertinya, aku bakalan mengulanginya lagi di semester depan, Ayah sama Ibu semoga gak marah yah diatas sana."Jangan menyerah gitu, aku bakalan bantu" kata Araya yang tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakangku, mendengar Araya yang berdiri dibelakangku, aku langsung membalikkan badanku menghadap langsung kearah Araya yang menatapku diam tapi aku bisa melihat kalau dia terlihat sedih, gak biasanya dia sedih bgitu.
"Anu..."kataku mencoba menarik atensinya untuk melihat kearahku
"Itu kenapa kamu sedih?" Tanyaku pada Araya, tapi si empunya hanya diam menunduk tanpa melihat kearahku dan hanya memainkan tangannya saja.
Sepertinya Araya sedih karena aku, apa aku sudah keterlaluan yahh...dari menjauhi dia."Araya"
"Maafkan aku yahh...sudah menjauhi kamu, sebenarnya aku agak takut denganmu" kataku mencoba meminta maaf pada Araya, yang langsung membuatnya melihat kearahku
"Perbuatan apa yang sudah kulakukan sampai Erika takut sama aku?" Tanya Araya yang langsung menangkup kedua tanganku dan meramasnya lembut.Saat ini wajahnya Araya benar-benar sangat dekat dengan wajahku, wahh sudah lama aku tidak melihat coganku yang tampan, indah dan rupawan ini. Aku benar-benar merindukanmu cogan, tapi setelah aku perhatikan, kenapa di wajahnya ada mata panda terus kenapa raut wajahnya kelihatan kecapean seperti ada beban tugas yang banyak saja, apa yang terjadi dengan Araya selama ini.
"Erika...Erika" panggil Araya berulang-ulang memanggilku, aku pun tersadar dari lamunanku dan melepaskan diri dari pegangannya Araya di kedua tanganku.
"Aku takut sama perkataan kamu" kataku yang langsung berlari kearah belakang Maria mencoba bersembunyi dari Araya
"Perkataan?" Bingung Araya yang masih tetap setia menatapku
"Aku takut, kamu grepe-grepe aku" kataku pelan nyaris tak terdengar
"Hmm..kamu omong apa Erika?" Tanya Araya yang mencoba mendekat
"A..aaa..aku takut, kamu grepe-grepe aku" kataku lagi yang sialnya suaraku masih tetap kecil dan kalah dengan suara ribut mahasiswa/i yang lalu lalang dilorong kampus, sedang Maria yang mendengar suara tikusku hanya tertawa dalam diam, aiss sial*n kenapa aku jadinya malu gini, ayolah Erika malulah dengan umurmu yang sudah 30an ini."Erika...maaf aku gak dengar"
Dengan emosi aku langsung teriak kencang
"AKU TAKUT KAMU GREPE-GREPE AKU!!"Yang membuat orang-orang yang lalu lalang langsung terdiam ditempat dan menatap kearah kami, bahkan ada beberapa dosen yang melirik kearah kami dari balik kaca.
Sialan, aku benar-benar malu. Kenapa juga aku harus teriak kayak gitu, harusnya tadi aku bisik saja ke telinganya Araya supaya dia saja yang dengar, tapi karena rasa gengsi bercampur malu sama Araya jadinya aku gak berani bisikkin ke Araya secara langsung.
Aisss sial...sialll, aku benar-benar malu."Ahhahahha...Erika kamu benar-benar menggemaskan" tawa Araya lepas, setelahnya Araya langsung menarikku dari belakangnya Maria dan memelukku dengan erat. Araya benar-benar tipikal gak ada malunya
"Erika, aku gak bakalan grepe-grepe kamu. Tenang saja" senyum indah Araya akhirnya terbit
"Kamu janji?" Kataku menatap malu ke arah Araya
"Aku janji, aku bakal ngelakuin juga kalau kamu ngijinin" bisik Araya ditelingaku dan tak lupa memberikan kecupan singkat ditelingaku. Yang membuatku langsung berhenti napas saking malunya dengan perbuatannya Araya sendiri masih tersenyum gemas kearahku, Araya pun kembali membawaku kedalam pelukannya untuk kedua kalinya dan sekarang atensi semua orang yang berada dilorong ini hanya terfokus kearah kami.Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Kehidupan Ke-2
Fantasy( Slow Update ) and ada bab yang acak jadi sebelum dibaca always cek bab-nya yahhhh Erika Magdalena, seorang istri dari laki-laki bejat yang suka berselingkuh dengan para Jalang bahkan suaminya itu sering membawa jalang kerumahnya hanya dengan alasa...