Bab 6

205 30 0
                                    

"gak akan kubiarkan kamu pergi dari sisiku, akan kulakukan apapun supaya kamu kembali padaku. Tunggulah aku sayang"

Setelahnya terdengar suara tawa lirih seseorang sambil memandang sebuah pigura foto berisi  seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki, anak perempuan itu tidak tersenyum dan hanya anak laki-laki itu saja yang tersenyum senang sambil memegang tangan anak perempuan itu dengan erat.

Erika POV
Kembali ke Araya dan aku yang sedang fokus mengerjakan tugas matakuliah C, Araya menepati janjinya untuk membantuku mengerjakan tugas itu dan karena dengan bantuan otaknya Araya yang sangat encer, tugas yang awalnya susah untuk dikerjakan menjadi mudah bahkan sudah hampir selesai kalau tidak diganggu oleh Maria untuk makan malam dulu, soalnya sedari awal kami mengerjakan tugas ini kami tidak sempat untuk makan siang, jadinya sebagai alas perutnya, kami hanya memakan camilan saja saking fokusnya mengerjakan tugas itu, sedangkan Maria sendiri tugasnya hanya menemani kami tanpa sedikit pun membantu, sebenarnya Maria bisa saja membantu hanya saja sekarang otaknya lagi mode lelah jadi tidak bisa membantu, jadi sebagai permintaan maafnya Maria, dia  memasakkan kami makan malam.

"Anak-anakku yang capek, lesuh dan berbeban berat kemarilah. Bunda sudah memasakkan makanan untuk kalian" Maria memanggil kami untuk segera makan malam
"Ehmm...kayaknya bukan Bunda, tapi Mertua ehh...bukannya sama aja yah?" Bingung Maria ingin menyebutkan dirinya sendiri
"Apaan Mertua Mar?" Kataku bingung
"I am your mom in koss and karena mantuku datang jadi sebagai mertua yang baik aku harus menyambutnya dengan baikkan" kata Maria sambil menaik turunkan alisnya menggoda Araya, sedangkan Araya yang digoda tersenyum malu sambil menggaruk kepalanya

Aku yang mendengar godaan Maria hanya menatapnya diam, dan membaringkan badanku dengan malas dan tidak tertarik untuk terlibat dalam godaannya Maria.

"Taruh aja disini Mar, malas kesana" kataku capek dan malas untuk berdiri menuju meja makan, walaupun jarak antara meja makan sama ruang tamu dekat, tapi aku capek, sebenarnya otakku saja yang capek tapi memberikan efek melelahkan ke fisikku.

"No..no kamu makannya kayak babi, terus juga makannya sering ngejatuhin makanan, emangnya kamu mau tugasmu kotor karena jejak-jejak makananmu  itu?"
"Aku capek Mar, gak ada tenaga aku. Loyo Mar" sambil membaringkan badanku yang kecapean, tidak mendengar perkataannya Maria

Disaat sedang menikmati lantai yang dingin dan tikar yang lumayan nyaman, tiba-tiba saja badanku terasa ringan dan melayang, rupanya aku sudah diangkat sama Araya ala Bride style, ngapain juga anak ini gendong-gendong aku, bukannya dia juga capek yah, gak amanlah aku kalau kayak gini, dengan jarak yang gini. Secara look-nya Araya cogan tipeku walaupun akhlaknya minus.

"Kamu ngapain gendong aku Ar"
"Ngapain? Bukannya kamu kecapean?"
"Iya tapi gak gini juga Ar"
"Gak apa-apa, kamu pasti capek"
"Tapi kamu lebih capek Ar, tugas itu kebanyakan kamu yang ngerjain"
"Hmm..gak juga, malahan tugas itu lebih gampang kok menurutku, jadi kamu gak perlu khawatir sama aku" kata Araya tersenyum bangga sambil menaruh aku di kursi disebelahnya

"Gampang? Emangnya kamu pernah ngerjainnya juga?" Tanyaku pada Araya yang sedang mengambilkan nasi sama lauknya untukku
"Aku bahkan pernah buat projeknya sih, untuk lomba, dan gampang-gampang saja sih tugasnya soalnya dikerjain bareng sama anak-anak yang lain"
"Makan dulu, makan sendiri atau mau aku suap?" Kata Araya lagi yang sudah bersiap mengambil sendok untuk menyuapiku tapi maaf saya bukan anak kecil
"Gak, sini tapi makasi sudah ambilin" aku memakan makanku dengan lahap, memang makanan buatan Maria emang gak pernah gagal, walaupun ni anak jarang masak lebih sering beli diluar tapi sekalinya masak enak banget, gak tau dia belajar dimana sampai makanannya seenak ini.
"Terus kamu menang?" Tanya Maria yang sudah duduk di depanku sambil memakan makanannya
"Iya walaupun hanya juara 2 sih, yang juara 1 tema projeknya mereka bagus banget, pantas aja mereka bisa menang" kata Araya
"Kalau gak salah yang juara 1 itu kelompoknya Jeremy?" Tanya Maria sama Araya yang di balas dengan muka cemberutnya Araya
"Beneran? Wah pintar banget dia" kataku tidak peduli, walaupun kepribadian mereka berbeda, baik di kehidupan pertama sama kedua otaknya mereka masih saja tetap encer, walaupun gak belajar juga otaknya kenapa tetap saja pintar yah, aku saja harus belajar baru bisa itu pun masih saja gak terlalu bagus dengan hasil yang kudapatkan.

Kehidupan Ke-2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang