6. Give Me a Chance

88 5 0
                                    

Seminggu setelah di rawat di rumah sakit, kondisi Jaemin pun mulai membaik. Ia pun meminta kepada dokter untuk di perbolehkan kembali ke rumahnya. Dengan berbagai banyaknya pertimbangan serta diskusi para dokter, dokter pun mengizinkan dirinya untuk kembali ke rumahnya. Tentu saja harus menjalankan beberapa terapi untuk mencegah timbulnya penyakit yang ia derita.

Dia pun senang bukan main ketika mendengar dokter membolehkan dia pulang. Sungguh, ia sudah sangat rindu untuk melihat kedua anaknya. Sudah satu minggu lebih dirinya ini tidak melihat sang anak. Membuat dirinya gelisah dan ingin cepat pulang.

Dan Haechan, sahabatnya pun membantu dirinya untuk packing dan kembali ke rumah mereka. Ah iya, sahabatnya ini emang tinggal di rumahnya. Tentu saja kamar mereka berbeda! Sahabatnya yang sengaja memilih untuk tinggal di rumahnya, agar dia bisa mengontrol dirinya.

Haechan itu sahabatnya Jaemin, dan satu-satunya orang yang ia punya dan sangat ia percayai saat ini. Kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia, setelah menikahkan dirinya dengan Mark, suaminya. Jadi, hanya Haechan yang ia punya saat ini.

Bagaimana dengan sahabatnya? Apakah sahabatnya ini masih memiliki orang tua? Jawabannya adalah iya! Sahabatnya ini masih memiliki orang tua lengkap. Ayah dan Ibunya masih ada, tapi mereka berdua tinggal di Chicago. Dan sahabatnya ini sengaja pindah ke kotanya untuk menemani dirinya.

Iya, Haechan itu emang memiliki rasa kepada sahabatnya, Jaemin. Namun ia tidak bisa mengatakan hal itu. Ia tidak mau hubungan persahabatan mereka rusak karena cinta semata. Jadi, dia memutuskan untuk memendam rasa cintanya sendiri. Terlebih saat sahabatnya ini memutuskan untuk menikah dengan pria lain, orang pilihan orang tuanya. Harapannya dia benar-benar pupus. Ia berusaha untuk melupakan sahabatnya ini, tanpa harus menjauhi sahabatnya. Karena dia tidak sanggup untuk pergi dari sahabatnya.

Tentu saja ia menjaga jarak ketika sahabatnya ini sudah menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Ia tidak mau suami dari sahabatnya ini salah paham. Jadi, ia memutuskan untuk menjaga sahabatnya dari kejauhan.

Tapi berbeda dengan sekarang. Saat ini, ia ingin selalu ada di samping sahabatnya, dan tidak ingin jauh dari sahabatnya. Terlebih ketika dirinya mengetahui bahwa sahabatnya ini memiliki penyakit yang mematikan.

"Ingat! Jangan terlalu lelah, jangan ke mana-mana sendiri, dan kalau ada apa-apa? Hubungi aku atau bibi serta paman Kim. Mengerti?" Kalimat perintah yang ia berikan kepada sahabatnya yang saat ini sudah duduk di atas ranjang kamarnya.

Dan Jaemin yang mendengarnya hanya bisa mencebik kasar. Sebenarnya, dirinya ini sangat tidak suka di perlakukan seperti orang sakit! Maka dari itu ia sangat merahasiakan penyakitnya dari siapapun. Tapi entah kenapa sahabatnya ini tau tentang penyakit yang ia derita. Padahal ia sudah menutupi itu semua.

"Iya iya! Sudah sana, pergi bekerja! Kau sudah bolos kerja selama satu minggu, hanya untuk menjaga diriku! Aku bukan bayi dan aku tidak lumpuh!" Peringatan yang ia berikan kepada sahabatnya, yang saat ini tengah menatap sahabatnya dengan tatapan nyalang.

"Yak! Aku tidak bermaksud berkata seperti itu! Aku hanya ingin--"

"Cha, sudah saatnya kau pergi bekerja. Sekarang pergi lah." Usiran yang ia lakukan, memotong ocehan yang keluar dari mulut sahabatnya, yang sudah sering ia dengar. Ia sudah sangat bosan dengan semua ocehan dan peringatan yang keluar dari mulut mulut sahabatnya ini.

Sedangkan Haechan langsung mendecak kesal ketika sahabatnya ini memotong kalimatnya. Ia langsung menyelimuti sahabatnya, dan bergegas keluar dari kamar sahabatnya. "Bibi Kim, tolong jaga Jaemin, ya? Kalau ada apa-apa? Kabari aku." Pintanya kepada bibi Kim yang saat itu ingin masuk ke dalam kamar sahabatnya, dengan membawa bubur dan minum untuk sahabatnya makan.

"Ah iya, Tuan. Saya akan mengabari Tuan kalau ada sesuatu yang terjadi." Ujar bibi Kim, lalu pergi ke dalam kamar bosnya, sedangkan Haechan langsung pergi menuju kantornya.

Sampai di dalam, bibi Kim langsung memberikan makanan dan minuman yang ia bawa kepada Jaemin.

"Aish, bubur lagi, bubur lagi." Gumamnya, seraya menatap makanannya. Sudah selama beberapa hari belakangan ini dia makan bubur. Jadi, ia sangat muak ketika melihat bubur lagi untuk makannya hari ini.

"Maafkan saya, Nona. Tapi Tuan Lee yang menyuruh saya untuk memasakan Nona bubur." Ujar bibi Kim yang langsung menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Yak! Kenapa malah bibi yang merasa bersalah? Aku yang harusnya berterima kasih kepada bibi karena telah memasak makanan untukku. Aku hanya kesal kepada Haechan! Namun tidak dengan masakan yang bibi buat." Ujar Jaemin yang tidak enak hati karena ucapan yang telah ia lontarkan.

"Benarkah?" Tanya bibi Kim sekali lagi, memastikan perkataan bosnya ini.

Ia langsung mengangguk antusias. "Benar. Terima kasih, bibi. Karena bibi selalu memasakan makanan enak untuk aku." Ujarnya yang saat ini tengah menunjukkan senyumannya.

Bibi Kim pun mengangguk. "Sama-sama, Nona. Ini sudah kewajiban saya untuk membantu nona." Ucapnya, lalu pergi dari kamar bosnya.

Ia pun mulai memakan bubur buatan bibi Kim. Makan dengan sangat hikmat sampai makanannya habis. Setelahnya, ia segera meminum obat yang di berikan dokter. "Ya Tuhan, tolong berikan aku kesempatan untuk menghirup udara hari ini, dan juga besok." Doa yang selalu ia panjatkan, sebelum dirinya meminum obatnya.

Ia tidak terlalu mengharapkan kesembuhan dari penyakit yang tengah ia alami dan hadapi saat ini. Namun, ia selalu mengharapkan belas kasih Tuhan. Ia meminta kepada Tuhan agar memberinya kesempatan untuk dirinya menghirup udara hari ini, hingga besok.

Setelah minum obatnya, ia pun segera mengganti bajunya. Ia berniat untuk mengunjungi kedua anaknya yang kemungkinan sedang bersiap untuk pulang sekolah. Saat ini emang sudah jam pelajaran terakhir mereka. Jadi, ia ingin melihat mereka, sebelum mereka pulang.

Setelah mengganti pakaiannya, ia langsung beranjak keluar. "Paman Kim." Panggilan yang ia berikan untuk pekerja rumahnya.

Paman Kim yang sedang berbicara kepada istrinya, ia langsung menghampiri Jaemin, begitu dia memanggil dirinya. "Iya, Nona Na. Ada yang Nona inginkan?" Tanyanya, yang saat ini sudah berada dihadapan bosnya.

Ia yang ditanya pun langsung menganggukkan kepalanya. Ia membenarkan pertanyaan yang diberikan paman Kim, kalau dia memang membutuhkan sesuatu. "Tolong antarkan aku ke sekolah Jisung dan Chenle." Pintanya.

Paman Kim pun menuruti permintaan bosnya. Mereka segera bergegas keluar dari rumah mereka. Masuk ke dalam mobil bersama, lalu paman Kim pun mulai menjalankan mobilnya pergi ke tempat yang ia inginkan. Sekolahnya kedua anaknya.

Setelah beberapa menit membelah kota, mobilnya yang dikendarai oleh paman Kim pun akhirnya tiba di tempat yang tidak jauh dari sekolah kedua anaknya.

Kening miliknya langsung mengerut, ketika ia melihat anaknya yang sedang berada di luar sekolahnya seorang diri, seraya celingak-celinguk, seakan mencari sesuatu. "Apakah dia tertinggal? Masa iya Winter meninggalkan dia sendiri?" Gumamnya yang masih menatap anaknya dari jarak yang tidak jauh, namun tidak terlalu dekat.

Ia terus menunggu hingga 15 menit. Namun keberadaan Winter pun belum kunjung datang, dan anaknya pun masih setia menunggu sang ibu. Karena takut anaknya ini kecapekan serta ada orang jahat yang berniat menculik anaknya, akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri anaknya.

Sampai di hadapan anaknya, ia langsung turun dari mobilnya, dan menghampiri anaknya yang tengah berdiri di samping mobilnya dengan tatapan bingungnya.

GEORGEOUS MOTHER - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang