Sampai di kantor, ia langsung keluar dari mobil milik sahabatnya. "Aku akan ke kantorku. Kau harus menghubungi aku kalau ingin pulang. Mengerti?" Peringatan yang sahabatnya berikan, sebelum ia keluar dari mobil milik sahabatnya.
"Ck! Kau berisik sekali. Persis seperti orang tuaku!" Rutukan kesal yang ia berikan untuk sahabatnya ini, lalu pergi keluar dari mobil sahabatnya.
Sedangkan Haechan hanya bisa mendengus kesal, lalu menjalankan mobilnya pergi dari kantor sahabatnya.
Sampai di dalam kantor, ia langsung bergegas masuk ke dalam lift. Memencet angka 23, lalu menunggu lift sampai. Suara lift yang terbuka, membuat dirinya langsung bergegas keluar dari lift, dan langsung bergegas menuju ruangan CEO.
Sampai diruangan CEO, ia mengetuk pintu terlebih dahulu, sebelum akhirnya masuk ke dalam. Setelah di izinkan masuk oleh orang yang ada di dalam. "Bagaimana dengan perkembangan perusahaan aku, Ningning?" Tanyanya kepada teman yang paling ia percaya untuk mengelolah perusahaan miliknya, Ning Yizhou atau yang sering di sapa Ningning.
Ningning yang tengah sibuk membaca berkasnya pun berhenti sejenak ketika mendengar suara temannya ini. Ia langsung mengangkat kepalanya, lalu tersenyum senang dan segera beranjak dari duduknya untuk menghampiri temannya. "Yak! Kau kembali? Kau sudah di izinkan kembali?" Tanyanya yang saat ini sudah temannya pelukkannya dari Jaemin.
Ia juga langsung menarik sahabatnya, serta menelepon sekertarisnya untuk membuatkan mereka minum. "Kapan kau kembali? Kau sudah di izinkan kembali? Kenapa tidak memberi tau diruku?" Serentetan pertanyaan yang keluar dari mulutnya, yang saat ini ada di samping temannya, sekaligus berhadapan dengan temannya
"Sejak kapan dokter mengizinkan aku kembali?" Balasnya, memperingati kembali temannya ini. Dokter emang tidak pernah mengizinkan dia untuk keluar dari rumah sakit. Dianya aja yang kepala batu, dan gak pernah betah dirumah sakit.
"Lalu, kenapa kau kembali? Seharusnya kau tetap berada di sana!" Rutuka kesal yang Ningning keluarkan, karena sikap keras kepala temannya ini.
"Aku bosan, Ning, kalau terus-terusan berada di rumah sakit. Sudah beberapa tahun aku ada di sana." Serunya, yang udah pasrah akan jalan hidupnya. Ia tidak mau berharap pada sesuatu yang jelas udah dia ketahui.
"Kau menyerah?" Tanya Ningning yang sudah menatap temannya dengan tatapan sedihnya, begitu mendengar ucapan temannya.
"Apakah aku selemah itu?" Balasnya yang sangat tidak suka akan ucapan temannya, disertai dengan tatapan sedih yang temannya berikan.
Langsung di balas gelengan kepala oleh Ningning, begitu mendengar ucapan temannya. "Tentu saja tidak. Kau itu kuat dan tidak mudah menyerah. Kalau kau mudah menyerah? Kau tidak mungkin berada di sini sekarang." Jelasnya.
"Kalau gitu, kenapa memberikan aku pertanyaan seperti itu?" Ujarnya, yang langsung mencubit hidung temannya ini.
"Ya kan kali aja. Kau jangan menyerah ya? Aku tidak suka kau menyerah!" Peringat Ningning kepada temannya, agar temannya ini tidak menyerah dan terus mau berjuang.
"Tentu saja. Aku tidak selemah itu, Ningning." Balasnya disertai dengan senyuman. Setidaknya, ia masih ada harapan untuk berjuang, walaupun ia sudah pasrah. Yaitu kedua anaknya. Ia masih ingin melihat kedua anaknya dan suaminya dari kejauhan, sebelum dirinya tidak bisa melihat kedua anaknya dan suaminya lagi.
"Bagaimana dengan permintaan yang aku berikan? Apakah kau sudah merubah ahli warisnya?" Tanyanya, yang langsung mengalihkan topik pembicaraan mereka. Jujur, ia paling tidak suka membahas ini.
Ningning mengangguk antusias. Ia segera beranjak dari duduknya, mengambil sebuah map, dan memberikannya kepada temannya. "Aku sudah mengubahnya seperti yang kau minta. Saham perusahaan sudah di ubah menjadi milik Jisung dan juga Chenle. Beberapa investasi yang kamu miliki juga sudah di ubah menjadi milik mereka." Jelasnya.
Langsung saja ia membuka map yang di berikan temannya, dan melihat beberapa lembar kertas yang ada di dalam, sudah berganti nama menjadi kedua anaknya, Jisung dan juga Chenle. "Ningning, terima kasih." Ujarnya disertai dengan senyuman leganya.
Baru saja Ningning ingin menjawab, pintu ruangannya di buka oleh seseorang. Membuat dirinya dan juga juga temannya menoleh bersama.
"Nona Yizhou, maaf karena lancang telah masuk ke dalam ruangan milikmu. Di luar sana tidak ada sekertaris-mu. Jadi saya--" Ucapan orang itu menggantung ketika melihat orang yang sangat ia kenali dan sangat ia rindukan ada di sana.
Ah ralat. Bukan hanya orang itu, tetapi juga dirinya. Ia juga mematung ketika melihat orang itu masuk ke dalam. Bahkan Ningning saja terkejut melihat kedatangan orang itu.
"Jae--min." Ujaran yang tertahan karena rasa terkejutnya belum hilang, sukses membuat sang empuh yang punya nama langsung membuyarkan lamunannya.
Dan ua langsung memalingkan tatapannya dari orang itu, kepada temannya. "Kalau seperti itu, kita bicarakan lagi ke depannya. Sepertinya kau ada tamu, Nona Yizhou." Ucapnya yang langsung berbicara formal kepada temannya, dan segera beranjak dari duduknya dan segera keluar dari ruangan.
Langkahnya langsung terhenti seketika, ketika orang itu mencekal tangannya. "Na Jaemin." Ucap orang itu lagi, dan langsung membalikkan dirinya dalam sekali hentakan, agar dirinya ini menatap dia.
"Sepertinya aku tidak mengenal dirimu. Maafkan aku." Ujarnya yang ingin menyentakkan tangan orang itu supaya ia bisa pergi, tapi dirinya gagal karena kekuatannya yang tidak sebanding.
"Nona Yizhou, maaf. Sepertinya kita harus mengundurkan pertemuan kita hari ini. Ada urusan penting yang akan saya lakukan hari ini." Ujar orang itu yang langsung menarik dirinya keluar dari ruangan Ningning.
Dan ia hanya bisa mengikuti kemana orang itu membawanya pergi. Ia tidak mau di jadikan pusat perhatian, kalau dirinya memaksa untuk memberontak. Makanya dia hanya bisa diam dan mengikuti langkah pria ini membawa dirinya.
Dan sampai lah mereka di basement perusahaan. Baru-lah ia langsung melepaskan cekalan tangan orang itu. "Berhenti lah! Aku tidak mengenal--"
"Berhenti lah pura-pura, Jaemin Lee!" Sentak orang itu, memotong ucapan yang ia lontarkan.
"Aku ini Na Jaemin, bukan Jaemin Lee! Jangan berani-beraninya kau mengubah marga milikku!" Peringatan yang langsung ia berikan kepada orang yang ada dihadapannya ini, yang telah berani mengubah marganya.
"Kau itu Jaemin Lee, istri sah dari diriku, Mark Lee! Mau sampai kapan kau menghilang dan menghindari aku, serta kedua anak kita, Jisung dan Chenle?!" Geram Mark, yang terus menatap manik mata istrinya dengan kilatan marah.
Yup, orang yang datang dan tiba-tiba masuk ke ruangan Ningning adalah Mark Lee. Mark yang berniat untuk pergi ke kantor rekan kerjanya pagi tadi untuk membahas kerja sama antar perusahaan mereka. Tapi sebelum berangkat, dirinya terjadi sedikit masalah dan mengharuskan dirinya membatalkan janji itu.
Akan tetapi, sekertarisnya berkata bahwa perusahaannya ada sedikit masalah. Dan karena dirinya yang sangat profesional dan perfeksionis, ia langsung bergegas ke perusahaan rekannya itu, guna membahas masalah yang terjadi di perusahaan dirinya, bersama dengan rekan kerjanya. Masalah itu menyangkut kerjasama antar perusahaan dirinya dan rekannya. Maka dari itu ia ingin membahasnya dengan rekan kerjanya.
Tapi ketika ia sampai di depan ruangan rekan kerjanya, tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada sekertaris rekan kerjanya yang biasanya berjaga di depan ruangan rekannya. Dengan terpaksa, ia langsung masuk ke ruangan rekan kerjanga.
Ia sudah mengetuk pintu terlebih dahulu, namun tidak ada sahutan dari dalam. Terpaksa ia masuk ke dalam tanpa di suruh rekan kerjanya. Namun alangkah terkejutnya dirinya ini ketika melihat seseorang yang telah lama menghilang dari kehidupannya tanpa meninggalkan jejak serta penjelasan apapun, ternyata ada di hadapannya.
Terlihat nampak sehat dan sangat senang sekali. Dan ia yang melihat itu pun menggeram marah. Bagaimana bisa istrinya ini terlihat baik-baik saja dan sangat senang, tanpa adanya perasaan menyesal sedikit pun karena telah meninggalkan kedua anaknya.
"Sepertinya kau salah orang. Aku bukan Jaemin yang kau kenal." Ucapnya yang ingin pergi, namun di tahan oleh suaminya. Sepertinya, suaminya ini tidak berniat melepaskan dirinya begitu saja.
Sedangkan Mark, ia langsung menarik istrinya, serta mengurung istrinya dengan kedua tangan yang ada di samping sang istri, lalu mencium istrinya tanpa permisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGEOUS MOTHER - MARKMIN
Fiksi PenggemarCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKMIN (MARK X JAEMIN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDU...