Sampai di pusat perbelanjaan terbesar di Kota, Jisung dan juga Jaemin segera turun. Mereka berdua mulai masuk ke dalam restaurant Hotpot. Dirinya ingin memperkenalkan makanan China kepada anaknya.
"Ayah!" Seruan yang Jisung berikan, ketika dia melihat ayahnya sudah ada di dalam sana.
Dan Jaemin tidak bisa menahan rasa terkejutnya, ketika ia melihat suaminya yang sudah ada di sana. Ia ingin segera kabur dari sana, namun anaknya sudah menariknya terlebih dahulu. Membuat mereka duduk dalam satu meja.
"Ayah, kenapa ayah bisa ada di sini? Ayah ikutin aku ya?" Ocehan yang terus sang anak berikan, ketika ia sudah duduk di samping Jaemin.
Dan Mark yang mendengarnya hanya bisa tersenyum lalu mengangguk, membenarkan ucapan sang anak. "Tentu saja. Ayah itu selalu tau di mana kamu berada." Jawabnya, yang langsung menatap anaknya sejenak, lalu menatap istrinya yang tidak berniat menatap dirinya.
"Uwah, apakah ayah ini super hero?" Tanya sang anak yang percaya dengan omongan ayahnya.
"Tentu saja. Ayah akan selalu jadi super hero untuk mas Chenle, Jisung dan juga ibumu." Seru Mark yang terus dan tidak pernah mengalihkan tatapannya dari menatap istrinya, ketika menyebut kalimat ibu.
"Cha, sekarang waktunya kita makan. Ayah sudah pesankan hotpot untuk kamu dan juga aunty Jaemin." Serunya, yang langsung menatap hotpot yang sudah matang. Ia langsung mengambil hotpot yang sudah matang, dan di masukkan ke dalam mangkuk, lalu memberikannya kepada anak dan juga istrinya.
"Ayah, ayah kenal aunty cantik ini, ya?" Tanya sang anak seraya menatap wanita yang ada disampingnya, sebelum ia memakan makanannya.
"Tentu saja. Aunty ini benar-benar cantik, bukan?" Tanya Mark.
Dan anaknya langsung menganggukkan kepalanya, membenarkan. "Benar! Aunty ini cantik sekali. Udah gitu baik lagi. Aunty juga mau menolong aku, dan mengajak aku makan." Serunya yang langsung menatap wanita yang ada disampingnya ini dengan senyuman tulusnya.
"Aunty cantik, makasih ya udah mau nolongin aku." Sambungnya, yang langsung memeluk wanita yang ada disampingnya ini.
Sementara reaksi yang Jaemin berikan hanyalah mematung, ketika anaknya memeluk dirinya. Baru pertama kali dia bisa merasakan pelukkan sang anak. Ia sangat senang, sungguh. Rasanya ia ingin berteriak dan memberitahu anaknya ini, kalau yang ada di hadapannya ini adalah ibunya. Ibu kandungnya. Ibu yang telah melahirkannya, sekaligus ibu yang telah meninggalkannya juga.
Tanpa ia sadari, ia juga membalas pelukkan anaknya, seraya menampilkan Senyumannya. Tangannya juga terulur untuk mengelus rambut sang anak. "Sama-sama, sayang. Kamu tidak perlu berterima kasih. Itu sudah jadi kewajiban aunty sebagai teman ayah kamu dan ibu kamu, untuk menolong kamu." Ujarnya.
Mereka bertiga akhirnya mulai makan bersama. Ia yang sering membantu anaknya kalau anaknya ini kesulitan. Entah sulit menjangkau daging, ingin minum, dan yang lainnya.
Setelah makan, mereka bergegas untuk pulang. Namun anaknya menolak untuk pulang. Dia ingin bermain di timezone terlebih dahulu sebelum pulang. Akhirnya mereka bertiga bergegas menuju area timezone dan bermain bersama. Mereka bertiga tampak seperti keluarga kecil nan bahagia. Mark dan Jaemin yang selalu menjaga anak mereka yang sangat aktif di area timezone. Mereka bertiga juga sempat foto bersama di photo box.
Walaupun awalnya Jaemin ini menolak karena ia takut, ia takut tidak bisa melepaskan anaknya. Namun akhirnya ia luluh juga karena anaknya yang terus meminta dan memaksa dirinya.
Setelah menghabiskan waktu di timezone, mereka bertiga akhirnya memutuskan untuk pergi ke kedai ice cream, sebelum pulang.Makan ice cream bersama dengan hikmat dan tenang, dan akhirnya bergegas pulang.
"Aunty cantik, makasih ya? Makasih karena udah mau nolongin aku dan temenin aku main bersama dengan ayah. Aku pamit pulang dulu ya." Ujar sang anak, yang izin pamit pulang bersama dengan ayahnya.
Dan ua yang mendengarnya pun langsung menyamakan tingginya dengan anaknya. Tangannya langsung terulur untuk menggenggam tangan mungil milik sang anak. "Sama-sama, Jisung sayang. Kamu hati-hati ya di jalan." Ujarnya yang ingin beranjak, namun tertahan karena anaknya yang memeluknya lagi. Tidak hanya memeluk, anaknya juga mencium pipinya.
"Itu hadiah dari aku karena aunty cantik udah mau nolongin aku, dan temanin aku main." Ujar sang anak, lalu meminta gendong kepada ayahnya.
"Na, aku pulang dulu ya. Kamu hati-hati di jalan." Pamit Mark kepada istrinya, dan istrinya langsung membalasnya dengan anggukkan kepalanya.
---"Kau dari mana saja?" Pertanyaan yang Haechan berikan kepada sahabatnya yang baru saja tiba didalam rumahnya.
"Aku habis makan hotpot." Jawaban santai yang ia berikan, akan pertanyaan yang diberikan sahabatnya. "Jangan protes! Aku sudah tidak apa-apa, dan aku sangat bosan makan bubur dan makanan rumah sakit!" Sambungnya, sebelum sahabatnya ini mengeluarkan protesannya.
Haechan yang mendengarnya pun langsung mendesis tidak suka. Ia juga langsung pergi untuk mengambil obat sahabatnya, dan juga segelas air. Lalu memberikannya kepada sahabatnya "Minum-lah." Titahnya.
Sedangkan ia langsung mengambil obat pemberian sahabatnya, dan segera meminum obatnya. "Terima kasih." Ucapnya.
"Heum, istirahat lah. Kau lelah bukan? Nanti malam ada acara yang harus aku hadiri. Kau tidak apa-apa di rumah sendiri?" Tanya Haechan yang tidak pernah melepaskan tatapannya dari sahabatnya.
"Sana pergi! Aku bukan anak kecil yang di tinggal ayah dan ibunya akan menangis!" Ujarntiada hentinya memperingati sahabatnya kalau dia ini bukan anak kecil.
"Bisakah kau tidak berbicara sarkas?" Tanya Haechan yang sudah lelah mendengar sarkasan yang sahabatnya berikan untuk dirinya.
"Tidak bisa! Kau selalu memancing emosi-ku." Balasnya.
"Ck! Pantesan kau pendek." Ledekan yang Haechan berikan, yang tentunya sukses membangunkan amarah sahabatnya ini.
"Yak! Apa yang kau katakan?!" Teriakan yang Jaemin berikan. Bahkan ia sudah beranjak dari duduknya, guna menghampiri sahabatnya yang selalu saja memancing kesabarannya yang sangat tipis. Ibarat tissu dibagi 10 lembar, udah gitu dimasukkin ke dalam air.
Sementara Haechan yang mendengar dan melihat sahabatnya, ia langsung meneguk salivahnya kasar. Sepertinya ucapannya salah. Dia sudah merubah kudanil gendut menjadi singa yang ganas. Ia yang melihat sahabatnya yang sudah beranjak dari duduknya pun langsung segera berlari ke kamarnya.
Sementara ia yang melihat sahabatnya kabur pun segera berlari menyusul sahabatnya. "Yak, Lee Haechan! Jangan kabur kau!" Teriakan menggelegar yang ia berikan.
***Suara bel yang terus berdering di rumahnya, membuat dirinya yang tengah tertidur pun bangun dari tidurnya. Rimgisan yang langsung ia berikan ketika bangun, dan segera beranjak dari ranjangnya. "Yak! Si jelek itu pasti lupa membawa kunci rumah, atau lupa password rumah. Padahal passwordnya sangat mudah di ingat!" Ocehan yang ia lakukan di sepanjang jalan menuju pintu utama, memaki sahabatnya yang selalu lupa.
Sampai di pintu utama, ia langsung membuka pintu rumahnya, di iringi ocehan yang keluar dari mulutnya. "Yak! Bukankah sudah aku bilang kalau kau harus--- Mark Lee?" Ocehanan yang ia berikan pun langsunh terpotong ketika melihat suaminya ada di depan rumahnya.
Baru saja ia ingin menutup pintunya, suaminya sudah lebih dulu menahannya. Suaminya juga membawa dirinya masuk ke dalam rumahnya, lalu mengunci pintu rumahnya.
Suaminya yang langsung menariknya dan mendudukkannya di sofa ruang tamu miliknya. "Kita harus bicara." Ucap suaminya, yang terus menahan dirinya yang ingin kabur.
Ia yang mendengarnya langsung menghela nafasnya, berhenti memberontak dari suaminya. Ia langsung membenarkan duduknya, menatap suaminya dengan tatapan jengah. "Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, tuan Lee. Hubungan kita sudah berakhir." Ujarnya.
"Hubungan kita belum berakhir. Baik aku atau dirimu belum pernah menandatangani surat cerai." Ucap Mark, guna menyadarkan kembali ucapan sang istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GEORGEOUS MOTHER - MARKMIN
Fiksi PenggemarCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKMIN (MARK X JAEMIN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDU...