Mentari kembali menyapa. Di pelabuhan pusat Grazelweith kini telah ramai oleh para pengawal yang tengah memasukan tumpukan barang-barang ke atas kapal. Teriakan demi teriakan juga terdengar saling bersautan dengan kicauan burung camar di atas langit.
Jun berdiri dengan gagah memperhatikan segala kegiatan para awak kapal kerajaannya. Rencananya untuk meminta pulang dengan kereta kuda terpaksa gagal setelah mendapat penolakan tegas dari Tuan Helliox Patrinous.
Beliau berkata, dibandingkan dengan kapal, menggunakan kereta kuda itu memakan waktu terlalu lama. Jika nantinya Jun terlambat tiba di istana, apa yang akan beliau katakan pada sang raja? Terlebih beliau telah diberi mandat besar oleh sang raja untuk menjaga para pangeran sejak keberangkatan mereka dari Hellaconia. Beliau bertanggung jawab atas keamanan para pangeran saat ini. Beliau tentu tidak ingin rugi oleh hukuman dari sang raja nantinya.
Tak lama, Ethan datang. Berdiri di samping Jun turut mengamati kapal hitam besar berlambangkan matahari berwarna emas khas Hellaconia pada bendera yang berkibar di atas tiang.
"Darimana saja kau semalam?"
Ethan tersentak oleh pertanyaan itu. Jujur, ia sedikit gelagapan untuk mencari alasan yang tepat dan masuk akal. Namun nyatanya, ia tidak bisa berpikir lebih.
"A-apa kakak mencariku semalam?"
"Jangan merubah topik! Aku bertanya dimana kau semalam?"
"Aku di kam-"
"Apa kau keluar dari istana tanpa izin?!"
Sungguh, bibir Ethan begitu kelu untuk menjawab pertanyaan dingin sang kakak. Bagaimana ini? Haruskah ia menjawab jujur?
"Diam berarti iya." Jun kini menatap Ethan serius.
"Dengar, Ethan! Kau tamu di sini, keluar dari istana tanpa izin dari Ratu Calanthe adalah termasuk pelanggaran. Kau seharusnya sudah paham tentang hal ini. Apa julukan murid terunggul di akademi untukmu itu hanyalah bualan semata?!" Pedas dan begitu menusuk ucapan Jun.
Ethan sedikit tidak terima sebenarnya. Julukan itu bukanlah bualan, itu memang benar adanya.
"Aku tidak ingin tau apa isi otakmu, tapi kau harus ingat bahwa kau adalah seorang pangeran sekarang! Tinggalkan kebiasaan burukmu di desa dulu dan bersikaplah sesuai etika!"
Ethan yang terdiam menunduk kini beralih menatap Jun. Rasa bersalah dari dalam lubuk hatinya terasa raib tatkala mendengar ucapan dari kakaknya sendiri.
"Tau apa kakak dengan tempat tinggalku!?" Ujarnya sedikit berteriak, membuat Jun terkejut.
"Bahkan kakak belum pernah menginjakkan kaki di sana, bagaimana kakak bisa menyebut tempat tinggalku sebagai tempat buruk tanpa etika!?"
Ethan marah, itulah hal yang ditangkap Jun ketika melihat sang adik menatapnya dengan sorot mata tajam. Belum pernah dia melihat sosok Ethan menunjukkan amarahnya secara terang-terangan seperti ini, apa dia sudah keterlaluan?
"Aku-"
"Ibu mengajariku semuanya. Meski berada di lahan tandus sekalipun, ibu mengajarkanku bagaimana cara hidup sebagai manusia yang baik, memiliki moral, maupun kasih sayang! Apa itu kurang cukup membuktikan asal usulku, Kak?!" Ujarnya dengan intonasi meninggi di akhir ucapannya.
Jun cukup merasa bersalah. Ini bukanlah sikap yang baik bagi seorang pangeran dan seorang kakak. Mungkin niatnya hanyalah membuat Ethan mengerti bagaimana bersikap selayaknya seorang pangeran dan tidak membuat khawatir orang lain. Namun sepertinya kata-katanya kali ini justru telah membuat seseorang sakit hati.
Jun menghela napas pelan. "Aku hanya ingin kau memikirkan Hellaconia di setiap tindakanmu. Karena nama Hellaconia, ayah dan ibu sebagai penguasanya akan selalu kau bawa di setiap jejak langkahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Heroes: A Kingdom [ENHYPEN X TREASURE]
Fantasia6 tahun lamanya, Ethan tidak pernah sedikitpun merasakan bagaimana hidup dalam lingkup kerajaan. Namun kini, hidupnya berubah, dipenuhi oleh tata aturan yang mengikat lekat dalam bersikap maupun dalam untaian kalimat. Bersama sang ibunda, tanah Hell...