We don't Talk Anymore

331 46 10
                                    

"Nielle, kok ngga pernah main ke rumah lagi?"

Waduh.

Pertanyaan tak terduga membuat Danielle fake smile di depan Seulgi, Mamanya Haerin. Waktu dia belanja grocery di pusat belanja yang letaknya dekat dengan rumah, malah ga sengaja ketemu calon—mantan calon mertua.

Sambil garuk-garuk kepalanya tak gatal sama sekali, Danielle cengar-cengir. Ini sih pasti Haerin belum cerita apa-apa ke Seulgi. Padahal sudah hampir tiga bulan mereka putus.

Dan itu yang terlama sejak keduanya pacaran selama hampir lima tahun. Karena biasanya, mereka cuma betah berjauhan 3 hari, lah ini 3 bulan.

"Iya Tante, lagi fokus skripsi nih, jadi emang sekarang jarang pulang ke rumah juga, hehe," —hehe nya sounds a bit off.

"Oh iya ya, Tante sampe lupa kamu sekarang udah semester akhir," Seulgi menepuk jidatnya yang tak bersalah, "Haerin lagi KKN nih, dia curhat ke Tante tadi malam, katanya kecapekan abis srawung kesana-kemari buat proker."

Lagi, Danielle akting ketawa. Mungkin Seulgi pikir Haerin menceritakan hal yang sama padanya, padahal kenyataannya ia pun sama sekali tak pernah menghubungi perempuan itu sejak menjemput Chiko.

"Tante jadi khawatir, kamu tau kan Haerin anaknya pendiam banget. Takut dia ngga bisa berbaur sama teman-temannya. Lama loh mereka disana, 50 hari. Bukan satu dua hari apalagi seminggu," cerita Seulgi yang lagi memilah-milah apel, memasukkannya ke kantungan untuk ditimbang.

Danielle jadi ikutan sedikit kepikiran, tapi dia tepis pikiran itu dan berasumsi ini cuma perasaan empati setelah kenal Haerin begitu lamanya.

"Tante percaya deh, Haerin pasti baik-baik aja kok disana. Dia udah cukup dewasa, ya emang sih kadang-kadang dia masih suka reckless, tapi aku yakin dia bisa bawa dirinya selama disana," ujar Danielle mencoba menghibur Seulgi.

Mama Sang Mantan yang lagi menimang pokcoy balas menatap Danielle lembut, "kamu emang yang paling paham sama Haerin ya, Tante seneng Haerin punya kamu."

Rasanya ulu hati Danielle serasa ditonjok keras. Ya Tuhan, gimana caranya kasih tahu wanita keibuan bersenyum hangat di sampingnya kalau dia dan puteri semata wayangnya itu udah lama putus?

Danielle kayanya ga sampai hati.

"Ah, Tante bisa aja," malu-malu Danielle mengusap kepalanya, melanjutkan kebohongan demi nyenengin perempuan yang juga sudah dia anggap ibu sendiri.

"Hari ini kamu sibuk, ngga? Kalau ngga, ayo main ke rumah. Mau Tante masakin sop ayam kesukaan kamu?"

Tuh kan, Danielle jadi semakin ngga enak.

***

Ketika dia masuk mobil, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah Hanni di balik kursi kemudi sedang fokus apply liptint ke bibir. Gadis bertubuh petit itu juga melirik sekilas ke Danielle yang memasukkan barang belanjaan ke kursi belakang.

"Udah belanjanya?" Tanya Hanni.

"Udah," jawab Danielle singkat.

"Kenapa lama deh?"

Danielle enggan menyebut kalau tadi dia ketemu Mamanya Haerin. Entar ribut lagi sama Hanni, males. Terakhir kali keduanya bersitegang urat waktu ia mengungkit soal Haerin di depan gadis itu.

Danielle memilih diam, untungnya Hanni cepat sadar kalau yang ditanyain lagi gak mood.

"Kenapa, hm? Mau cerita ngga?"

50 Days [daerin/candyz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang