04

182 19 0
                                    

"Aku tidak yakin pernah punya teman bernama Jeno"

Ku edarkan pandanganku ke sekeliling ruangan ini, pelanggannya lumayan juga dibanding dulu, seiring berkembangnya teknologi semua di kedai ini jadi lebih keren.

'ting 'ting

Suara sendok stainless yang beradu dengan gelas es krim kami berdua. Sejak tadi aku masih mengingat ingat lelaki itu, Jeno. Sepikun pikunnya aku, biasanya kalau soal teman aku tidak pernah lupa.

Muka Haechan sudah merah daritadi melihatku berpikir terus.

"Ck! Kau dulu sering bermain dengannya tau!"

"Tapi aku sama sekali tidak ingat"

Kurasa percuma mengingat, memang dasarnya aku pelupa. Akan ku tanyakan pada Omma nanti. Yang penting sekarang aku bisa mengunjungi tempat ini bersama sahabatku, kalian tahu aku ada dimana? Tentu saja kedai Yaemiko.

Srak Srak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Srak Srak

Kaki ku berjalan membelah dedaunan kering yang berjatuhan, dimana tukang kebunnya? sangat kotor tapi aku tidak melihat tukang kebun yang menyapu dimana pun. Tapi ini seharusnya menjadi tanggung jawab warga kota, menjaga kebersihan taman kota itu bukan hanya tugas tukang kebun saja.

Aku dan Haechan berkeliling taman ini, kemarin aku belum sempat memutari taman ini karena aku sendirian, jujur aku agak takut jika sendirian, takut ada pencopet dan semacamnya.

"Sudah lama aku tidak kesini"

"Kenapa? Rumah mu kan tidak jauh dari sini"

"Hmm, aku malas pergi sendiri hehe"

"Memangnya tidak ada teman lain?"

"Mereka sudah dewasa sekarang, mana mau diajak main"

Aku agak sedikit bertanya tanya tentang teman yang Haechan maksud. Dulu saat aku masih menetap disini kurasa hanya aku dan Haechan yang sering bermain bersama. Apakah itu Jeno? Saat di sungai tadi Haechan juga tidak menyapa nya.

"Memangnya siapa yang kau maksud Chan?"

akhirnya aku memutuskan untuk bertanya saja.

"Aku lupa kalau kau pikun, Oke akan aku ceritakan kisah sejak zaman purba"

Aku mendengus perlahan, teman ku yang satu ini memang agak rese.

"Pada zaman dahulu, hidup lah seorang anak kecil bernama Na Jaemin yang sekarang sudah pikun"

"Nah selesai!!"

Plak!

Tangan ku gatal sekali ingin memukul sesuatu dan akhirnya ku pukul lengannya.

"Iya iya aku ceritakan"

"Jadi dulu kan kita sering main dengan anak kota sebelah, namanya Felix satunya lagi namanya Han"

"Memang jarang bertemu makanya kau lupa, tapi kita dulu akrab kok dengan mereka"

"Nah seiring berjalan nya waktu setelah kau meninggalkan kota ini, mereka jadi jarang berinteraksi juga dengan ku"

"Dengar dengar sih Felix pindah ke Australia, tapi kalau Han masih tetap disini, saat kita saling papasan aku rasa dia tidak ingat aku"

"Entahlah aku juga tidak tau"

Aku hanya mengangguk mendengar cerita panjang Haechan. Aku juga merasa kalau tidak terlalu penting memikirkan mereka, toh kata Haechan mereka juga sudah berpencar kan.

Wuusshhhh'

Terpaan angin menerbangkan rambut kami, ku tengok ternyata hari sudah menuju siang. Karena aku adalah tipe orang yang tidak suka traveling dalam keadaan panas, maka setelah ini aku akan pulang.

"Chan, setelah ini—"

"PULANG!"

belum selesai aku melanjutkan kata kataku, ternyata ia sudah terlebih dahulu tau isi pikiran ku.

Masih Ingat Aku? - NOMIN - Lengkap ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang