CHAPTER TWO

347 95 38
                                    

"Tidak mungkin." Mr. Mugette membantah keyakinan Lisa barusan. Sudah sepuluh tahun lamanya, mana mungkin Elliot masih hidup.

"Mom.. Aku melihatnya. Di dalam lemari itu, aku tidak mungkin berbohong." Lisa menatap ibunya dan berharap wanita itu mau mempercayainya. Namun tentu saja tidak. Siapa yang akan percaya pada perkataan yang terdengar seperti khayalan itu. Lisa membungkuk lemas ketika melihat kedua orang tua nya menundukkan kepala.

"Ayo pergi ke bawah dan lihat saja sendiri." Katanya, membuat pasangan Mugette itu saling menatap sejenak. Kemudian saat melihat ayahnya bangkit, Lisa bergegas menuntun mereka menuju ke ruangan bawah.

Keadaan di sana masih sama. Tapi kain putih yang sebelumnya berada di lantai itu berpindah ke sisi lain. Lisa tak begitu memikirkan tentang keberadaan kain tersebut, ia berjalan menuruni anak tangga sambil menatap lemari cokelat tua itu dan berdiri di depannya.

"Inikah yang kau maksud?" Tanya Mr. Mugette.

"Tadi aku ingin mengambil kotak mainannya, tiba-tiba ada tikus yang masuk ke bawah kolong itu. Dan.. Tikusnya memiliki mata dan ekor panjang berwarna merah." Mrs. Mugette mendengarkannya dengan serius. Ia mulai menaruh sedikit kepercayaan tentang tikus itu karena luka di tanngannya benar-benar ada.

"Baiklah." Mr. Mugette menghela nafas, ia lekas mendekati lemari itu dan ingin membuktikannya sendiri. Mr. Mugette yang tidak percaya sama sekali pada ucapannya itu hanya ingin omong kosong itu cepat selesai, sehingga saat dia membuat kedua pintunya dengan cepat, kekonyolan Lisa pun terbukti.

"Lihat! Ini hanya lemari pakaian biasa, yang sudah tua dan lapuk!" Katanya sedikit menekan.

Mrs. Mugette menaruh kedua tangannya di bahu Lisa, mengusapnya saat melihat Lisa terdiam seribu bahasa. Ia tadi yakin bahwa lemari itu sebelumnya sangat gelap, dan muncul suara langkah kaki dari sana. Juga semua kekacauan itu, bahkan kain yang sebelumnya berada di dekat mereka berpindah. Mungkin jika Lisa memberitahukan tentang kejadian dimana saat darahnya menetes di buku lalu menghilang, orang tuanya akan menganggapnya gila.

"Mom, aku melihat lemari itu berbeda sebelumnya, sungguh! Lemari itu bergetar! Seperti gempa!" Mr. Mugette menutup kembali pintu lemari itu dengan perasaan kecewa, sekaligus lelah. Pasalnya ia baru saja pulang bekerja dan harus mendengarkan Lisa selama hampir tiga puluh menit hanya untuk membicarakan omong kosong itu.

Lisa kebingungan menghadapi situasi tersebut. Dia bergantian menatap wajah kedua orang tuanya tapi tidak satu pun dari mereka mempercayainya. Kemudian Mr. Mugette menghampiri Lisa, menatap putri sulungnya itu lekat-lekat.

"Dad yakin kau pasti lelah. Kau belajar terlalu giat belakangan ini untuk mendapatkan beasiswa itu, polisi sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Elliot selama enam tahun, tapi mereka tidak berhasil menemukannya. Dan lemari ini, jauh sebelum kau mengatakan hal konyol hari ini, polisi sudah memeriksanya. Tidak ada apa-apa di sana sejak awal." Mrs. Mugette yang mendengarkan ucapan suaminya lantas memeluk tubuhnya sendiri, mengusap-usap lengan bahunya.

"Ayo kembali, sudah waktunya makan malam." Ujarnya, lalu membiarkan suaminya pergi lebih dulu. Mrs. Mugette masih berdiri di samping Lisa, menunggu beberapa saat sampai Lisa akhirnya memutuskan untuk mengikuti mereka. Dan saat dia melihat ke bawah lantai, benar saja, bahkan buku itu sudah tidak ada.

"Dad benar, mungkin itu hanya halusinasi." Ibunya langsung merengkuh bahu Lisa, menyuruhnya untuk melupakan kejadian tadi dan mengajaknya pergi dari sana.

Makan malam berlangsung dengan tenang. Musim dingin hampir tiba, mereka menyalakan perapian sehingga ruangan itu terasa hangat dan nyaman. Lisa memotong-motong dagingnya menjadi dadu kecil. Itu mengingatkannya pada Elliot yang selalu mengoceh saat daging di piringnya tidak berbentuk kotak. Di samping itu, Lisa juga masih memikirkan kejadian yang terasa seperti nyata itu. Luka di tangannya saja sungguhan, bagaimana mungkin semua yang dia lihat tidak nyata. Meskipun dia bersikukuh, Lisa tidak bisa meyakinkan siapapun. Ia menarik nafas panjang, dan membuangnya dengan berat.

White Fairy | Jenlisa Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang