CHAPTER SEVEN

380 87 30
                                    

Mr. Claire berjalan di lorong kamarnya yang gelap gulita. Membawa boneka perempuan berbaju merah itu ke sebuah pintu yang mengantarkannya ke ruang bawah tanah. Entah apa yang ia lakukan di jam empat pagi, perjalanannya kemudian berhenti tepat di depan tungku perapian yang sudah menyala. Mr. Claire langsung melemparkan boneka itu ke dalam api yang melahap boneka tersebut perlahan-lahan. Bagian tubuh boneka itu hangus terbakar dalam sekejap, kedua matanya yang berbahan plastik tampak meleleh dan semua prosesnya ditatap langsung oleh Mr. Claire yang berdiri begitu serius dengan ekspresi wajah dinginnya yang mencurigakan, seolah mengartikan bahwa itu bukan sekadar boneka biasa.

Mr. Claire kemudian meninggalkan ruangan itu. Ia membiarkan api terus menyala dan padam dengan sendirinya. Rumah tuanya yang besar dan megah itu tidak menunjukkan kehidupan sama sekali. Lukisan para ilmuwan terpajang begitu jelas di setiap sisi dan sudut. Tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain selain Mr. Claire sendiri. Bahkan sepertinya seluruh ruangan di rumah itu terkunci rapat, sebab ia selalu membawa seluruh kunci ruangan kemanapun ia pergi. Jika suara kerincingan mendekat, maka sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah Mr. Claire.

Mr. Claire memasuki ruangan pribadinya. Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan pakaian tunik panjang berwarna hitam polos, dan mengenakan sarung tangan hitam di kedua tangannya. Rambutnya yang selalu di gulung itu tidak berubah sama sekali. Kemudian Mr. Claire berjalan menghampiri sebuah pintu ruangan yang terkunci, ia membukanya dan masuk ke dalam sana selama beberapa detik. Mr. Claire lalu keluar dengan lapisan jubah dan tudung kepalanya yang lebar. Setelah mengunci ruangan itu, ia pun pergi menuju garasi.

40 menit kemudian, di kediaman Muggette. Tepatnya di ruang peristirahatan, Jisoo yang sama sekali belum bisa memejamkan kedua matanya itu berada di dalam selimutnya. Ia menyalahkan flashlight dan membaca bukunya bersama Steve yang sudah tertidur pulas di atas perutnya.

Ia sudah membaca buku itu hampir tiga bab, tapi masih belum menemukan sesuatu yang menjelaskan tentang peri dan tikus. Ia pun menghela napas, berhenti sejenak.

"Mengapa peri datang dari mimpi buruk, bukan kah mereka istimewa?" Jisoo bergumam dan bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia tak peduli jika matanya akan menimbulkan lingkaran hitam, saat ini yang terpenting adalah memikirkan semuanya hingga ia benar-benar terpuaskan.

Jisoo kembali membaca bukunya. Di dalam keheningan, ia bisa melihat semua yang terjadi di buku itu. Anak kecil yang berlari riang di halaman rumah, dan berteriak pada ibunya bahwa dia baru saja melihat sosok monster gelap bertubuh tinggi dan besar. Tapi dia tidak mendapatkan kepercayaan dari siapapun. Termasuk ibu kandungnya.

"Semua orang tua seperti itu. Kebanyakan orang akan percaya jika sudah mengalaminya sendiri." Ia bergumam, berkomentar pelan.

"Anna mendengarkan suara kerincingan saat subuh dan orang tuanya masih tidak menanggapi perkataannya." Jisoo membacakannya sedikit berbisik kali ini.

"Jika aku mereka, aku akan menanggapinya." Ia lanjut berkomentar.

"Orang tua Anna tidak tahu bahwa keesokan paginya putri kecil mereka menghilang tanpa jejak. Malam sebelum nya adalah hari ulang tahunnya, ibunya memberikan hadiah berupa pakaian berwarna merah untuk Anna. Dia senang sekali dan mengenakannya saat tidur. Jika Anna tidak bisa ditemukan, maka bajunya pun sudah cukup untuk melampiaskan kerinduannya." Jisoo menghela nafasnya lagi, ia merasakan sedikit sesal yang dirasakan oleh kedua orang tua Anna di dalam buku itu.

Jisoo membalik lembaran selanjutnya, dan bab baru pun terbuka.

"Penyihir." Jisoo membaca judul dan melihat gambar sosok misterius berpakaian tertutup dan bertudung.

Kehilangan Anna sering dikait-kaitkan oleh hal-hal mistis. Yang paling banyak diceritakan oleh masyarakat adalah tentang penyihir. Kasus ini sempat viral dan membuat heboh kalangan muda, hingga ke-tua sekalipun. Sebagian orang yakin, bahwa mungkin ada sebuah persembahan atau yang lainnya yang melibatkan blis. Asal-usul keluarga Widson pun mulai dipertanyakan oleh masyarakat. Namun ada sekelompok pemuda berani yang berhasil mematahkan teori tuduhan tentang keluarga Widson, bahwa menurut mereka, keluarga Widson tidak mungkin menumbalkan putri kandung mereka sendiri. Hal itu jelas, bahkan bukan menjadi kasus kehilangan pertama dari catatan kepolisian.

White Fairy | Jenlisa Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang