CHAPTER SIX

329 90 69
                                    

Jisoo dan Rose kini berada di meja makan, melihat gadis peri itu mengejar semua tikus-tikus di ruang tengah dan bermain-main dengan mereka sembari membuat seluruh tikus itu mencicit ketakutan. Sekali-sekali gadis peri itu tertawa lantang, dan Stave selalu berada di dekatnya.

"Kau yakin dia tidak gila?" Rose bertanya dengan satu alis yang terangkat. Sementara itu, Jisoo masih mengamati pergerakan Jennie.

"Entahlah.. Apa aku harus mengikuti nalurimu atau percaya padanya, aku tidak punya pilihan."

Rose mendengus sebal, apalagi yang harus diragukan? Menurutnya semua yang Jennie katakan itu konyol, tidak masuk akal. Benar, tidak ada peri di dunia nyata, itu hanya dongeng anak-anak. Namun Jennie tampaknya berbeda, mungkinkah dia nyata? Atau Jisoo masih bermimpi, sehingga dia langsung menepuk wajahnya pelan untuk memastikan.

"Ayolah.. Kau lebih dulu mengenalku dibanding Lisa. Apa kau meragukan kemampuan instingku?"

Jisoo langsung menatapnya dalam sekejap. Menautkan tatapannya yang memberinya penegasan sekaligus.

"Bukan tidak ingin mempercayaimu, hanya saja firasatmu selalu salah, Rose."

"Bagaimana jika kali ini benar?"

"Maka jika begitu, ayo kita buktikan."

"Caranya?"

"Jika semua yang dia katakan tidak masuk akal bagimu, bagaimana dengan tenaganya yang luar biasa itu? Bukankah kau juga merasakannya?"

Rose tak berkutik saat dia berhasil di diamkan oleh pertanyaan itu. Untuk sementara, lagi dan lagi, Rose memutuskan untuk tak melanjutkan perdebatan mereka. Namun tampaknya ia sedikit kesal, karena menurutnya Jisoo selalu berada di pihak Lisa. Sehingga semua yang dia katakan tidak pernah penting untuknya. Sejujurnya, bukan ia tak mau membantu Lisa, hanya saja jika caranya seperti ini, Rose sulit mempercayainya.

Sedangkan itu, Jennie berhasil menggiring semua tikus ke ruang bawah tanah. Setelah tempat itu bersih, ia memutar tubuhnya ke hadapan Jisoo dan memperlihatkan senyum manisnya. Jisoo terpaku menatapnya, mengamati seluruh tubuhnya dan tiba-tiba saja ia teringat sesuatu bahwa sampai detik ini, Lisa tak segera muncul.

"Oh! Ya Tuhan! Ellisa!"

Jisoo segera berlari meninggalkan Rose sendirian di ruang makan. Gadis pirang itu duduk dan menenggelamkan pikirannya sendirian. Ia bersumpah dalam hati tak ingin lagi mengikuti permainan ini. Semuanya tampak mengerikan dan memikirkannya membuat kepalanya sakit.

Di ruang bawah, Jisoo menemukan tubuh Lisa tergeletak di lantai. Sementara itu Jennie ikut berlari ke arah lemari dan menjadi yang terakhir setelah semua tikus pergi. Namun sayangnya ia tak bisa lagi masuk ke sana lantaran portal itu dengan secepatnya tertutup. Kepalanya membentur lemari yang kokoh sehingga ia pun meringis kesakitan.

"Awh.. Awh.." Jennie mengusap keningnya pelan

Jisoo melihatnya sekilas, tetapi saat ini ia lebih mengutamakan Lisa yang belum sadarkan diri. Jisoo langsung mengambil seember air yang memang digunakan untuk membantu membangunkan Lisa ketika ia tak kunjung sadar saat diteriakkan. Tanpa aba-aba, Jisoo langsung mengguyur Lisa dengan air itu dan berhasil membangunkannya. Jisoo membuang ember dari tangannya, lekas memberikan inhaler kepadanya. Ia memegang punggung temannya itu sambil menoleh ke arah Jennie yang masih meraba-raba pintu portalnya.

Setelah pernapasannya kembali normal, Lisa tampak termenung sejenak. Kejadian tadi benar-benar terekam jelas di kepalanya. Tanpa satu adegan pun yang terlupakan, Lisa langsung menautkan tatapannya dengan Jisoo.

"Aku bicara padanya."

"Aku percaya padamu."

"Siapa dia?" Lisa menengok gadis peri itu, kini ia sedang menempelkan telinganya di pintu portal tersebut. Berusaha mendengarkan sesuatu namun tak ada yang bisa ia dengar dari dunia itu.

White Fairy | Jenlisa Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang