CHAPTER FOUR

336 92 55
                                    

"Manisan ini lebih enak dari lendir siput dan buah beri Steve, aku hampir tidak bisa mengingat rasa ini, oh ya Tuhan, aku akan mati kenikmatan." Gadis itu mengejang kesenangan. Dia terlihat hampir berguling karena permen rasa anggur di dalam mulutnya.

"Berikutnya ini?" Dia menjejerkan semua jenis permen di depan tikus itu dan memintanya memilih. Tikus itu langsung menunjuk permen lemon tanpa membuatnya menunggu terlalu lama.

"Baiklah, yang ini." Langsung saja ia mengambil permen itu dan membuka bungkusnya. Gadis itu menyantap permen lemon itu dan terdiam bersama tikus di depannya.

"Ini.. Ini sangat asam! Huekkk!" Gadis itu memuntahkan permen dari mulutnya setelah merasakan sensasi meledak yang membuat kedua pipinya menjadi ngilu. Ia memilih permen lainnya tetapi suatu suara datang dengan mengendap-endap dari arah luar. Untungnya dia memiliki pendengaran yang tajam, sehingga gadis itu juga bisa mendengarkan suara Lisa dan Jisoo yang berbisik pelan.

"Kau dengar itu, 'kan? Seperti suara perempuan." Jisoo berbisik pelan setelah mereka berhenti tepat di depan pintu kamar Lisa yang tertutup rapat.

"Kau yakin tidak ada orang yang datang sebelum orang tuamu pergi?" Rose menanyakan hal itu untuk memastikan Lisa mengingat lebih jauh lagi.

"Tidak mungkin ada orang lain di sini selain ibu dan ayahku. Dan jika ada, mereka tidak akan membiarkannya di sini sebelum mereka pergi." Jelas Lisa

"Baik lah, dengarkan aku. Saat aku selesai menghitung, semuanya masuk dan tangkap dia." Jisoo memberi intruksi kepada kedua temannya yang langsung mengangguk paham.

"Aku mulai.."

Jisoo menarik nafasnya, Lisa yang berada di depan dan di tengah-tengah itu mengencangkan pegangannya pada stick golf. Rose sudah memegangi kemoceng sementara Jisoo bersiap memukuli siapapun yang akan mereka hadapi dengan buku hijau tua di tangannya.

"Satu.."

Gadis itu merangkak keluar seperti bayi menghampiri lemari di buku di sudut ruangan. Ia membuka pintu bawah, dan beruntung tempat itu hanya diisi dengan sarung bantal dan selimut. Sehingga ia dapat masuk dan bersembunyi di dalam sana dengan kondisi tubuh meringkuk.

"Dua.."

Rose yang berada di pinggir kanan lekas memutar gagang pintu.

"Tiga!!"

Lisa mendorong pintu itu dengan satu kakinya dan mereka tidak menemukan seseorang di sana selain seekor tikus yang lekas keluar dari kolong tempat tidur.

"Bantu aku tangkap tikus itu!"

"Tikus? Dimana tikus! Huaaaaa!" Rose membuang kemoceng dari tangannya dan segera berusaha menghindar saat tikus itu dengan sengaja mengejarnya.

"TOLONG SINGKIRKAN DIA!" Rose berteriak frustasi saat tikus itu melompat ke arahnya dan bergelantungan di celana panjangnya.

Lisa mengayunkan tongkat golf-nya dan nyaris mengenai wajah Rose sehingga berhasil membuat gadis itu berteriak lebih keras lagi. Keributan di rumah Mugette pun sudah tak bisa di kontrol lagi. Jisoo melemparkan bantal ke arahnya dan berhasil membuat tikus itu terjatuh ke lantai.

"Jisoo! Pintunya!" Lisa berteriak dan membuat gadis itu bergegas menutup pintu. Dia tercengir lebar saat melihat tikus di hadapannya terkepung.

"Wahh.. Lihat ekornya. Aku belum pernah melihat spesies ini sebelumnya." Ucap Jisoo, Rose mendekat takut-takut. Dia bersembunyi di belakang tubuh Lisa dan berusaha melihat ke arah tikus itu.

"Teman-teman, tangkap dia."

"Kau saja!" Rose mendorong pelan tubuh Lisa dan membuatnya berpikir sejenak. Tikus itu mencicit seperti memohon agar mereka membebaskannya. Tetapi Jisoo yang bengis membuat tikus itu ketakutan saat memandangi senyumannya.

White Fairy | Jenlisa Story [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang